02. Born to Fuck

20.2K 1.3K 43
                                    

Warning!
18+ and harsh words

➳༻❀✿❀༺➳

Lantai dua puluh sembilan gedung WAR Corporation dihuni oleh segelintir orang saja. Selain ruangan direktur utama juga meja sekretaris, lantai itu kosong dan hanya menyisakan lobi panjang dengan meja resepsionis di ujung.

Tidak perlu tanya kan siapa pemilik tower dua puluh sembilan lantai ini? Tentu saja pemiliknya adalah si penyihir, Aswarina Priambudi. WAR Corporation diambil dari namanya. Panggilan kesukaan Bian, War.

Dari segi bisnis, nama dagang WAR Corporation terkesan nyentrik dan kuat. Aswari suka itu. Seakan perusahaannya itu memproduksi senjata perang dan nuklir, padahal yang dilakukan perusahaannya hanyalah bisnis biasa. Layanan keuangan dan properti.

Perusahaan ini Aswari bangun dengan keringat dan kerja kerasnya sendiri. Berbeda dengan suaminya yang datang dari latar belakang konglomerat. Aswari hanya orang biasa, bukan bangsawan berdarah biru seperti Bian. Susah payah ia banting tulang jatuh bangun untuk mencapai puncak karirnya ini. Berawal dari bekerja sebagai staff keuangan di SW Grup, lalu memilih keluar dari sana setelah namanya menjadi besar dan bergabung dengan perusahaan saingan, HHW Corp. Aswari berkhianat untuk mendapatkan yang lebih. Mendapatkan apa yang tidak bisa ia dapatkan dari SW Grup. Terbukti bukan, HHW Corp membantunya mencapai posisinya sekarang. Mungkin jika Aswari tetap berada di SW Grup, ia hanya akan berakhir menjadi budak di sana. Itu bukan akhir yang ingin Aswari capai. Ia ingin lebih.

Sejauh ini Aswari sudah mengakuisisi banyak perusahaan menengah dan membangun ulang citranya. Dengan strategi dan taktik yang cantik, perempuan itu mengepakkan sayapnya membuat perusahaan miliknya sebesar sekarang. HHW Corp bisa dibilang dalang dibalik kesuksesannya. Selama ini Ricky Widjaya-lah yang telah membantunya membujuk perusahaan-perusahaan yang berhasil Aswari akuisisi. Back up yang kuat memang sangat menyenangkan.

Goals yang ingin Aswari capai sekarang adalah mengambil alih sebanyak mungkin anak perusahaan SW Grup. Beberapa sudah ada yang berhasil ia akuisisi. Itu pun hanya perusahaan properti skala menengah yang bagi Kusuma Sastrowardoyo hanya menghasilkan uang receh untuk jajan Bian. Tidak terlalu berpengaruh. Tapi tak apa, Aswari akan berjuang hingga di kemudian hari seluruh SW Grup jadi miliknya. HAHAHA! Aswari akan melihat dengan mata kepala sendiri keluarga konglomerat Sastrowardoyo jatuh ke tangannya. Lihat saja nanti kehancuran keluarga satu itu. Ia akan memeluk Bian yang menangis tersedu karena keluarganya jatuh miskin dan dia yang tidak dapat warisan sepeser pun. Tunggu saja tanggal mainnya.

"Masih ada jadwal lagi?"

"Nggak ada. Tadi itu yang terakhir." Suara tegas perempuan menjawab pertanyaan Aswari. Namanya Ratna, sekretaris merangkap asisten pribadi merangkap sahabat dan merangkap partner kriminalnya.

Aswari menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk ruangannya. Ia lelah. Tubuhnya letih sekali. Ditambah ia kurang tidur beberapa hari belakangan. Rasanya ia hampir pingsan.

"Mode teman." Aswari mengucapkan itu kepada Ratna. Password untuk mengubah Ratna dari mode sekretaris profesional menjadi mode teman.

"Apa? Lo mau curhat apa lagi?" Ratna yang awalnya berdiri dengan posisi siap di belakang Aswari langsung duduk di seberang perempuan itu. Nada bicaranya berubah seratus delapan puluh derajat. Yang semula formal menjadi kasual dengan lo dan gue.

"Bian."

"Kenapa lagi laki lo?" Ratna melepaskan sepatu hak tingginya. Membiarkan kakinya tanpa alas kaki di atas karpet.

"Dia sensi mulu akhir-akhir ini. Dikit-dikit marah, dikit-dikit emosi. Kenapa ya, Wak?" Aswari memandang langit-langit ruangannya bertanya-tanya.

"Kurang belaian kali."

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Where stories live. Discover now