📌S2. Part 19

2.3K 260 5
                                    

Vote sebelum baca 🌟

"Ibu mau gak jadi pacar saya?" Erika tertawa resah melihat anak muridnya tiba-tiba maju ke depan kelas sembari membawa bunga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu mau gak jadi pacar saya?"
Erika tertawa resah melihat anak muridnya tiba-tiba maju ke depan kelas sembari membawa bunga.

Seisi kelas bersorak dan ada pula yang mengabadikan moment itu lewat sebuah video sehingga Erika menggelengkan kepala tak habis pikir.

Keberanian anak-anak kelas 10 patut diacungi jempol. Masih baru tapi sudah berani bercanda ke guru.

"Sttt! Yang lain jangan terlalu heboh, nanti ditegur guru sebelah loh." Peringat Erika.

"Iya, Bu." Sahut mereka kompak.

"Jadi, gimana, Bu? Ibu mau 'kan jadi pacar saya?" Tanya Rangga. Masih setia berlutut di depan Erika seraya menyodorkan bunganya ke Erika.

Erika tertawa kecil. "Maaf ya, Rangga. Ibu gak bisa nerima Rangga." Candanya.

"Kenapa, Bu?" Tanya Rangga pura-pura kecewa.

"Karena kamu masih kecil." Kikiknya.

Rangga berdiri sambil menyugar rambutnya cool. "Aku gak kecil, Bu. Lihat nih! Aku lebih tinggi dan besar daripada ibu." Tuturnya songong.

"Umurmu yang masih kecil. Ntar Ibu malah disangka pedofil kalau pacaran sama kamu."

Seisi kelas tertawa mendengar ucapan Erika.

"Kasian deh. Ditolak sama ibu." Ledek murid lain ke Rangga.

"Btw, Ibu udah pacar, Bu?" Celetuk salah satu murid.

"Udah."

"Makin potek deh hati Rangga." Ledek mereka lagi.

Rangga memegang dadanya. Seolah sangat terluka mengetahui kenyataan itu. "Cinta pertama Rangga ternyata begitu menyedihkan. Ditolak sebelum sempat berjuang."

Erika memukul lengan Rangga gemas. "Udah, udah. Jangan drama kamu. Buruan duduk di kursi. Kita mulai kuis lagi."

Tawa para siswa berganti dengan keluhan. "Soalnya mudah 'kan, Bu?"

"Mudah kok. Kita kuis tentang materi yang ibu jelaskan barusan. Nah sekarang, keluarin kertas selembar. Simpan buku dan hp ke dalam tas."

"Oke, Bu."

"Kalau ketahuan lihat hp, ibu sita hp nya," ucap Erika menakut-nakuti.

Setelah itu, kuis pun dimulai. Erika berpatroli di dalam kelas agar tidak ada yang bisa mencontek maupun melihat buku.

Terkadang Erika dibuat tersenyum geli oleh gerak gerik siswa yang ingin mencontek. Misalnya, selalu memantau di mana Erika berdiri dan selalu mencuri-curi pandang ke Erika. Sungguh terlihat sekali cara mereka mencontek.

Tindakan mereka itu juga mengingatkan Erika ke masa sekolahnya. Dimana dia pernah seperti itu juga saat sedang ujian.

Pasti dulu gurunya merasakan hal yang sama dengan yang Erika rasakan.

Jika ada guru yang tidak tahu siswanya mencontek, percayalah! Itu cuma pura-pura tidak tahu karena gerak gerik saat mencontek terlihat sangat jelas meskipun guru sedang menunduk. Baik dari depan kelas, maupun dari belakang kelas.

****

Setelah para guru di kantor banyak yang pulang, Erika dan teman-teman PL nya pun keluar dari kantor.

Mereka selalu begitu. Menunggu para guru di sekolah itu pulang duluan. Setidaknya pulang sebagian, baru mereka pulang. Maklum saja, teman-teman PL nya terlalu hormat.

Padahal Erika ingin pulang tepat waktu seperti guru lain. Tapi, tidak mungkin dilakukannya karena takut dicap buruk.

Erika mendesah pasrah. Ia pergi ke arah motornya di parkirkan dan sedikit terkejut melihat Kelvin duduk manis di motornya.

"Lama banget Lo keluar, sayang. Ngapain aja di dalam kantor di saat semua guru udah pada pulang?"

Kelvin menghela nafas pelan. "Biasalah. Nungguin teman-teman gue pulang."

Kelvin manggut-manggut pelan.

"Udah dari tadi di sini?"

"Iya."

"Kok gak chat gue?"

"Udah. Gue juga udah telpon tapi Lo gak aktif."

Erika menyengir pelan melihat kekesalan kekasihnya. "Oh iya, tadi kan gue hidupin mode pesawat."

"Pantesan!"

"Lagian ngapain ke sini? Lo gak capek?"

"Sebenarnya capek tapi gue pengen ketemu Lo. Kangen."

"Berlebihan banget deh Lo. Kemarin kan kita udah ketemu. Hari-hari sebelumnya juga."

Kelvin menatap gadis itu kesal. "Gue gak berlebihan. Lo aja yang gak pernah kangen ke gue. Kadang gue sampai berpikir Lo gak menyukai gue sedikitpun." Melihat tatapan datar Erika, dia segera mengalihkan pembicaraan ke arah lain. Takut berdebat sengit lagi. "Mana kunci motor Lo?"

"Di dalam tas."

"Keluarin. Gue yang bawa motor."

"Terus, kendaraan Lo gimana?"

"Gue gak bawa kendaraan, sayang."

"Lah? Ke sininya pakai apa?"

"Gojek."

"Ohh."

Erika memberikan kunci motornya ke Kelvin sesuai permintaan pria itu. "Ah iya, gue kan gak bawa helm cadangan. Gimana kalau kita kena tilang?" Cemasnya.

Kelvin terkikik pelan. "Tenang aja, sayang. Kita gak akan kena tilang."

"Tenang. Gue bawa helm sendiri." Kelvin memamerkan helmnya hingga membuat Erika tertawa kecil.

'Ternyata Kepin udah mempersiapkannya dengan matang' pikir Erika.

"Ayo naik."

Erika naik ke atas motornya dengan posisi menyamping.

"Udah siap, sayang?"

Erika memegang ujung baju Kelvin. "Udah."

"Pegangan yang benar, sayang. Nanti jatuh."

Erika tersenyum miring dan memeluk Kelvin. "Kayak gini?" Godanya seraya mengusap perut Kelvin dan menumpukan dagunya di bahu Kelvin. Pria itu membalas tatapannya lewat kaca spion.

"Ntar gue goda balik, nanges!" Ledek Kelvin.

Erika mendengus kesal dan menjauhkan tubuhnya. "Gak asik Lo." Dumelnya pelan.

Bersambung...

18 Agustus 2023

firza532

Kelvin: Possesive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang