53

4.2K 480 23
                                    

Shani tidur di kamar nya si kembar, kepala dia bener2 pusing badannya juga lemes.

Sedangkan chika membawa enjel ke taman komplek.

"Dedek boleh kka nanya.?" ucap chika lembut.

Enjel menganggukkan kepala dipangkuan chika.

"Dedek kenapa takut sama papa dan bunda.?''ucap chika.

"Buna malah, papa malah teliak teliak ke buna dedek takut telus papa tutup pintu kenceng" ucap enjel.

"Apa yg dedek denger.?" ucap chika.

Enjel menggelengkan kepalanya "dedek tutup kuping dedek takut kak chika" ucap enjel memperagakan menutup kuping nya.

"Sekarang jangan takut lagi ya sama bunda sama papa, kasian loh bunda tadi dedek liat kan  kalo bunda nangis pengen peluk dedek" ucap chika lembut sambil mengusap kepala adiknya.

"Tapi dedek takut" ucap enjel menunduk.

"Gpp jangan takut dek, kan itu bunda dedek kalo dedek takut nanti gimana dedek mimik nya." ucap chika

"Gpp dedek gak mimik minum ail putih aja kak" ucap enjel.

Chika yg mendengar itu hatinya tersayat, begitu berpengaruh nya berantem didepan anak.

Chika memeluk adiknya dia merasa kasian dengan adiknya itu, sekecil ini harus menyaksikan orang tuanya berantem.

"Dedek mau apa hem.? Biar kka beliin." ucap chika.

Enjel menggelengkan kepala.

"Kenapa tumben biasanya semangat" ucap chika.

Enjel menyandarkan kepalanya ke pundak chika.

''Ini dedek sakit kak" ucap enjel menunjuk kepalanya.

Chika mengecek suhu tubuh enjel dan benar saja enjel demam. Chika langsung menggendong tubuh lemas enjel pulang kerumah nya.

"Bundaaaa papaaaaaa" teriak chika panik.

''Kak ada apaa.?" tanya tian.

"Bunda mana.?" tanya tian.

''Dikamar aku lagi...."

Chika langsung naik keatas menuju kamar si kembar.

"Bunda" ucap chika membuka pintu kamar kembar.

''Kak kenapa.?bunda lagi tidur kepala nya pusing" ucap zean.

Chika makin panik ketika bundanya juga lagi sakit.

"Papa dimana.? Suruh papa kesini cepet" ucap chika yg masih menggendong enjel yg entah tertidur entah sudah pingsan.

Tian langsung bergegas ke kamar ortu nya.

Tok tok tok

"Kenapa" tanya cio ketika membuka pintu kamarnya.

"Dipanggil kka ke kamar aku, itupun kalo papa masih peduli sama kita" ucap tian langsung meninggalkan cio.

Cio menarik nafas panjang dan berjalan menuju kamar kembar.

Setelah masuk, cio melihat istrinya yg tertidur dengan wajah yg pucat, dan dikasur sebelahnya ada chika yg mencoba membangunkan enjel.

"Kak dedek kenapa.?" tanya cio mendekat.

"Dedek tadi demam tinggi pah sekarang pingsan" ucap chika panik yg sudah membangunkan adiknya tapi gak bangun.

"Kita bawa kerumah sakit" ucap cio yg mau menggendong anaknya.

Tian langsung mengangkat tubuh bundanya juga.

Cio melihat bingung kearah tian.

"Bunda juga sakit, butuh penanganan" ucap tian langsung keluar dengan menggendong shani.

Kini greshan fam sudah ada dimobil kecuali zean yg nyusul naik motor, dengan cio yg nyetir dan disamping nya ada chika yg memangku enjel dan dibelakang ada tian dan shani.

Shani terbangun dari tidurnya dan dia bingung kenapa ada di mobil.

"Kenapa bunda ada disini" ucap shani ke tian yg memang shani tidur dipaha tian.

"Kita mau kerumah sakit bun" ucap tian.

"Siapa yg sakit.?" tanya shani yg mencoba untuk duduk dan dibantu oleh tian.

"Muka bunda pucet badan bunda juga panas, kita periksa ya bun" ucap tian

"Dedek demam bun dia pingsan" ucap chika lirih melihat adiknya.

"APAA.?" ucap shani yg baru menyadari didepannya itu anak dan suami nya.

Shani yg akan melihat ke depan oleng karena badannya yg sangat lemes dan pusing.

"Udah bun senderan aja" ucap tian menyenderkan tubuh shani ke dada nya.

"Dedek kenapa kak" ucap shani lirih tanpa terasa air matanya turun.

Shani sangat merasa bersalah, gara2 dia anaknya jadi begini, dia juga lupa gak ngasih asi ke enjel.

.
Setelah dirumah sakit enjel dan shani sama sama harus dirawat.
Cio memutuskan untuk di satu ruangankan.

Shani terus saja melihat ke brankar enjel.

"Udah bun jangan nangis terus nanti tambah pusing" ucap zean mengusap air mata shani.

Anak2 nya duduk di kursi samping brankar shani dan enjel. Sedangkan cio dia duduk di sofa sendirian. Dia merutuki kebodohan nya.

"Anin" gumam cio mengepalkan tangannya erat.

Ya cio merasa awal dari semua ini dari anin kalo dia gak dateng kerumah dan mencuci otak shani keluarga mereka akan baik2 saja.

"Papah pergi dulu ada urusan" ucap cio

"Mau kemana pah.?" tanya chika.

''Sepenting itukah urusannya sampe mau ninggalin istri dan anaknya yg lagi sakit" ucap tian.

Cio langsung melihat kearah tian dengan emosi.

"Mas kalo kamu mau mencari anin buat luapin amarah kamu mending kamu luapin ke aku saja" ucap shani pelan.

Cio bingung kenapa shani bisa tau rencananya.

"Aku tau niat kamu itu, aku hidup sama kamu udah belasan taun, jadi jangan luapin amarah kamu ke dia, dia cuman seorang ibu yg pengen ketemu sama anaknya doang, disini yg salah aku karna terlalu memaksa kamu yg jelas2 aku tau kamu gak akan pernah mau." ucap shani tanpa melihat ke cio.

"Kenapa jadi bawa2 dia. Apa masalah awal nya ada di dia." batin chika.

Cio duduk kembali di sofa dengan menangkupkan wajahnya dikedua tangannya.

Chika ingin sekali menanyakan ada apa ini kenapa jadi bawa2 orang itu tapi dia tau situasi seperti ini engga pas untuk menanyakan itu.



Sabar guys emosi nya ditahan dulu, masih banyak konflik yg belum terungkap wkwkw.

Jangan lupa vote dan komen.
Semakin banyak vote semakin cepet buat up.

PerjodohanWhere stories live. Discover now