33-NSFW ⚠21+

375 35 5
                                    

Adakah yang membaca? Tidak ada pun aku tetap gwaenchanayo.
Kalau ada yang melihat, ayo bantu vote jika berkenan.

***

Nani menatap takut pada Dewa yang telah melepas pakaian atasnya. Ia menggeliat, mencoba melepaskan ikatan sabuk pada kedua tangannya.

"Gue mohon, jangan.." Ia memohon sembari mulai terisak.

"Jangan harap aku akan luluh dengan isakan tangismu itu!"

Dewa dengan segera mengungkung kembali pria yang lebih kecil darinya itu. Tanpa aba-aba ia mulai menyesap tonjolan kecil di dada Nani yang sedari tadi menarik perhatiannya. Tangan kirinya ia gunakan untuk memainkan puting milik Nani yang berada di sebelahnya. Meremasnya dan menyesapnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya.

Nani menggeliat merasakan sensasi aneh dari perlakuan Dewa saat ini. Matanya membeliak, ia merasa geli tapi juga merasa ada kenikmatan yang ia tidak bisa jelaskan rasanya saat Dewa bermain di area itu. Ia memekik tertahan saat pria itu memelintir putingnya dan menggigit puting sebelah kanannya dengan kasar.

"A-aah! Jangan digigit, bangsat!"

Dewa tak menghiraukan ucapan Nani barusan. Ia beralih pada leher jenjang anak itu yang terdapat sebuah tahi lalat di sana yang sangat menggoda baginya. Tanpa ragu ia mulai menjilatinya seperti makanan ter-enak yang hanya ada satu di dunia, tak lupa memberi jejak hasil karyanya di sana yang bewarna merah keunguan.

Dewa menghentikan kegiatannya. Ia menatap pada area bawah Nani yang terlihat menggembung. Dengan segera ia melepas paksa celana pendek yang dikenakan oleh Nani dan membuangnya ke sembarang arah.

"ANJING! Lo mau memperkosa gue?!" Protes Nani saat pria itu akan melepas boxernya. Kakinya bergerak panik mencoba untuk melawan perbuatan Dewa padanya.

"Diamlah! Jangan memberontak, atau aku akan berbuat kasar padamu!"

Nani refleks menghentikan gerakan kakinya yang menendang-nendang Dewa tadi. Ia mengucapkan sumpah serapah dalam hati. Ia tak habis pikir dengan pria yang ada di depannya saat ini, sungguh nekat!

Tanpa Nani sadari, sekarang tubuhnya sudah terekspos dengan jelas tanpa sehelai kain yang menutupinya. Dewa menatapnya penuh gairah sembari menjilati bibirnya sendiri.

Dengan antusias ia mengangkat sebelah kaki milik Nani ke pundaknya. Sekarang ia sudah bisa melihat dengan jelas lubang yang ia idam-idamkan sejak dulu. Tangannya mulai menggerayai paha mulus Nani dengan sensual, tak lupa ia menahan pahanya agar tetap terbuka dengan menekankan lututnya pada kaki Nani.

Tangannya mulai turun menyentuh lubang anal milik kekasihnya yang terlihat sangat menggoda itu. Ia melirik pada Nani yang memiliki raut wajah panik saat ia mulai menyentuh lubang itu.

Tanpa aba-aba ia segera memasukkan satu jarinya ke dalam lubang milik Nani dan menggerakkannya dengan pola maju-mundur.

Nani mengernyitkan dahinya saat merasakan jari Dewa yang bergerak di dalamnya. Tubuhnya menegang. Rasanya sangat tidak nyaman dan sakit.

"Auwh.. Shh! Emh, sakit.." Rintih Nani saat Dewa memasukkan 2 jarinya di sana. Menggerakkan kedua jarinya dengan pola memutar dan naik-turun. Ia semakin mempercepat tempo jari-jarinya saat mendengar desahan Nani yang mulai lolos, begitu menggairahkan. Suaranya sangat candu baginya.

"Ah, uhm, ah, ah, Dewa.. Hum, ahh!"

"Hen-hentikan!"

Dewa yang mendengar itu mengulas senyum miring. Ia menambahkan satu jarinya lagi untuk masuk ke dalam lubang milik kekasihnya. Ia menggerakkan ketiga jarinya lagi dengan sedikit kesusahan karena di sana sangat sempit.

We Were Born To Die [Dew×Nani]Where stories live. Discover now