02-Berkaitan?

310 34 6
                                    

Adakah yang membaca? Tidak ada pun aku tetap gwaenchanayo.
Kalau ada yang melihat, ayo bantu vote jika berkenan.

***

Drap drap drap

"Siapa di sana?" Teriak seorang wanita yang sedang berada di depan ruang OSIS. Ia menutup knop pintu, lalu menguncinya dari luar.

Langit telah berwarna merah pekat, yang menandakan bahwa sebentar lagi bulan berganti tugas menggantikan sang surya untuk menerangi bumi.

Siluet tegap nan tinggi terlihat dari ujung koridor. Dengan pencahayaan yang minim, ia melihat bahwa siluet itu berjalan ke arahnya. Terlihat kostum hitam dan tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Wanita itu bernapas lega saat mereka berhadapan. Dia manusia ternyata.

Grep. Humph!

Sepersekian detik wanita itu terkejut dan lalu tidak sadarkan diri.

Cahaya rembulan menelusup masuk ke sela-sela ventilasi, menyadarkan seseorang yang tengah tertidur, tepatnya tidak sadarkan diri. Ia menyesuaikan penglihatannya.

Ini masih di sekolah. Batinnya.

Ya, dia adalah wanita yang tadi mengunci pintu ruang OSIS. Lalu, kenapa dia masih ada di ruangan ini?
Ia melirik ke sekitar, menyadari keadaannya—Terduduk di kursi dengan tangan dan kaki yang terikat dibelakangnya.

Drap drap drap

"Pria itu? Yang tadi.." Gumam Jiesya menyipitkan mata. Benar. Wanita itu bernama Jiesya, wakil ketua OSIS SMA Harmoni Gemilang.

"Hai!" Sapa pria tadi yang sekarang sudah berada tepat di depannya.

"Lepas! Lepasin gue!!! Jangan macem-macem sama gue! Lepas!" Hardik Jiesya sembari menatap marah wajah pria di depannya ini yang tak kunjung membuka tudung kepalanya.

"Suttt! Jangan berteriak seperti itu dong! Santai saja, Kak Ji-e-sya.
Benar, bukan?" Ucap pria itu dengan tenang yang membuat bulu kuduk Jiesya berdiri.

"Siapa lo?! Gue gak kenal sama lo, kita gak ada urusan. Lepasin gue sekarang!"

"Tunggu! Sebelum kulepaskan.. Ayo kita bermain terlebih dulu!" Pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah wanita itu. Jiesya refleks menutup matanya.

Pria itu terkekeh, lalu menggoreskan cutter ke pipi mulus Jiesya secara perlahan namun cukup dalam.

Jiesya tersentak dan refleks memekik kesakitan. Memberontak dan mengumpati pria yang ada di depannya ini.

Cutter yang menggores pipinya berpindah ke cupang telinganya. Tangan kiri pria itu menyentuh daun telinganya dan secara langsung merobek telinga wanita di depannya ini menggunakan cutter yang berada di tangan kanannya dalam sekali gerakan.

"AKH! BANGSAT! TOLONG!!! TOLONG JANGAN BUNUH GUE!" Suara Jiesya tercekat. Ia panik saat merasakan sakit yang luar biasa mendera bagian tengkuknya.

Darah segar mengalir deras di balik lengan seragamnya. Ia merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya, bersamaan dengan rasa sakit dan perih atas respons tubuhnya.

Jiesya bergetar hebat, mendongakkan kepalanya ke atas ketika pria itu berpindah posisi menjadi membelakanginya. Dengan gerakan lihai pria itu mulai mencabuti kuku-kuku jari tangan Jiesya secara telaten, dengan keadaan Jiesya yang masih sadar.

We Were Born To Die [Dew×Nani]Where stories live. Discover now