Bonus Part [Bagian 1]

5.1K 286 23
                                    

1st Wedding Anniversary
[.]

Cinta adalah pengabdian. Pernikahan adalah ikatan suci yang Bian pilih untuk mengikatnya dengan komitmen seumur hidup. Satu dekade lebih menjadi budak cinta, Bian adalah abdi yang setia. Satu tahun menjadi seorang suami mengajarkan Bian apa artinya dicintai dan mencintai.

Kehidupan pernikahan adalah hal terindah yang pernah Bian rasakan. Selama satu tahun ini tiada hari tanpa dia merasa bahagia hidup berdampingan bersama istri yang begitu dicintainya.

Hari ini sedikit istimewa.

Demi hari ini Bian rela meliburkan diri dari pekerjaan. Workaholic yang kadar kecanduannya sudah melebihi kecanduan pada narkoba itu—memilih pergi ke toko bunga memesan 100 tangkai mawar merah untuk ia persembahan kepada istrinya tercinta ketimbang duduk di kursi kantor menyelesaikan laporan pekerjaan. Lalu pergi ke toko kue membeli red velvet cake kesukaan istrinya dengan lilin angka satu ditaruh di tengah-tengah cream strawberry and the cherry on top. Pergi ke departemen store membelikan istrinya hadiah istimewa memperingati hari jadi pernikahan mereka yang pertama.

Saat malam tiba Bian berlutut dengan satu kaki, mempersembahkan buket bunga dan hadiahnya kepada Aswari yang kini memandanginya tanpa ekspresi. Perempuan itu baru pulang dari bekerja.

"Happy first wedding anniversary, Sayang." Senyum pria 28 tahun yang terlihat sumringah.

Lima detik tanpa reaksi.

"Thanks." Aswari menerima buket mawar pemberian sang suami. Kalung berlian di tangan kanan Bian mulai bergerak berpindah ke lehernya.

"I love you." Kecup Bian di pipi istrinya setelah menyematkan perhiasan termahal di departemen store ke leher jenjang perempuan tercantik di muka bumi.

Aswari membalas dengan senyuman tipis.

"Kamu pasti capek, mau mandi dulu atau istirahat? Atau kamu belum makan malam?" tanya Bian penuh perhatian kepada istrinya.

"Aku udah kenyang." Aswari menjawab. "Mau mandi terus tidur."

"Tidur?"

"Iya."

"Langsung tidur?" Bian memberi penekanan di setiap suku kata.

"Iya, aku capek. Besok harus persiapan meeting pagi sama direksi, aku butuh istirahat. Kamu ngerti kan?"

Bian dengan guratan tipis di keningnya terpaksa mengangguk.

"Good night."

Malam yang seharusnya spesial ini beralu begitu saja tanpa ada yang istimewa.

Bian mematung di depan kamar tidur. Apa hanya dia seorang yang terlalu bersemangat menanti hari ini? Apa ekspektasinya yang terlalu tinggi?

***

Pagi hari saat sarapan, Bian menumpahkan gelas minumnya ke atas meja—membuat celana dan kemejanya basah.

Pria itu baru saja tersambar petir. Petir yang keluar dari mulut istrinya.

"Kamu ... kamu bilang apa?" ulang Bian meminta Aswari mengatakan sekali lagi ucapannya yang begitu mengejutkan.

Aswari menyilangkan tangan di depan dada. Meninggalkan garpu dan sendok yang belum tersentuh di samping piring.

"Mulai sekarang aku nggak mau tidur sama kamu."

Bian tercengang. Masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Mulai malam ini kita tidur terpisah. Kamu bisa pakai kamar tamu di sebelah." Tanpa berkedip Aswari memberikan perintah. Bian termangu, bertanya-tanya kenapa.

"Kenapa begitu? Aku nggak mau kita pisah kamar."

Aswari menghela pendek. Melihat ke ujung meja. Menyelipkan beberapa anak rambut ke belakang telinga.

"Aku nggak tahan sama suara ngorok kamu. Aku nggak bisa tidur nyenyak, Bi."

Hah?

Tautan alis di wajah Bian semakin sengit.

"Aku aja nggak ngorok, Aswari. Gimana bisa aku ganggu tidur kamu?" Bian membela diri, dia merasa dituduh.

"Pokoknya aku nggak mau kita tidur satu kamar. Hari ini juga beresin barang-barang kamu yang ada di kamar utama, pindahkan semuanya ke kamar tamu di sebelah. Ngerti?"

Ini pula apa-apaan?

Sejak kapan istrinya berubah menjadi diktator?

Perempuan itu berdiri. Meninggalkan sarapan yang tak tersentuh. Meninggalkan Bian yang masih ingin bergulat kata-kata dengannya.

"War?"

Panggilan Bian tidak diindahkan. Aswari tetap melaju menyisakan gema dari Christian Louboutin yang mengetuk lantai marmer rumah.

Sejak saat itu sosok istrinya yang jelita menjelma menjadi penyihir yang tinggal satu rumah dengannya.

Sejak saat itu sosok istrinya yang jelita menjelma menjadi penyihir yang tinggal satu rumah dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini bonus part buat kalian yang kangen sama kisah Bibi dan Penyihir. Hehe sedikit mengobati kangen kan?

Ini flashback ke satu tahun pernikahan mereka, itu tuh malam itu yang ituuuu wkwkw

Titik balik rumah tangga Bian sama Aswari jungkir balik 🤣🤣🤣

Sekalian mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bulan ramadhan buat kalian yang menjalankan. Sehat-sehat selalu ya guys, jangan sampai sakit. Bahagia terus kalian 👍

Cukup sekian, sampai jumpa lagi di lain kesempatan yaaaa

See you,
INA SW

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Where stories live. Discover now