📌S2. Part 11

3K 269 4
                                    

Vote sebelum baca 🌟

‍Senja kembali menyapa

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

‍Senja kembali menyapa. Semburat jingga tampak menghiasi langit. Terlihat begitu indah dan menenangkan hati.

Di bawah senja yang indah itu, Erika dan Kelvin duduk berdampingan. Menikmati matahari terbenam di cafe favorit mereka. Saling terdiam satu sama lain, terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Erika yang sibuk memikirkan kehidupan kedepannya sedangkan Kelvin sibuk memikirkan Erika. Meski gadis itu berada di sisinya, hal itu tak membuatnya berhenti memikirkan Erika. Selalu saja ada hal yang dipikirkannya tentang Erika.

Kelvin tiba-tiba berdehem. Menarik perhatian Erika. Alis gadis itu naik, seolah bertanya 'kenapa?'

Pria tampan itu meraih tangan Erika dan memainkannya. "Gue heran, sayang." Menggantung ucapannya hingga Erika mengerutkan kening.

"Heran kenapa?"

"Heran kenapa Lo selalu menganggu pikiran gue."

Erika tertawa geli. "Bisa aja Lo."

"Serius deh, sayang. Lo tuh selalu menganggu pikiran gue. Lo selalu menggentayangi pikiran gue." Jelas Kelvin serius. "Lo melet gue ya?" Candanya.

Erika menatap Kelvin sok serius. "Kok tau?"

"Wah! Pantas aja Lo selalu terngiang-ngiang di kepala gue."  Balasnya dramatis.

"Lo juga selalu terngiang-ngiang di kepala gue. Pasti Lo juga melet gue 'kan? Ngaku Lo!" Tuntutnya.

Kelvin mengenggam tangan Erika dan menggenggamnya erat. "Iya, sayang. Gue melet Lo. Maaf ya."

Keduanya saling bertatapan, lalu tertawa geli. Terkadang, tanpa disadari, tingkah mereka berdua sangatlah absurd. Namun, mereka sangat menikmatinya.

Kelvin melepaskan genggaman tangannya sebelum Erika merasa terganggu. Lantas, bertopang dagu. Menatap Erika lembut. "Gimana PL hari ini, sayang?"

"Ya, gitu deh." Sahut Erika lemah.

"Gitu gimana?"

Erika menutup wajahnya frustasi. "Kacau." 

"Kacau?" Beo Kelvin.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Kelvin. "Tadi pagi, gue berangkat PL dalam kondisi kurang sehat. Trus, gue gak kenal sama guru-guru di kantor. Canggung banget rasanya selama berada di sekolah. Selain itu, gue juga gak punya teman dekat di sana." Curhatnya.

Kelvin mengangguk mengerti. "Gapapa, sayang. Lama-lama pasti kenal sama guru dan punya teman dekat juga." Hiburnya.

"Entahlah. Melihat anak kampus lain yang juga PL di sana, gue gak yakin bisa punya teman dekat. Mereka udah dekat banget. Seakan gak ada celah bagi gue untuk masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka."

"Coba aja mendekatkan diri. Siapa tau nanti jadi akrab sama mereka."

"Sedang gue usahain kok."

"Tadi ngapain aja di sekolah?" Mengalihkan pembicaraan ke hal lain supaya Erika melupakan kegundahan hatinya untuk sejenak.

"Upacara bendera sama rapat."

"Berarti belum masuk ke dalam kelas tadi?"

"Belum karena para guru membahas tentang jadwal pelajaran."

"Ohh gitu."

"Kalau Lo, ngapain aja di perusahaan?"

"Tadi sih perkenalan diri sama observasi aja."

Begitulah kebiasaan mereka. Selalu bercerita tentang hal-hal yang dialami. Baik lewat chat, Video Call, maupun secara langsung.

"Lo merasa dingin gak, Vin?" Celetuk Erika. Membuat Kelvin refleks menempelkan punggung tangannya di kening Erika. 

"Astaga, sayang. Lo demam. Kenapa maksain diri sih? Gue gapapa kok kalau Lo nolak ketemuan."

Erika sontak menegakkan tubuhnya seraya mendelik sinis. "Perasaan, kemarin ada yang ngambek karena gue tinggal liburan dan maksa ganti waktu berduaan ke hari ini." Sindirnya.

Kelvin menyengir. "Maaf. Habisnya Lo gak ngasih tahu dari jauh-jauh hari sih, sementara gue udah terlanjur nyusun rencana kencan." Membuka jaketnya dan memakaikan ke tubuh Erika sedangkan Erika menurut saja karena memang sangat kedinginan.  "Kita pulang, ya?" Ajaknya. Disambut oleh anggukan kepala Erika. "Mau gue gendong ke mobil?"

Erika memukul lengan Kelvin gemas. "Yang benar aja. Masa Lo mau gendong gue di dekat orang banyak?"

Pria di samping Erika mengerjap polos. "Emang kenapa, sayang? Apa salahnya?"

Erika memijit pangkal hidungnya kesal. "Dasar Kepin gak tau malu." Gumamnya.

Kelvin memicingkan matanya. "Apa? Kepin apa?" Tuntutnya.

"Kepin gak tau malu." Ledek Erika. Menghadirkan senyuman miring Kelvin. 

Pria itu memegang dagu Erika dan mencium pipi Erika secepat kilat. "Gue emang gak tau malu, sayang." Cengirnya.

Tindakan beraninya tersebut mampu membuat Erika melongo kaget dan menatap Kelvin dengan tatapan tak percaya. "Kepin nyebelin!!" Jeritnya tertahan.

Bersambung...

25/7/23

firza532

Kelvin: Possesive BoyKde žijí příběhy. Začni objevovat