3G; Masalah si Gilang beban Gandra dan Gebran

105 30 6
                                    

Part ini banyak bahasa Sunda-nya, buat yang gak ngerti. Sudah aku jelaskan di perhatian, cukup baca aja teks di tanda kurung miring di bawah dialog yeh.

__Happy reading__
**

Di rumah, tepatnya dengan suara ayam berkokok membuat kebisingan sekitar. Pembicaraan pun sedikit terganggu karena ada masalah.

Ayam jantan bertengkar dengan ayam kampung.

Kokkkkkk ... petok-petok-petok-petok-petooookkkkk ... kkkkoooookkkkk!

Kkkuuuuu ... PETOOOOOKKKKK!

Si ayam jantan menindas ayam kampung berpostur tubuh kecil dengan leher panjang kurus. Sedangkan ayam kampung memacok-macok ceker ayam jantan yang cukup gagah karena keseringan olahraga lari maraton.

Keributan ayam itu terjadi karena ayam betina bertelur, sang ayam kampung tidak menerima jika ayam betina yang ia incar milik ayam jantan. Tidak selang beberapa detik, datanglah ayam jago yang tinggi──besar mencampuri berkelahian antara sesama ayam ini.

Suara bising ayam pun, sangat menganggu. Sunarti kesal, kepalanya panas apalagi telinganya mendengar ayam si Abah yang selalu ribut setiap harinya. Sunarti pun menyuruh Asep untuk melihat keluar.

“Cing atuh Sep, tinggali kaluar. Eta ayam riweuh pisan, ikut campur wae,” Sunarti menoleh, “Sok kaditu tempo.”

(Sep tolong liat keluar. Itu ayam sibuk banget, ikut campur aja) Sunarti menoleh (Cepat liat sana)

Asep pun mengangguk cepat, ia beranjak dari duduknya dan berlari kecil keluar rumah. Melihat si ayam-ayam yang suka ribut sembarang tidak tahu waktu.

Kedua matanya menangkap ayam berkelahi di depan rumah, hampir banyak bulu-bulu ayam berserakan. Karena ulah ayam sesama ayam. Asep geleng-geleng kepala kecil, kenapa berbeda ayam Abah sama ayam orang lain. Kenapa ayam ini sering bertengkar tanpa keterangan, ini harus melibatkan ke kantor polisi ayam jika begini.

Asep menepuk jidat, helaan napas panjang saat satu ayam kampung terhuyung-huyung hampir mendekati Asep. Dengan bulu badan hampir rontok dan botak.

“Astagfirrullah ... eta nanaonan!” Asep memakai sandal capit. Dengan segera menghentikan perkelahian ini.

(Astagfirrullah ... Itu ngapain!)

Asep menjauhkan ayam jantan, Asep pun memasukkan ayam jago ke dalam kandang. Ayam jago itu pun nutut-nurut aja, mungkin sudah lelah dan sudah tua. Makanya ayam ini mudah di urus.

Asep pun mengambil kurungan ayam untuk si ayam jantan. Sempat memberontak dan kabur namun Asep berhasil menangkapnya dengan penuh semangat membara. Kesal juga jika sudah begini. Setelah selesai mengatasi si ayam jantan ini, Asep pun mengambil ayam kampung dengan sekali tangkap.

Mungkin ayamnya sudah lelah.

Asep mengusap bulu ayam, meratapi nasib si ayam itu yang mempunyai ikatan batin dari dulu. Asep tahu, ayam itu tengah bersedih.

“Huuh ... karunya kieu, maneuh teh geus mah peot jangkung, jeung teu loba otot. Matakna urang bejaan ti poe eta, maneuh teh pitnes geura kaditu meh boga kakuatan jiga si jantan,” ujar Asep.

(Huuh ... kasihan gini, kamu tuh udah mah kurus-tinggi, sama gak banyak otot. Makanya, aku kasih tahu kamu dari hari itu, kamu harus pitnes sana biar punya kekuatan kaya si jantan)

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Where stories live. Discover now