📌S2. Part 6

3.4K 311 32
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Senyuman lebar menghiasi bibir Erika melihat dua mata kuliahnya mendapatkan nilai A, yaitu mata kuliah Metode Penelitian Bahasa dan Menulis Karya Ilmiah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyuman lebar menghiasi bibir Erika melihat dua mata kuliahnya mendapatkan nilai A, yaitu mata kuliah Metode Penelitian Bahasa dan Menulis Karya Ilmiah.

Mulai berharap di dalam hati, nilai mata kuliahnya yang lain juga mendapatkan A.

"Gue gak suka dicuekin, sayang." Gumam Kelvin kesal seraya merampas ponsel Erika.

Sejak tadi, dia sudah bersabar melihat Erika tiba-tiba sibuk bermain ponsel. Mengabaikan keberadaannya. Namun sekarang kesabarannya sudah habis. Ia tak bisa lagi melihat Erika sibuk sendiri.

"Balikin hp gue!" Protes Erika.

Kelvin menggeleng seraya mengantongi ponsel pacarnya, membuat Erika berdecak kesal. "Lo kok makin nyebelin sih?!"

"Lo yang nyebelin, sayang. Cuekin gue terus dari tadi. Padahal Lo bisa main hp di rumah, tapi malah main hp pas bareng gue." Cerocosnya. "Gue membosankan banget ya sampai Lo main hp terus?"

Erika meringis pelan melihat raut wajah tersakiti Kelvin. "Maaf. Gue gak akan main hp lagi deh," ujarnya mengalah.

Kelvin tersenyum puas. "Gitu dong."

Erika menggerakkan ayunan yang dinaikinya tanpa mengubris ucapan Kelvin.

Lebih memilih menatap keadaan di sekitar. Dimana banyak pasangan muda mudi ataupun keluarga kecil yang menikmati suasana sore di taman.

Wajah semua orang terlihat sangat ceria bersama orang terkasih mereka.

Erika lantas menoleh ke samping. Guna menatap ekspresi Kelvin.

Jantungnya sontak berdebar kencang melihat tatapan intens Kelvin menghunusnya. Ia refleks mengalihkan tatapan ke arah lain. Salah tingkah akibat ditatap sedemikian rupa.

Kelvin tersenyum gemas menyadari kekasihnya salah tingkah. Tangannya terulur, mengusap puncak kepala Erika. "Gemesin banget sih Lo." Kikiknya.

Erika mengulum senyum. "Dasar Kepin pembual."

Kelvin tertawa mendengarnya. "Kok malah ngatain gue pembual, sayang?"

"Habisnya mulut Lo itu terlalu manis. Mudah buat gue baper." Kekehnya.

"Mudah baper tapi kok buktinya susah jatuh cinta ke gue? Butuh waktu 3 bulanan sebelum gue berhasil luluhin hati Lo." Sanggah Kelvin.

"Lo mencurigakan dan nyebelin banget sih, makanya dulu gue gak tersentuh. Yang ada, gue malah kesal terus bawaannya pas melihat Lo."

"Sekarang udah gak 'kan?" Goda Kelvin.

"Kata siapa? Sekarang gue masih kesal lihat Lo." Sahut Erika balas menggoda Kelvin dan terbahak melihat ekspresi mengenaskan Kelvin. "Bercanda, Vin."

****

Baru pulang dari main, Erika langsung disambut oleh kehebohan di rumahnya. "Ada apa ini, Bu?" Tanyanya penasaran melihat adik bungsunya disidang.

"Ini loh, Ka. Adikmu yang masih kecil satu ini ketahuan merokok."

Mata Erika membola kaget. Menatap Afgan yang menunduk dalam. "Ngapain Lo sok-sok an merokok, Gan? Lo itu baru mau naik kelas 2 SMP! Belum bisa nyari duit sendiri untuk beli rokok. Jajan aja masih sering minta ke gue." Omelnya.

"Tau tuh. Gue yang udah SMA aja gak pernah merokok walaupun teman gue banyak yang perokok." Imbuh Adit.

Ayah Erika menatap Afgan tajam. "Selama ini kami biarin kamu main sepuasnya. Kami beri kamu kepercayaan penuh, tapi kamu malah merusak kepercayaan ayah dan ibu. Mulai sekarang, kamu gak boleh main lagi. Kamu gak boleh berteman sama anak-anak nakal itu lagi."

"Ta--"

"Masih aja berusaha ngebantah. Mau jadi apa kamu, Gan? Masih kecil udah merokok. Kamu pengen berhenti sekolah, iya?!" Potong ibunya marah.

"Masa aku gak boleh berteman sama mereka, Bu? Ibu mau aku dikucilin?" Sahut Afgan berani.

"Mereka itu bukan teman satu sekolahmu, Gan. Gak ada untungnya kamu dikucilin atau gaknya." Ketus sang ibu.

"Pokoknya kamu gak boleh main lagi sama mereka. Kalau sampai ketahuan, kami gak akan ngasih kamu uang jajan lagi. Camkan itu baik-baik!" Putus Ayah Erika tak bisa diganggu gugat. Lalu, kembali ke kamar bersama sang ibu.

"Mampus!" Ejek Adit.

"Makanya gak usah sok-sok an merokok segala." Timpal Erika puas melihat ekspresi nelangsa adik bungsunya.

Afgan menatap Erika dan Adit kesal. "Diam kalian!"

Erika dan Adit tertawa puas melihat Afgan keluar dari rumah sambil membanting pintu. Begitu puas melihat adik bungsu mereka tersudutkan.

"Btw, mana mie pedas gue?" Tagih Adit.

"Gak ada. Soalnya gue lupa bawa dompet." Cengir Erika polos. Menghadirkan umpatan kesal adik laknatnya.

Bersambung...

8/7/23

firza532

Kelvin: Possesive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang