‧͙⁺˚*・༓☾ 𝑃𝐴𝑅𝑇 6 ☽༓・*˚⁺‧͙ -Terpaksa-

Beginne am Anfang
                                    

Alex menyengir kuda, sambil melihat ketiga kakelnya bergantian. "Sorry bang refleks"

"Eh ada es, bagi dong bang, " pinta Alex, ketika matanya menangkap 2 cup es di tangan Fariz.

"Lo gak usah ya, buat gue aja. "

"ih bang, gue juga mau kali. "

"Buat gue semua. "

"Jangan baaaaang."

"Bodoamat."

"Bang ih, bagi satu donggg, abang ganteng, " rayu Alex, Zayyan maupun Zain hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kedua cowok itu.

Tanpa aba-aba, Zain menarik tangan Zayyan kearah tempat tidur, sedikit menjauh dari Fariz dan Alex yang masih berebut es.

"Gue mau ngasih tau hal penting, " ujar Zain pelan, dengan tatapan yang terlihat serius.

" Apa? " tanya Zayyan penasaran.

"Pulang sekolah tadi. " Zain menjeda ucapannya sebentar, "Viona di ganggu sama Meysa, dia di bully. " ucapan Zain berhasil membuat Zayyan mendelik terkejut bukan main.

"Viona di bully?! " beo Zayyan memastikan.

Zain mengangguk pelan. "Di kamar mandi. "

Emosi Zayyan tersulut mendengarnya, ia tidak habis pikir sama Meysa, bisa-biasanya cewek itu nekat membully Viona.

"Lo mau kemana, " tanya Zain, mencekal tangan Zayyan yang hendak pergi.

"Gue harus ngomong sama Meysa. "

"Lo jangan gegabah Zay, " peringat Zain.

"Tapi dia udah keterlaluan Zen, gue gak bisa diem aja. " Zayyan kembali melangkah.

"BERHENTI, ZAY! " cegah Zain lantang

Fariz dan Alex menoleh ketika mendengar suara keras dari Zain, mereka menatap bingung kearah kembar-kembar kalem itu, ada apa kira-kira?

"Mereka kenapa bang, " bisik Alex kepo.

"Gue gak tau, kayaknya perkara serius, jadi mending kita diem kalo gak mau kena semprot, " balas Fariz berbisik.

"Lo pikirkan lagi tindakan lo ini, " suruh Zain dingin.

"Gue harus nyamperin Meysa. "

"Lo nyamperin dia, mau marah, ngelabrak, melampiaskan emosi lo, terus dia bakal mikir kalo Viona udah ngadu semuanya ke elo, dan kejadian tadi siang kemungkinan besar bakal keulang lagi, lo gak mikir kesitu, Zay!? " bentak Zain emosi dengan tindakan Zayyan yang terlalu gegabah.

Suasana mendadak hening, Zayyan kembali mencerna ucapan Zain barusan, menurutnya ucapan Zain ada benarnya juga, ia tidak mau kejadian buruk kembali menimpa Viona.

Zayyan berbalik arah, ia mendudukkan tubuhnya di atas kasur, bingung harus berbuat apa.

"Mending sekarang kita diem dulu, kita pantau dari kejauhan sambil berpikir gimana cara mengatasinya, " saran Zain yang di angguki Zayyan, tanda setuju.

"Sorry, gue tadi telat datengnya, di saat gue sampai, kondisi Viona sudah berantakan, " tutur Zain merasa bersalah.

Zayyan mendongak menatap Zain, ia menggeleng tidak setuju. "Lo gak salah, gue yang seharusnya berterima kasih, karena lo udah jagain Viona, " jawab Zayyan tulus.

Memang selama ini, Zayyan yang meminta Zain untuk selalu menjaga Viona, Zayyan sadar bahwa dirinya memang mencintai cewek itu, tapi ia tidak mau menunjukkannya secara terang-terangan, hanya sahabatnya saja yang tau hal itu, sekarang saja, ia mulai sedikit mengeluarkan perasaannya dengan tingkah lakunya pada Viona. Ia cukup mengutus Zain untuk memantau sekaligus menjaga Viona, karena memang Zain, satu-satunya sohibnya yang sekelas dengan cewek itu.

ZaynaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt