30. Icarus Falls

8.6K 825 55
                                    

Di semesta yang Bian tinggali, Aswari bagaikan matahari dan dirinya adalah Icarus. Terbang terlalu dekat dengan matahari membuat sayap lilinnya meleleh. Seperti Icarus yang jatuh, Bian pun terhempas. Berada terlalu dekat dengan matahari membuatnya terbakar. Bernapas di sisinya sudah terasa begitu menyakitkan.

Icarus fell because he flew too close to the sun.

Bian pun jatuh karena terbang terlalu tinggi menggapai matahari yang tidak akan pernah bisa diraihnya.

Bian membuka matanya. Sampai dini hari ia masih terjaga. Kedua matanya terbuka lebar. Ia tidak bisa tidur. Pikirannya sibuk mengembara. Aswari berbaring di sebelahnya. Perempuan itu hanya berjarak satu jengkal darinya tapi terasa sangat jauh. Seperti dipisahkan oleh semesta yang berbeda. Bian memandangi punggung Aswari. Ada hasrat ingin memeluknya, namun Bian sadar ia tidak lagi berhak.

Hela napas terdengar teratur. Bian yakin sepenuhnya Aswari belum tertidur. Bagaimana dia bisa tidur? Pernikahan mereka sedang tidak baik-baik saja. Dinasti yang mereka bangun menghitung hari menuju kehancuran.

"Stop looking at me." Aswari bersuara, memecah keheningan malam. Ia bisa merasakan tatapan Bian menusuk punggungnya. "You need sleep. You work tomorrow."

Bian gamang. Ada rasa ingin menumpahkan semua gundahnya kepada Aswari sekarang, saat ini juga. Bian ingin mengajak Aswari bicara lebih lama. Bian ingin terus mendengar suara Aswari. Bian resah.

"War, can I hug you? Just for tonight?" Suara Bian samar, hampir tidak terdengar, meminta ijin dengan nyalinya yang terakhir.

Aswari tidak menjawab.

Detik berikutnya Bian memeluk istrinya. Erat. Perempuan itu tidak menolaknya. Bian membenamkan wajahnya di leher belakang Aswari menghirup dalam-dalam aromanya seperti baru pertama kali menemukan oksigen. Bian relakan dirinya melebur menjadi abu malam ini asalkan bisa sedekat ini dengan Aswari.

Dalam keheningan malam Aswari bisa merasakan hembusan napas Bian di tengkuknya, terasa hangat. Dekapan Bian adalah tempat paling nyaman yang pernah ia temukan. Dan mungkin saja saat ini akan menjadi kali terakhir Bian memeluknya. Dan mungkin... sudah waktunya pria itu lepas dari genggamannya.

Bian dan Aswari sama-sama diam. Hanya suara detak jantung yang seirama yang menjadi melodi penghantar mereka ke pangkuan lelap.

***

Saat pulang ke rumah pagi ini setelah sarapan bersama seluruh anggota keluarganya (yang penuh dengan kepura-puraan), Bian mendapati mobil istrinya sudah parkir di halaman. Bian sendiri yang meminta tolong kepada Pak Agus untuk membawa pulang mobil Aswari. Mana mungkin ia sungguhan hendak membuang mobil si penyihir. Bisa jadi Bian yang dibuang selamanya dari hidup perempuan itu.

Bian pulang hanya berganti baju lalu pergi bekerja. Aswari tadi Bian lihat sedang sibuk dengan tas-tasnya yang masih memenuhi ruang tengah. Saat kedua mata mereka tidak sengaja bersitatap, masing-masing langsung membuang muka. Bian sendiri tidak tahu alasan melakukannya. Dia hanya tidak mau kalah dari Aswari. Perang dingin kembali dimulai setelah gencatan senjata mereka berakhir.

Belum mulai bekerja, Squad Sebat yang terdiri dari Bian, Evan, dan Sinar sudah melakukan konferensi di atap gedung sambil menyandar pagar pembatas mengamati kota Jakarta dari ketinggian. Sepagi ini mereka bertiga telah menghabiskan satu bungkus rokok.

"Menurut lo, definisi selingkuh itu apa?" Pertanyaan Bian keluar di sela hembusan asap rokoknya.

Evan yang paham akan mengarah ke mana jurusan dari pertanyaan Bian menghisap dalam-dalam gulungan tembakau di sela jarinya. "No comment," katanya tidak mau beropini.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Where stories live. Discover now