11. Don't Leave Me

10.9K 1K 53
                                    

Pintu rumah ditutup dengan bantingan keras. Aswari yang sedang duduk di sofa rumah berjengit kaget. Moa yang sedang tidur di pelukannya pun terbangun.

Bian muncul dengan wajah lelahnya. Kini giliran suaminya yang pulang larut malam. Pria itu baru menginjakkan kaki ke rumah pukul setengah satu diri hari. Tanpa Aswari tanya alasannya pun itu sudah pasti karena masalah sponsor yang sempat Ricky singgung tadi siang.

"Bi, tumben lembur?" Aswari berusaha menyapa suaminya baik-baik. Meski semalam bertengkar hebat, tapi hari ini Bian butuh dihibur. Aswari bukan istri yang sejahat itu membiarkan suaminya tersiksa seorang diri saat ia tau Bian sedang dirundung masalah.

Pria berjas hitam itu hanya melirik sedetik ke arah Aswari. Lalu melenggang pergi menuju kamarnya tidak ingin memunculkan masalah baru dengan Aswari. Ia sudah sangat lelah dengan pekerjaan. Bian tidak mau Aswari menambah beban pikirannya. Karena penyihir itu pasti amat menikmati bila hidup Bian sengsara. Bila hidup Bian dilanda kesulitan.

"Bi, udah makan?" Aswari mengekor di belakang. Ikut masuk ke kamar Bian yang berada di sebelah kamarnya.

Pria itu belum menanggapi. Yang dilakukannya hanya menaruh tas kerjanya di meja dekat laptop. Melepas jasnya dan melemparnya ke dalam keranjang baju kotor. Aswari sempurna diabaikan.

"Bi, kamu capek ya?" Aswari belum menyerah. Bian yang sampai diam membisu seperti ini tandanya bukan waspada level dua atau siaga level tiga, melainkan awas level empat. Yang artinya siap meledak sewaktu-waktu.

"Bi?" Masih juga belum ada respon. Aswari sedikit cemas. Seserius itukah imbas dari keisengan Ricky Widjaya yang merebut sponsor milik Bian sampai suaminya ini melihatnya tak kasat mata padahal ia hanya memakai lingerie yang merupakan favorit Bian.

Aswari harus menggunakan strategi apa lagi agar bisa meluluhkan hati Bian? Mari pikiran bersama-sama dengan otak cerdas miliknya. Ah! Ada satu ide bagus.

"Sayang," panggil Aswari dengan suara lembut.

Bian yang sedang menggulung lengan kemejanya terhenti. Sudah berapa lama ia tidak mendengar panggilan itu dari mulut istrinya? Satu tahun mungkin?

Ahh, Bian ingin mendengarnya sekali lagi.

"Bi, kamu marah banget sama aku ya?" Aswari melangkah mendekat.

Perempuan itu berhasil mendapatkan perhatian Bian. Ia segera menghamburkan tubuhnya memeluk suaminya itu. Aswari tepuk-tepuk punggung Bian lama. Memeluk pria itu amat erat. Hingga akhirnya pelukannya berbalas. Bian balik memeluknya. Kedua tangan pria itu melingkar pada pinggangnya. Kepala milik Bian luruh di bahu Aswari. Bian telah menyerah. Gunung es di hatinya meleleh.

"You okay?" Aswari bertanya saat mereka berdua masih berpelukan.

"No," jawab Bian dengan suara yang amat pelan.

"It's okay. I'm here. You'll be fine." Aswari makin erat memeluk Bian. Bian pun melakukan hal yang sama.

Pelukan itu berlanjut hingga bermenit-menit berikutnya. Aswari akan memeluk Bian selama yang pria itu butuhkan supaya merasa lebih baik. Bian pun akan memeluk Aswari sampai Aswari menjadi satu-satunya penyelamatnya saat ia terpuruk. Aswari yang paling mengerti Bian. Dan Aswari yang paling Bian butuhkan. Mereka bisa saling melengkapi meski dalam keadaan terburuk sekalipun.

"Bi, kamu pasti belum makan kan?" Aswari bertanya. Ia tahu fakta itu karena Devi yang memberitahunya. Bian menolak untuk makan siang dan makan malam. Ada gunanya juga mengajak sekretaris suaminya itu minum kopi tempo hari.

Bian melepas pelukan keduanya. Menjawab pertanyaan Aswari dengan gelengan pelan.

"Mau aku masakin? Tapi janji harus dimakan?" Aswari menawarkan. Mode istri baik-baik sedang dijalankan.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Where stories live. Discover now