3G; COPET! ADA COPET!

30 5 0
                                    


Sok atuh guys seperti biasa pembiasaan terlebih dahulu, klik tanda bintang di pojok kanan gak tau di kiri terus komentar, ya ^^

°°°°°°

Malam hari di kota Jakarta yang indah memancarkan cahaya di setiap gedungnya yang berwarna-warni. Jalanan yang begitu ramai dan padat membuat pejalan kaki lebih waspada karena banyak sekali pencopet yang mengincar harta milik orang lain.

Ya elah, mereka ’kan tidak berfikir untuk mencari pekerjaan yang susahnya itu penuh dengan kesabaran. Para pencopet itu memilih untuk menjadi penjahat daripada harus susah-susah cari pekerjaan, yang belum tentu mereka pun diterima. Ya, itulah yang ketiga bujangan ini rasakan sekarang.

Lelah sekali, rasanya ingin menjadi maling saja daripada harus begini. Tapi mereka anak muda yang tidak punya niat seperti itu, tetap jika masih sehat, pekerjaan halal mereka akan cari daripada yang haram akan menjerumuskan mereka ke jalan yang sesat dan mengecewakan kedua orang tua juga.

“Aduh gusti meuni rame kieu!” seru Gilang yang melihat keadaan sekitar yang tampak begitu sangat ramai, obrolan sana-sini pun terdengar dan bisingan dari suara kendaraan pun semakin meramaikan suasana.

“Namanya juga pusat kota,” Gandra menoleh kepada Gebran. “Kota pusat atau pusat kota, ya?”

“Ya, yang tadi pertama itu bener cara ngomongnya,” jawab Gebran dengan malas. Lalu, matanya kembali berbinar ketika ada tukang martabak manis yang memancarkan gairahnya begitu saja.

“Ada martabak guys, beli yuk.”

“Aduh makan mulu, kapan kurusnya,” sindir Gilang lalu tertawa.

Ketiganya pun menghampiri tukang martabak tersebut, harus menyebrang jalan yang begitu banyak kendaraan lalu-lalang yang membuat macet jalanan.

Saat menyebrang, ada satu mobil hitam mewah yang membunyikan klakson mobil ke arah mereka bertiga saat menyebrang di depan mobil tersebut. Ketiganya terkesiap dengan suara klakson itu dan mempercepat langkah kakinya ke tepi jalan.

“Anjir tuh orang nggak lihat apa kita lagi nyebrang, emangnya ini jalan dia gitu?” kesal Gebran.

“Ini mah ya dilihat dari segi mobilnya yang alus seperti itu teh jigana orang kaya,” gumam Gilang dengan mukanya yang menyempil di tengah-tengah kedua sahabatnya itu.

“Iya, dia orang kaya yang sombong pastinya. Toh kita aja di klakson,” balas Gandra.

Keduanya hanya fokus kepada mobil mewah tersebut, menunggu orangnya keluar. Tapi, Gebran yang sudah tidak tahan ingin membeli martabak pun hanya menghiraukannya saja. Pria gemoy ini pergi tanpa sepengetahuan Gilang dan Gandra.

“Lang, kita tunggu sampe orangnya keluar,” bisik Gandra dengan tatapan maut ke arah mobil tersebut yang terparkir di depan mata.

“Buat apa dia klakson kalau ujung-ujungnya parkir di sini?” kesal Gilang dengan tatapan sinis kepada mobil hitam mewah itu.

“Iyo toh, lagian kalau mau parkir tinggal parkir aja nggak usah pake klakson kita. Menghalangi juga kagak,” cibir Gandra. Terus saja mereka berdua merosting mobil hitam mewah yang berharap pemiliknya keluar dari kendaraan elit tersebut.

Mereka berdua pun baru sadar kenapa Gebran hanya terdiam saja, belum ada sahutan dari mulut imutnya itu.

“Bran, kok lo ....” keduanya menoleh ke belakang di mana pucuk kepala Gebran yang terlihat sedang mengantri membeli martabak.

Gilang menghela napas pendek, “Haduh, setiap ada makanan yang manis pasti di embat tuh sama dia!”

“Biarin toh Lang, dia juga suka makanan manis kek orangnya. Ayo kita ke sana, biar kita juga kebagian makan martabak,” Gandra menarik tangan Gilang dan berlari menuju tukang martabak itu.

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Where stories live. Discover now