23-She knows?

147 26 5
                                    

Adakah yang membaca? Tidak ada pun aku tetap gwaenchanayo.
Kalau ada yang melihat, ayo bantu vote jika berkenan.

***

Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Setelah 1 jam ia bersenggama dengan buku dan alat tulisnya, akhirnya tugas yang Tu kerjakan selesai.

Ia menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi, meregangkan otot-otot tangannya yang kebas. Ia sedikit menguap dan setelah itu segera duduk dengan tegak.

"Oh, iya! Nomor telepon!" Ia segera merogoh saku tasnya dan menemukan secarik kertas di sana.

"085 785 445 5XX" Ia lalu mengetikkan nomor itu pada ponselnya dan menekan tombol hijau di bawahnya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."

"Coba sekali lagi."

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."

"Huh? Apa ini cuman jebakan?" Monolog Tu.

Drrt drrt drrt

"Eh? Loh? Nomornya nelpon balik gue? Beneran masih aktif?" Ia menatap layar ponselnya tak percaya.

Tersambung.

"Halo?"

"..... krskk krsssk krsskk."

"Halo?!"

"Nanon Pradipta."

Tut!

"Lah, dimatiin?" Tu menengok ponselnya dengan sebal.

"Tapi, maksudnya tadi apa?"

Tu yang baru saja akan membuka grup obrolan Ganknya ia urungkan. Ia sekarang sudah terserang kantuk dan ingin tidur saja rasanya. Besok saja memberitahu teman-temannya. Pikirnya begitu.

Ia pun mulai merebahkan diri di kasurnya. Dan setelah itu ia segera pergi ke pulau kapuk.

Di lain tempat, ada seorang pria yang baru saja mendapatkan panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Sekarang ia sedang berada di depan minimarket, selesai membeli beberapa mie instan dan beberapa jajanan lainnya.

"Siapa, ya? Ah, palingan juga orang salah sambung." Ucapnya sembari berjalan santai melewati gang-gang sempit menuju komplek rumahnya.

Drap drap drap

Nanon menghentikan langkahnya. Ia melihat ke belakang, tidak ada orang. Ia pun berjalan lagi, tetapi suara langkah kaki itu terdengar lagi. Ia pun mempercepat langkahnya. Suara langkah kaki itu ikut terdengar lebih cepat dari sebelumnya.

Nanon mulai merasa ada yang tidak beres. Ia mulai berlari melewati gang-gang kecil yang sebentar lagi menuju kompleknya. Dan lagi, suara langkah kaki itu mengikuti suara larian Nanon.

Tiba-tiba saja saat Nanon masih berlari, ia terjatuh karena tersandung jalanan yang rusak. Ia bisa melihat bahwa di depannya ada seseorang yang memakai jubah serba hitam dengan suntikan di tangan kanannya.

Jleb!

Seseorang berjubah hitam itu menyuntikkan sesuatu pada leher Nanon yang membuatnya tak sadarkan diri.

"Apa kau tidak mengenaliku?"

Krek!

Ia segera melihat ke sumber suara. Ada orang yang melihatnya dan ia tahu siapa orang itu.

We Were Born To Die [Dew×Nani]Where stories live. Discover now