📌S2. Extra Part 3

4.8K 179 32
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Hari, minggu, dan bulan terus berganti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari, minggu, dan bulan terus berganti. Tanpa terasa, akhir PL sudah di depan mata.

Baru kemarin rasanya Erika PL dan sibuk mengajar.

Baru kemarin rasanya Erika kewalahan membuat laporan PL dan modul ajar.

Baru kemarin rasanya Erika bersedih hati dan kecewa akibat diabaikan teman-teman PL.

Baru kemarin rasanya Erika sibuk mempersiapkan PKKS, sibuk membuat soal Ujian Akhir Semester, sibuk mengerjakan laporan akhir PL, dan sibuk menilai hasil UAS siswa.

Namun, sekarang, Erika sudah selesai mengerjakan semuanya. Erika tinggal menunggu pembagian rapor dan tugasnya sebagai anak PL akan berakhir. Ia bisa kembali ke kampus tercinta. Betapa bahagianya Erika bisa meninggalkan lingkungan toxic.

Tak terbesit kesedihan sedikitpun di relung hati Erika walaupun akan segera pergi dari sekolah. Padahal, waktu Kampus Mengajar di SD, Erika merasa sangat sedih meninggalkan sekolah. Bahkan menangis sesegukan lantaran tak rela harus berpisah dari anak-anak didiknya.

"Huh, sebenarnya gue yang gak bisa mengakrabkan diri atau mereka yang gak mau mengakrabkan diri sama gue?" Gumam Erika sembari menatap langit sore ini. Sangat cerah.

Lima bulan telah berlalu, tapi hubungan mereka begitu-begitu saja. Erika tetaplah merasa terasingkan. Seolah tak ada lagi tempat untuk dirinya.

Saking asingnya, Erika memutuskan tidak ikut kegiatan camping Pramuka meskipun sebenarnya sangat ingin ikut. Erika tidak ingin terlihat tersisihkan di mata orang lain.

'Entahlah. Seumur hidup, baru kali ini gue merasa seperti ini. Baru kali ini gue merasa gagal berteman. Baru kali ini gue merasa terasingkan di tengah keramaian.' bisik batinnya.

Terlampau larut dalam lamunannya, Erika tidak menyadari Kelvin sudah kembali dan duduk di sampingnya.

Erika baru sadar ketika Kelvin menempelkan minuman dingin di pipinya. Ia merenggut kesal akibat dikejutkan.

"Mikirin apa sih sampai gak sadar gue duduk di samping Lo?" Kelvin bertanya heran. "Atau lagi mikirin orang-orang yang sedang camping? Nyesal gak jadi ikut?"

Erika menggeleng sebagai jawaban. "Mana mungkin gue nyesal, Pin. Mungkin malah sebaliknya, gue nyesal kalau ikut. Yah, Lo tau sendiri lah kalau gue pasti merasa sendirian di sana karena gak punya teman dekat."

"Maaf," ringis Kelvin. Merasa bersalah mengingatkan Erika.

"Ngapain minta maaf? Lo gak salah kok."

Kelvin tiba-tiba menyeletuk. "Oh iya, coba tutup mata dulu, sayang."

"Hmm?"

"Tutup aja, sayang. Gue malu kalau Lo buka mata."

Erika tertawa kecil, lalu menutup matanya. "Nih, udah."

Kelvin: Possesive BoyWhere stories live. Discover now