32. Bukan Hal yang Baik

296 18 16
                                    

Ada yang kangen ga? Gimana nih buat part sebelumnya, aman ga?

Saran aku buat baca part ini pake kuota ya, soalnya pake gambar.

Happy Reading~

***

Derap langkah berlari saling bersahutan di lorong Rumah Sakit. Rey dan teman-temannya dengan cepat menyusul ke Rumah Sakit saat Emil menghubunginya dan mengatakan Rassya kecelakaan.

Rey tiba di depan UGD dan melihat Mama Rassya yang menangis. Rey tak melihat Emil karena memang pria itu menemani Papa Rassya di luar negeri. Mungkin saja Emil menghubungi mereka agar menemani Mama Rassya disini.

"Tante tenang ya, kita cuma bisa optimis dan berdoa buat Rassya." Nathan merangkul Mama Rassya dan menenangkan wanita tersebut.

"R-rassya nak, Rassya--- Rassya.." Resnicha tak dapat mendeskripsikan keadaan Rassya.

Nathan memeluk Resnicha lalu mengusap punggungnya. Mengucapkan kata penenang pada Resnicha.

Ceklek

Pintu UGD terbuka dan keluarlah dokter membuat mereka yang menunggu segera menghampiri.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Resnicha dengan cepat.

Dokter tersebut menghela napas sejenak, "Untungnya anak Ibu dengan cepat dibawa ke Rumah Sakit. Terlambat sedikit saja bisa berakibat fatal. Di kepalanya tidak ada luka serius, dan bagian lainnya hanya terdapat luka gores. Kecuali kaki kirinya yang harus di gips karena mengalami cedera yang cukup serius. Anak Ibu masih bisa berjalan namun harus bersabar untuk menunggu beberapa hari hingga benar-benar pulih." Jelas Dokter tersebut.

Resnicha berucap syukur karena anaknya masih diberi kesempatan untuk hidup.

"Anak Ibu sudah sadar, sudah bisa dipindahkan ke ruang inap. Oh iya, sedari tadi memanggil Ibu atau saya tidak tahu. Dia terus mencari Aqeela, tolong segera bertemu. Saya pamit, terima kasih." Dokter tersebut melenggang pergi diikuti oleh dua orang perawat.

"Kalian masuk duluan, gue mau hubungin Aqeela dulu." Ucap Rey dan kembali duduk di kursi tunggu.

Resnicha segera masuk diikuti dengan teman-teman Rassya.

Rey mengerutkan keningnya saat nomor Aqeela aktif namun tidak menjawab panggilannya. Hingga panggilan ketiga tak kunjung diangkat. Rey ingin menghubungi Aska namun ragu, apalagi mengingat jika lelaki itu membenci dirinya.

"Lo kemana Cil?" Gumam Rey kemudian masuk kedalam UGD.

Syukurlah kondisi Rassya tak terlalu parah. Saat ini Rassya sebentar lagi dipindahkan ke ruang rawat inap.

Sedari tadi mulai dari UGD dan sekarang berpindah ke ruang rawat inap, Rassya tak henti-hentinya menggerutu karena Aqeela tak dapat dihubungi. Ditambah dengan salah satu kalinya yang terasa sangat ngilu.

Rey sendiri sudah pergi untuk memanggil Aqeela di rumahnya. Rassya mengizinkan karena memang Aqeela tak dapat dihubungi. Rassya terus memandang layar ponselnya yang retak, menampilkan room chat nya dengan Aqeela. Aqeela masih belum membalas pesannya, padahal Aqeela baru saja aktif 2 menit yang lalu.

Dengan kesal Rassya segera mengirimkan pap dirinya dengan keadaan separah mungkin. Senyum Rassya mengambang kala deretan pesannya yang semula bercentang dua abu-abu berubah menjadi biru. Tak cukup 1 menit profil Aqeela kembali offline membuat senyum Rassya luntur seketika.

"Dia kenapa?" Tanya Rassya dalam hati. Rassya rasa ada yang tidak beres.
Sebuah notifikasi membuat Rassya membukanya merasa penasaran, karena siapa yang mengirimkan foto ditengah malam begini.

Posesif BoyWhere stories live. Discover now