📌S2. Part 5

3.5K 304 5
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Kamar Erika seperti kapal pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Erika seperti kapal pecah. Baju, sepatu, tas, dan aksesorisnya bertebaran dimana-mana lantaran kebingungan memilih outfit untuk ngedate.

Semua barangnya menjadi biasa. Tak ada yang bagus dan terlihat menarik di matanya. Tetapi, pada akhirnya, dia tetap memilih.

Pilihannya jatuh pada dress hitam selutut, sepatu putih, bandana putih, dan tas kecil warna hitam.

Rambut panjangnya dikepang satu. Wajahnya dipoles make up tipis. Kemudian, memakai bandana kain berwarna putih sebagai sentuhan terakhir.

Gadis itu tersenyum manis melihat pantulan bayangannya di cermin. Cantik, rapi, dan manis.

"Kelvin pasti makin suka," ujarnya percaya diri.

Setelah memastikan penampilannya sempurna, Erika pun pergi ke balkon kamarnya. Berniat mengambil beberapa selfie. Sayang sekali jika penampilan cantiknya tidak diabadikan.

Gadis itu mengambil foto beberapa kali. Tanpa menyadari kehadiran Alden dan teman-teman Alden di balkon sebelah.

"Ekhem!"

Kegiatan selfie Erika terhenti. Kepalanya melirik ke asal suara.

Alangkah terkejutnya Erika melihat segerombolan laki-laki sedang bersantai di balkon sebelah.

Raut wajahnya begitu syok. Jantungnya berdebar tak beraturan. Malu bukan main akibat dipergoki sedang selfie-selfie manja di depan kamera.

"Lanjutin aja, Ka. Anggap aja kami gak ada," kata Alden polos.

Erika menutup wajahnya malu seraya melarikan diri ke dalam kamarnya. 'sumpah! Malu banget!!' jerit batinnya frustasi.

Erika memukul-mukul kasurnya gemas. Melampiaskan rasa malunya ke benda mati yang tak bersalah itu.

Dirinya semakin malu ketika mendengar tawa dari kamar Alden.

"Aaaaaaaaa!!! Siapapun tolong hilangin gue dari muka bumi ini!" Teriaknya tertahan.

****

Kelvin: gue udah di luar, sayang.

Erika bergegas keluar dari kamar setelah membaca pesan Kelvin.

Gadis itu berani menyuruh Kelvin menunggu di depan rumahnya karena ibu dan ayahnya sedang di luar. Bekerja di toko masing-masing.

Kalau ada ayah dan ibunya, Erika tidak akan berani menyuruh Kelvin menjemputnya. Takut di interogasi.

"Dit, gue pergi dulu. Nanti kalau ibu pulang, bilangin gue sedang main sama teman." Pesannya ke sang adik.

"Oke. Asalkan bawain mie pedas nantinya." Palak Adit.

"Sip."

Erika segera keluar dari rumah. Menghampiri Kelvin yang menunggu di depan gerbang rumahnya.

Pria itu mengerjap kaget melihat penampilan cantik Erika. "Gila. Gue gak rela dia berpenampilan secantik itu. Gue takut cowok lain gak bisa mengalihkan pandangan darinya." Gumamnya resah.

Erika membuka pintu mobil Kelvin dan segera masuk. Layaknya baru saja melihat hantu.

Wajah pucat Erika membuat Kelvin bertanya penasaran. "Kenapa, sayang?"

"Gue malu banget, Vin." Keluh Erika seraya tertunduk lesu.

"Malu kenapa, sayang?"

Kepala Erika terangkat dan menatap Kelvin dengan tatapan membara. "Tadi, gue kan selfie-selfie gitu sambil nungguin Lo dan parahnya gue kecyduk Alden dan teman-temannya. Sumpah! Malu banget dilihatin gerombolan cowok. Rasanya gue gak punya muka lagi pas bertemu mereka."

Kelvin mengerjap heran. "Hanya karena itu?" Tanyanya tak paham, membuat Erika menatapnya kesal.

"Dahlah! Lo mah gak akan ngerti perasaan gue karena gak pernah berada di posisi itu." Decih Erika kesal. Ingin menjelaskan kronologi lengkapnya, namun ia tak sanggup menceritakan semuanya lantaran terlalu malu.

"Coba ce--"

"Sttt! Lupain aja! Jangan ngingetin gue ke kejadian memalukan itu lagi." Erika mengibaskan tangannya cuek.

"Btw, Alden itu siapa, sayang?" Tanya Kelvin kepo.

"Tetangga baru gue."

"Dia orang yang mengajak Lo ngobrol malam itu?" Interogasi Kelvin mendadak teringat kejadian beberapa minggu lalu.

"Iya."

Rahang Kelvin mengeras. Bibirnya terkatup rapat. Menahan emosi di dalam dirinya.

"Jangan dekat-dekat sama dia, sayang! Gue gak suka."

"Lah? Kapan gue dekat-dekat sama dia?" Protes Erika.

"Intinya jangan dekat-dekat sama dia. Ngobrol pun jangan! Apalagi ngobrol di malam hari."

Erika memicingkan mata kesal mendengar nada sinis Kelvin di akhir kalimat. "Masa gue gak boleh ngobrol sama tetangga sendiri?"

"Bukannya gak boleh ngobrol sama tetangga, tapi Lo kan bisa ngobrol sama tetangga Lo yang cewek."

Gadis cantik itu berdecak pelan. "Posesif banget sih Lo. Masa gak ngebolehin gue ngobrol sama cowok? Gue aja gak pernah loh larang Lo ngobrol sama cewek."

Melihat ekspresi jengkel Erika yang seperti hendak ngambek, Kelvin pun memutuskan untuk mengalah. Ia tidak ingin merusak suasana lebih jauh lagi.

Bersambung...

7/7/23

firza532

Kelvin: Possesive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang