40. My Life Is a Joke

10.6K 1K 83
                                    

Hari ini Aswari mulai berangkat kerja. Setelah libur tiga hari menikmati masa tenangnya, hiruk-pikuk pekerjaan kembali menjadi bagian dari aktivitasnya sehari-hari.

Para karyawan menyapa sepanjang perempuan itu berjalan. Mereka saling berbisik, ada yang berbeda dari penampilan si penyihir. Auranya pun terasa beda.

Kini Aswari tidak lagi berdandan cetar seperti biasanya, lipstik Dior 999 merah membahananya digantikan dengan warna pink lembut. Sepatu hak tingginya digantikan flat sandals dua senti. Rambutnya yang biasanya ditata sedemikian rupa, sekarang hanya digerai alami. Penyihir yang menjelma menjadi seorang peri.

"Aura mamah mudanya luber ke mana-mana, Wak." Ratna yang kini sudah ahli beralih mode dari teman dan profesional berkomentar lucu.

"Cantik kan gue?" Aswari mengibaskan rambutnya ke kanan dan ke kiri.

Ratna tertawa. Sejak kapan Aswari jelek?

"Ponakan Tante apa kabaaar?" Ratna menyapa calon keponakannya di dalam perut Aswari.

"Baik, Tante. Aku udah sarapan nasi lemang tadi." Tentu Aswari yang menjawab.

"Nasi lemang? Lo ngidam?"

Aswari mengangguk. "Pas mau tidur gue nonton Upin Ipin, terus paginya pengen sarapan nasi lemang. Nasib baik Bi Suti bisa ngakalin buat sendiri."

"Beruntung Bi Suti jago masak, kalo enggak? Bisa-bisa pagi ini lo terbang ke Kuala Lumpur cuma buat sarapan."

"Hehe, bisa jadi iya."

"Repot juga ya, Wak. Aduuuh, semoga ngidam lo nggak macem-macem, mengingat mulai sekarang bapaknya si jabang bayi nggak bisa memenuhi semua keinginan lo."

Senyum Aswari instan hilang. Ratna mengingatkannya kembali kepada Bian. Perempuan itu duduk di singgasananya sambil memijit pangkal hidung. PR-nya masih tersisa satu. Dia belum memberitahu Bian kehamilannya.

Selama berdiam diri di rumah, Aswari berpikir keras bagaimana baiknya menyelesaikan masalahnya dengan Bian. Dia memikirkannya dengan sangat teliti dan cermat. Bahkan membuat analisis SWOT dengan 5W+1H, haruskah mereka lanjut atau pisah. Bahkan Aswari menambahkan satu subjek baru, membesarkan anak lebih baik dalam kondisi keluarga sempurna atau sebaliknya. Anaknya pasti berharap punya Papi dan Mami yang memiliki hubungan harmonis. Anak mana yang mau terlahir di keluarga broken home?

Pikiran Aswari buntu. Dilemanya tak kunjung mendapatkan keputusan final. Ini karena Aswari memperhitungkan segalanya bukan dengan logika namun dengan perasaan. Sehingga setiap kali hendak mengambil keputusan ia jadi sangat ragu, keputusannya menjadi tidak objektif. Aswari takut, takut keputusan yang diambilnya adalah jawaban yang salah.

Bagaimana jika keputusannya tepat untuk dirinya namun tidak untuk calon buah hatinya? Perempuan itu mengusap wajahnya. Sinting, dia hamil dan suaminya belum tahu.

ARRRGGGHHHH!!!

Mengacak rambut ribuan kali pun tidak membuat kepalanya mendapatkan jawaban. Malah yang ada hanya semakin menambah pusing.

"Berkas gugatan cerai gue udah masuk pengadilan belum, Wak?" tanya Aswari kepada sekretarisnya.

Ratna mengangguk. "Hari ini tim pengacara kita mau ngajuin berkas."

Aswari terdiam cukup lama. Biarkan atau cegah? Biarkan? Cegah? Sial, tidak tahu! Terserah! Aswari tidak tahu lagi mana yang paling tepat dan mana yang paling salah.

"Kalau gitu jangan lupa hubungi pengacaranya Bian, kasih tau proses cerai tetep lanjut." Aswari mengucapkan itu setelah memikirkannya cukup lama. Sangat lama.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang