📌S2. Part 9

3.5K 322 12
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Untunglah Kelvin pura-pura tidak tahu mengenai kejadian tadi sehingga Erika tak terlalu malu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untunglah Kelvin pura-pura tidak tahu mengenai kejadian tadi sehingga Erika tak terlalu malu.

Sesuai rencana, keduanya pergi ke toko bunga. Memilih bunga apa saja yang akan ditanam.

Erika menggaruk pipinya. Bingung harus memilih bunga yang mana karena semuanya sangat cantik dan indah. Menarik minatnya mengangkut semua bunga itu pulang, tapi terhalang di dana.

"Bagusnya nanam bunga yang mana, Vin?" Celetuknya. Meminta pendapat sang kekasih yang sedari tadi mengekorinya.

"Bunga mawar bagus tuh. Sama kek Lo, cantik."

Erika memukul lengan Kelvin gemas. "Gue serius ih."

"Gue juga serius. Lo emang kayak bunga mawar. Cantik dan menarik perhatian siapapun."

Erika mengulum senyum. Baper mendengar gombalan Kelvin. Mulut kekasihnya itu memang sangat manis.

"Bunga Alamanda, Melati, Asoka, dan Anggrek juga bagus, sayang." Timpal Kelvin kemudian setelah mengamati dan menganalisis bunga-bunga di dalam toko.

"Bagus sih bagus, tapi duit gue pasti gak cukup. Gue cuma bawa uang pas-pasan." Keluh Erika.

"Tapi, suka 'kan sama bunga pilihan gue?"

"Suka."

"Pengen nanam itu di rumah?"

"Iya."

Erika mengerjap polos melihat Kelvin mengangguk mengerti. Menghampiri penjual bunga, minta dibungkuskan, dan membayar semuanya.

Gadis itu mendekati Kelvin dengan kernyitan di keningnya. "Kok malah dibayarin?"

Kelvin mengusap rambut Erika gemas. "Anggap aja hadiah dari gue, sayang."

Melihat tatapan berbinar dan berharap Kelvin agar dirinya menerima, Erika pun menerimanya. Ia tak ingin merusak suasana lagi. Gadis itu sadar sudah terlampau sering mengecewakan harapan Kelvin. "Oke, makasih ya."

Kelvin tersenyum lega. Akhirnya, Erika menerima pemberiannya tanpa penolakan.

"Duluan ke mobil gih, gue pindahin dulu bunganya."

"Bareng dong. Masa Lo aja yang bawain?"

Kelvin mendorong Erika pelan. "Gak usah. Lo tunggu aja di mobil. Biar gue dan pekerjanya yang nganterin ke mobil."

Lagi-lagi Erika hanya bisa pasrah. Menunggu Kelvin di mobil. Setelah bunga dipindahkan, mereka langsung tancap gas pulang.

Lalu, menanam bunga bersama. Sekarang Erika membiarkan Kelvin main di rumahnya karena ibunya sudah terlanjur mengetahui hubungan mereka. Jadi, tidak ada gunanya lagi Erika menyembunyikan Kelvin.

Masalah pandangan tetangga, Erika bodo amat. Yang terpenting dia berduaan di luar rumah, bukan di dalam rumah. Selain itu, kedua adiknya juga ada di rumah untuk menjauhkan dari fitnah.

"Yeyy! Selesai!" Jerit Erika senang melihat kebun rumahnya sudah ditanami semua bunga. Tinggal menunggu bunga tumbuh dan mekar dengan indahnya.

Sementara itu, Kelvin juga senang. Senang bisa menanam bunga bersama Erika. Setelah ini, Erika pasti akan langsung memikirkannya setiap kali melihat bunga.

"Eh, tunggu bentar ya, Vin. Gue ambilin minum dulu."

Belum sempat Kelvin menahan Erika, gadis itu sudah meluncur ke dalam rumah.

Kelvin tertawa kecil melihat betapa bersemangatnya sang kekasih. Lantas, menyeret kakinya, meninggalkan kebun. Duduk di teras seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah.

Tatapannya terhenti di satu titik, yaitu di Alden yang baru saja memasuki perkarangan rumah sebelah bersama sekelompok orang.

Kelvin mendecih sinis. "Enak banget dia bisa tinggal di samping rumah Erika. Andaikan aja gue duluan yang membeli rumah itu. Gue bisa melihat wajah Erika kapanpun tanpa merasa risau saat dicuekin."

Akan tetapi, apalah daya. Semua sudah terlanjur terjadi. Alden lebih dulu membeli rumah di samping rumah Erika dibandingkan dirinya.

Dikala Alden menatapnya, Kelvin pura-pura sibuk main hp. Malas beramah-tamah dengan pria tersebut.

"Nih, minum dulu, Vin. Lo pasti kehausan gara-gara bantuin gue."

Kelvin mendongak. Menatap Erika dengan tatapan manisnya. "Padahal gak usah repot-repot, sayang. Gue gak terlalu haus kok. Cuacanya aja gak panas."

Erika menyodorkan jus jeruk di tangannya ke Kelvin. "Meskipun cuaca gak panas, tetap aja bikin haus. Gue aja kehausan banget tau. Nih diminum." Sanggahnya.

Kelvin mengambil alih gelas di tangan Erika. "Gue sih gak haus karena dahaga gue udah terpuaskan dengan melihat Lo aja."

"Dasar Kepin."

Kelvin menyengir. Lalu, meminum jus jeruk buatan Erika.

"Sayang." Panggilnya kemudian.

"Hm?"

"Alden dan teman-temannya sering nongkrong di situ?" Tanya Kelvin penasaran seraya melirik teras rumah Alden.

"Iya. Mereka tuh selalu nongkrong di sana sambil bahas proker KKN mereka."

"Ohh. Lo pernah mengobrol sama mereka?"

"Gak pernah."

Kelvin menghela nafas lega mendengar penuturan kekasihnya.

"Emang kenapa? Cemburu ya?" Goda Erika sembari menoel lengan kekasihnya.

Kelvin sontak menangkap tangan nakal Erika. Mengenggamnya erat, seolah tak akan pernah melepaskannya lagi. "Iya. Gue cemburu, sayang." Ungkapnya jujur.

"Tenang aja, Vin. Gue selalu kabur ke dalam rumah kok kalau melihat mereka."

Kelvin tertawa kecil. Ada untungnya juga ia memiliki pacar introvert. Kecil kemungkinan kekasihnya direbut pria lain karena Erika lebih dulu memberi lampu merah.

"Btw, Vin. Kok Lo ke rumah gue tanpa pemberitahuan sih?" Celetuk Erika. Sedikit kesal mengingat pacarnya itu main nyelonong saja ke rumahnya.

Kelvin tersenyum miring melihat wajah sebal gadis di sampingnya. "Karena gue yakin Lo gak bakal ngizinin gue main ke sini. Sementara gue, pengen kenalan sama ortu Lo biar mereka tahu kalau anak gadis mereka udah punya pacar dan gak akan berusaha jodohin Lo dengan siapapun selain gue." Tuturnya penuh penekanan, membuat Erika menelan saliva kasar.

Kelvin dan segala tindakannya memang tak bisa ditebak. Nekat melakukan sesuatu demi mencapai tujuannya.

Hampir saja Erika melupakan sikap asli Kelvin lantaran terlampau nyaman dengan sikap tenang Kelvin selama beberapa Minggu belakangan ini.

Entah kegilaan macam apa lagi yang akan dilakukan Kelvin ke depannya.

Bersambung...

11/7/23

firza532

Kelvin: Possesive BoyWhere stories live. Discover now