10. One Sided Love

11K 936 11
                                    

Sejak pagi saat datang ke kantor wajah Bian yang beberapa hari belakangan seperti bunga mawar yang sedang mekar kali ini bunga mekar itu hadir dalam bentuk yang layu dalam wajah Bian. Bukan layu karena sudah saatnya berganti tunas, tapi layu karena dibakar api biru. Mampus. Singa gurun kembali mengamuk.

Evan serba salah mencoba membuat mood Bian menjadi lebih baik. Sudah dipancing dengan diberi minuman yang manis, biskuit, permen, juga cerita-cerita lucu Evan. Tapi bosnya itu tidak bereaksi sama sekali. Kedua alis Bian masih menukik tajam bertautan. Kenapa lagi dengan pria satu ini? Mengapa ada banyak sekali masalah dalam rumah tangganya yang menyebabkan kehidupan kantornya menjadi horor.

"Sponsor yang kemarin kenapa mundur?" Bian bertanya dengan nada super dingin sampai mampu membuat Evan menggigil.

"Ada beberapa hal yang mereka nggak setuju mengenai pasal yang kita ajukan saat pertemuan kedua. Mereka bilang itu terlalu merugikan pihak mereka. Jadi meraka putuskan untuk mundur." Evan menjawab cekatan.

Ini tentang perusahaan produsen makanan dan minuman yang seharusnya menjadi sponsor acara baru Citra TV. Namun karena ada beberapa kesepakatan yang bertentangan dan pihak mereka merasa akan dirugikan jika kesepakatan tetap dilanjutkan, perusahaan multinasional itu memutuskan untuk mundur.

"Sudah meminta untuk diskusi ulang?" Bian bertanya makin dingin. Rasanya Evan butuh jaket saking dinginnya sikap bosnya.

"Sudah. Pihak kita sudah mengajukan untuk diskusi ulang dan meminta pertemuan kembali. Namun ditolak oleh pihak mereka." Evan menelan ludahnya susah payah. Kenapa pula masalah ini datang bertepatan saat Bian sedang berada di mood terburuknya? Kenapaaaa???

"Ada yang nggak beres. Selidiki apa ada TV lain yang mengincar mereka untuk menjadi sponsor." Bian memberikan perintah pada sekretarisnya.

"Ah, itu." Evan hendak berucap namun tidak jadi karena pasti akan membuat mood Bian semakin buruk.

"Cepat laporkan."

Sadis. Tajam sekali ucapan Bian. Matanya yang berujung runcing makin terlihat menyeramkan.

"Sejak awal ada kabar bahwa JAYA TV juga mengincar mereka untuk mensponsori salah satu acaranya. Semalam Sinar mendapat kabar bahwa ada pertemuan antara pihak sponsor dengan ... Ricky Widjaya." Susah payah Evan mengucapkan nama yang terakhir itu.

Bian bergeming. Pria itu tidak bergerak sama sekali. Tidak bersuara pula. Namun pena di genggamannya sudah remuk jadi dua bagian.

Oh, shit! Evan pucat pasi. Keringat dingin mengalir di keningnya. Aswarina Priambudi, apa yang telah kau lakukan sampai suamimu menjadi semenyeramkan ini?

"Black list PT. Foody Doo dan larang semua produk mereka beriklan di TV kita," putus Bian.

Evan tidak akan memprotes ataupun menyuruh Bian untuk mempertimbangkan. Itu sama saja dengan cari mati.

"Kita masih bisa bertahan tanpa mereka. Larang semua yang berbau PT. Foody Doo tayang di TV kita. Terhitung hari ini."

"Baik, Pak."

Setelahnya Evan undur diri. Dia tidak mau mati muda karena terlalu banyak menanggung tekanan mental. Bian kadang terlalu sulit ia tangani.

Evan menghirup udara bebas saat menutup pintu dan berada di luar ruangan Bian. Ia butuh menghirup udara yang lebih beroksigen.

"Gimana? Marah banget ya?" Devi bertanya saat Evan duduk di kursi kerjanya.

"Parah, Dev." Evan menggelengkan kepala tanda ia tidak punya kata-kata yang bisa menggambarkan semenakutkan apa Bian saat ini.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang