"Katanya sih belum tau."

"Semoga aja masih lama ya. Soalnya gue betah banget tinggal di sini. Ada AC-nya."

Erika mengembungkan pipi kesal mendengar ucapan Shila. "Gak kasian Lo lihat gue galau karena LDR sama Kepin?"

"Gak."

"Dulu aja sok-sok an jauhin Kelvin, sekarang malah gak bisa pisah dari dia. Kena karma Lo, Ka." Ejek Shila menyebalkan.

****

Erika bertopang dagu. Menatap wajah suaminya lewat layar hp. Diam-diam berdecak kagum melihat ketampanan Kelvin.

Kelvin itu bagaikan pangeran dunia dongeng yang terlempar ke zaman modern dan jatuh cinta kepadanya secara tidak sengaja.

Beruntung sekali 'kan Erika?

Menerima cinta dari pria tampan, perhatian, kaya, dan setia seperti Kelvin. Entah amalan apa yang dilakukannya sehingga berhasil menjerat Kelvin ke dalam kehidupan membosankannya.

"Hei! Kok malah melamun? Lagi mikirin cowok lain ya?" Tuding Kelvin cemburu sedangkan Erika memberikan senyuman sebagai tanggapan.

Terkadang, Kelvin itu lucu. Selalu beranggapan pria lain menyukainya. Padahal tidak ada pria lain yang menyukainya. Hanya Kelvin lah yang menyukainya hingga detik ini.

"Nemu cowok baru dimana?"

Erika tertawa mendengar pertanyaan sarkas Kelvin. "Di kampus."

Wajah Kelvin merah padam. Tampak sangat cemburu. "Hebat. Baru ditinggal seminggu, udah dapat gebetan baru."

"Bercanda, Pin." Koreksi Erika cepat melihat Kelvin terlanjur baper. "Gue tadi gak melamun, tapi sedang natap Lo. Gue kangen banget. Pengen cepat-cepat ketemu. Kapan pulang?"

Kelvin kembali tersenyum. Berbunga-bunga mendengar penuturan Erika.

Ah, Erika selalu berhasil menenangkan cemburu butanya.

"Besok. Besok gue pulang."

"Yeyy!! Gak sabar deh."

"Mau nitip apa?"

"Gak ada."

"Yakin?"

"Iya. Lo kembali ke sisi gue aja, udah jadi oleh-oleh terbaik buat gue."

Kelvin tersedak jus jeruknya di sebrang sana. Terkejut mendengar ucapan manis Erika. Sudut bibirnya tertarik ke atas tanpa dapat ditahan.

Sementara itu, Erika menutup wajahnya malu. Mendadak salting sendiri melihat reaksi Kelvin.

"Astaga! Eneg gue lihat kebucinan kalian setiap hari." Komentar Shila yang sedari tadi duduk di hadapan Erika dan menyaksikan interaksi keduanya sejak awal.

Shila bangkit. Meninggalkan ruang tamu. Pergi ke kamar. Menyelamatkan diri dari kebucinan pasutri yang menurutnya sangat menggelikan.

Sebenarnya sejak awal menginap di rumah Erika, ia sudah disajikan pemandangan itu.

Bayangkan! Betapa tersiksanya Shila menahan geli selama berhari-hari.

"Teman Lo iri tuh." Tawa Kelvin.

"Biarin aja lah." Kikik Erika. "Btw, Pin. Gue mau cerita deh."

Kelvin menaikkan alisnya. Menunjukkan reaksi tertarik. Menyuruh Erika lanjut bercerita lewat tatapan mata.

"Tadi gue bimbingan sama ibu. Trus gue minta saran buku teori gitu. Dikasih lah sama ibu. Gue disuruh baca di rumah. Berhubung gue takut merusak buku ibu yang tebalnya bukan main, gue baca dulu daftar isinya. Ternyata gak ada sub materi yang pengen gue cari. Gue bilang gitu langsung ke ibu dan Lo tau apa kata ibu? Gue dibilang pemalas, Kepin." Erika bercerita menggebu-gebu. "Menurut Lo ibu bakal enggan membimbing gue gak sih di masa depan? Gue ditandain gak ya? Gue dipersulit gak ya?" tanyanya lesu.

"Pas ibu bilang gitu, ekspresinya sinis atau gimana?"

"Gak sinis sih. Ekspresi ibu lempeng-lempeng aja."

"Ohh gitu. Kemungkinan ibu gak akan nyimpan dendam. Mungkin ibu bilang gitu karena Lo gak mau berusaha buat baca."

Erika meraup wajahnya resah. "Gue emang salah sih. Udah minta saran, eh malah gak mau lakuin. Nyesel gue bilang gitu. Mending gue ambil aja bukunya dan pura-pura baca aja. Kalau pun bukunya rusak, gue tinggal ganti."

"Ya udahlah. Lagian udah terlanjur terjadi. Jadikan aja pembelajaran buat masa depan. Kalau dospem bilang A, harus lakuin A juga."

Erika mengangguk lesu.

"Udah makan malam?" Kelvin mengalihkan pembicaraan ke arah lain daripada menambah kadar overthinking Erika.

"Udah."

"Makan sama apa?"

"Ayam geprek."

"Katanya mau berhenti makan ayam?"

"Gak jadi. Gue udah sembuh."

"Lah? Emang pernah sakit? Sakit apa?"

"Gak tau."

Kelvin tersenyum gemas. "Ada-ada aja."

"Hm, udah dulu ya. Gue mau nugas. Buat peta konsep, dengerin video buat kuis besok, sama tulis cerpen."

"VC nya gak usah dimatiin." Tandas Kelvin.

"Ntar gue gak fokus."

"Anggap aja gue gak ada."

Erika merenggut pasrah. Terpaksa membiarkan VC berlangsung. Dan benar saja, Erika tidak bisa fokus mengerjakan tugas karena Kelvin selalu menggodanya. Ada-ada saja ucapan Kelvin yang membuatnya malu dan salah tingkah.

Bersambung...

27/3/24

firza532

Kelvin: Possesive BoyWhere stories live. Discover now