22. Same Shit, Different Day

9K 833 24
                                    

Siapa sangka Bian akan berhadapan langsung dengan Ricky Widjaya dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pertemuan pagi ini cukup membuat darah dalam tubuhnya mendidih. Bian masih ingat ucapan Ricky pada istrinya, khawatir? Haha, lucu sekali. Mengkhawatirkan istri orang lain dan mengatakannya langsung tepat di depan sang suami. Hebat. Tepuk tangan untuk Ricky Widjaya.

Pantas saja gosip perselingkuhan Aswari dengan Ricky bisa sampai telinga ayahnya, Kusuma Sastrowardoyo. Bagaimana tidak? Ricky Widjaya begitu sesumbar mengenai perasaannya kepada Aswari, tentu orang awam yang melihat menyangka keduanya memiliki hubungan spesial. Memikirkan itu saja membuat Bian ingin membanting kursi dan meja, lalu menghantamkan kepala Ricky Widjaya ke lantai marmer.

Gilanya, Bian sempat percaya keduanya lebih dari sekedar rekan kerja. Kalau Aswari tidak menusuk Ricky dari belakang tempo hari, mungkin Bian sampai saat ini masih mengira keduanya memiliki hubungan spesial, termakan oleh hasutan ayahnya. Kalau begini yang seharusnya dihantamkan ke lantai marmer bukan kepala milik Ricky, tapi miliknya. Karena Bian sudah terlalu tolol percaya dengan gosip yang tidak ada buktinya.

Meski bukan perselingkuhan, kedekatan keduanya membuat Bian risau. Selamanya Bian akan tetap benci hubungan Aswari yang terlalu dekat dengan Ricky.

"Lo nggak ada niatan cerai sama istri lo?" Ricky yang mulutnya tanpa tedeng aling-aling bertanya pada Bian. Sangat santai dengan panggilan lo-gue-nya.

Pria dengan jaket baseball yang duduk dengan kaki disilangkan mengerutkan dahi. Ricky Widjaya duduk tepat di hadapannya. Berseberangan hanya dipisahkan meja. Vas bunga di tengah-tengah menarik minat Bian. Haruskah ia pecahkan kepala lawan bicaranya?

"Nggak usah tegang gitu, Bian. Gue nggak serius, kok. Santai aja kali. Lo dari dulu kaku banget tiap ngobrol sama gue." Ricky yang duduk lurus menghadap Bian tersenyum. Sudah menjadi rahasia umum dia menyukai Aswari sejak jaman kuliah. Bian yang juga adik tingkatnya dulu saat masih di Harvard juga tahu. Jadi tidak perlu Bian memasang wajah kolot begitu saat Ricky bertanya, toh Bian tetap pemenangnya.

Setelah memilih diam cukup lama, Bian tersenyum tipis, pria itu bertanya. "Gimana dengan Foody Doo? Lancar?" Mencoba mengganti topik. Kalau pembicaraan mereka masih seputar memperebutkan Aswari, bisa Bian jamin ruangan ini sudah hancur lebur saat Aswari kembali dari rapatnya di lantai dua puluh.

Ricky hampir memaki saat mendengar kata Foody Doo. Perusahaan bangsat. Banyak maunya. Menyesal dia merebut Foody Doo dari Bian.

"Lancar, lancar. Foody Doo sangat kooperatif. Semuanya lancar," jawab Ricky sambil merubah posisi duduk. "Lo sendiri gimana? Setelah Foody Doo banting stir ke HHW, apa kabar dengan bisnis lo?" Ricky balik bertanya. Ia ingin mendengar kesengsaraan Bian barang sekali. Ingin puas menertawakan saingannya itu.

Bian mengangguk mantap. "Bisnis lancar. Sponsor Citra TV semakin banyak setelah Foody Doo hengkang. Bisa dibilang saya beruntung dengan pindahnya Foody Doo ke HHW, mereka banyak maunya. Saya nggak sanggup ngikutin maunya mereka yang suka nggak tau diri." Bian tahu apa yang ingin dan tidak ingin Ricky dengar. Maka dari itu Bian beri tahu hal yang paling tidak ingin Ricky dengar. Bisnisnya kini lancar jaya berkat Aswari yang maha licik. Perempuan itu pula yang memberitahunya bahwa Ricky Widjaya kewalahan menghadapi Foody Doo dengan segudang permintaannya. Jadi meskipun Ricky berkata bisnisnya lancar, semua itu dusta belaka. Dalam hati Bian menertawakan musuh bebuyutannya itu. Mampus!

"Oh, ya?" Ricky mengeratkan rahangnya. Ini tidak sesuai dengan keinginannya. Ia pikir bisnis Bian akan segera hancur setelah kehilangan salah satu sponsor terbesarnya. Sesulit itukah keinginannya untuk terwujud? "Bagus deh kalau bisnis lo lancar." Ricky kembali tersenyum, kali ini sangat dipaksakan. Bian balas mengangguk atas ucapan Ricky.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Where stories live. Discover now