🌱S3. Part 18

761 67 4
                                    

Vote sebelum baca 🌟

‍‍‍‍‍"Pertemanan itu rapuh banget ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

‍‍‍‍‍"Pertemanan itu rapuh banget ya?"

Shila mengangguk setuju mendengar penuturan Erika. "Iya. Rapuh banget malah. Mudah digoyahkan oleh sesuatu. Misalnya aja Fani, dia temenan sama mereka sejak semester dua, tapi sekarang malah disisihkan."

"Sama kayak gue yang disisihkan mereka pas selesai kampus mengajar. Pada dasarnya, sifat manusia emang sulit diubah. Kalau mereka bisa kayak gitu ke gue, ke yang lain pun pasti mereka kayak gitu."

"Gak jauh beda sama pengalaman gue. Gue juga digituin sama orang yang gue anggap sahabat." Imbuh Shila menggebu-gebu. "Padahal dia numpang di rumah gue loh. Gue juga selalu tungguin dia. Rela pergi terlambat dan pulang terlambat demi nungguin dia. Tapi, balasannya malah menyakitkan. Dia bertingkah seolah gak mengenal gue di sekolah. Dia selalu cuekin gue. Nyesek banget sih kalau teringat sikapnya itu."

"Herannya, Lo masih aja mau temenan sama dia sedangkan gue, malah hilang respect sama dia setelah dengar cerita Lo."

"Sebenarnya gue juga gak suka lagi temenan sama dia, tapi gak enak jauhin dia. Tau sendiri lah kalau dia gak punya teman di kelas."

"Bodo amat sih kalau gue. Orang kek dia tuh cuma ingat kita pas butuh doang. Pas senang, dia bakal lupain kita."

Shila tertawa kecil melihat kekesalan Erika. Lantas, ia pun berdiri sembari menyodorkan tangannya ke Erika. "Daripada bahas dia, mending kita pulang. Gocar kita udah datang tuh."

Erika menyambut uluran tangan Shila, kemudian bangkit dari posisi duduknya.

Keduanya masuk ke dalam mobil yang berhenti tepat di depan mereka. Mengambil posisi ternyaman dan mulai mengobrol lagi.

"Berapa nilai puisi Lo tadi, Shil?" Celetuk Erika penasaran.

"88. Kalau Lo?"

"88 juga."

"Entah kenapa gue gak setuju dengan sistem kayak tadi. Masa teman yang nilai puisi kita. Harusnya Bu Zera aja yang menilai gak sih? Soalnya ibu kan paling paham mengenai citraan, diksi, dan majasnya. Teman kan bisa aja keliru pas memeriksanya." Komentar Erika.

"Yah, mau bagaimana lagi. Untung aja nilai kita 88 sedangkan yang lain aja nilainya ada di bawah 60."

"Tadi nilai gue bisa tinggi karena bantu mengkoreksi punya gue sendiri loh."

"Gue juga."

Keduanya tertawa. Berlanjut ke obrolan lain, mengabaikan sopir yang terdiam membisu dari tadi.

Sopir itu baru bersuara setelah keduanya sampai di depan kontrakan Erika.

Kala selesai membayar, Erika dan Shila langsung masuk ke dalam rumah. Mengistirahatkan tubuh lelah mereka di kasur.

Semenjak Senin lalu, Shila menginap di kontrakan Erika karena temannya itu mengeluh takut tinggal sendirian.

"Kapan Kelvin balik, Ka?" Celetuk Shila.

Kelvin: Possesive BoyWhere stories live. Discover now