3G; Oh jadi si Asep

41 7 2
                                    

Boleh dong dukungannya, hatur thank you ♥

°°°°°

Gandra melihat-lihat barang antik milik Tong Bao di toko tersebut. Kok bisa mempunyai barang-barang antik seperti ini di zaman yang sudah mulai modern dan serba canggih? Gandra terkagum-kagum melihat benda-benda tersebut yang tersusun rapih di raknya masing-masing. Ada  guci antik kuno yang tersimpan di sudut ruangan, tentunya itu benda sangat besar dan pastinya mahal.

“Heh, Dra, jangan buat masalah ye,” ujar Gebran yang tengah asik menyelonjorkan kedua kakinya.

“Gue gak buat masalah, cuma lihat-lihat doang,” sahut Gandra dengan tenang.

“Awas hati-hati, semua barang antik di toko ini mahal-mahal. Gue baru aja liat di google kalau memang barang zaman dulu itu pada mahal dicari di zaman sekarang.”

“Iya gue tahu, berisik lo!”

Tak lama, Tong Bao pun datang kembali dengan membawa dua cangkir minuman segar dan satu toples berisikan kue di dalamnya.

“Lu olang kalo liat barang antik jangan di pegang a, nanti lusak,” ucap Tong Bao ketika matanya melihat Gandra yang sedang melihat-lihat di setiap rak barang tersebut.

Gandra hanya cengir, kakinya ia langkahkan kembali menghampiri Gebran dan duduk di sebelahnya. Tong Bao pun duduk di hadapan mereka berdua. Mempertanyakan soal kejadian yang barusan saja terjadi.

“Oe mau nanya ke kalian a,” Tong Bao meletakkan nampan berisikan cangkir dan toples tersebut di bawah.

“Nanya apa, Kong?”

“Wah makasih, Kong. Gitu dong kalau jadi tuan rumah,” seru Gebran langsung mengambil segelas cangkir dingin itu. Lalu ia tegukkan dengan nikmat dan segar. Rasa dinginnya melegakan tenggorokan yang tercekat dan kering.

Gandra menyenggol bahu Gebran kecil, sekilas ia menolehkan kepalanya, “Sopan dikit, Bran.”

“Haiya, lu olang kaya gak minum beltahun-tahun lo. Macam haus sangat,” ujar Tong Bao.

“Emang haus, Kong.” balas Gebran lalu cengir.

Kembali ke topik pembahasan, Tong Bao mempertanyakan hal yang menimpa mereka berdua terjadi.

“Oe mau nanya ke kalian a? Soal yang tadi lo. Kenapa?”

Gebran mendengus gusar, “Sahabat kita ditagih hutang sama rentenir, padahal gak pernah minjam uang ke mereka. Aneh banget.”

“Lo kok bisa dikejal a? Gimana ceritanya, bisa begitu?” Tong Bao semakin dibuat penasaran dan heran juga. Tidak meminjam apapun ke pada rentenir itu, tapi kok malah di tagih dan ujung-ujungnya kena kejaran.

Gandra yang sudah selesai minum air putih segar itu pun membalas, “Itulah Kong, kami pun gak ngerti.”

“Haiya, sangat kasian a. Lu olang masih muda udah ada masalah hidup sebelat ini. Gimana nanti kalau udah pada nikah?”

“Beda lagi kalau udah nikah, Kong.” sahut Gebran dengan wajahnya yang sungguh percaya diri. Masa depannya sungguh akan baik-baik saja.

“Tujuan kita ke sini itu untuk mencari kerja, kami mau kerja di Jakarta tapi mendarat dulu ke Bandung. Kong tau? Sebenarnya aku ini orang kaya, cuma lagi bangkrut aja,” lanjutnya dengan ekspresi yang datar. Namun, sebenarnya dibalik datarnya muka ada rasa yang dipendam, rasa sedih karena kenapa harus jatuh seperti ini?

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt