Chapter 40. Hybritor

83 8 2
                                    

Orang-orang itu tidak menyerah dan terus mengejar disepanjang jalan. Terdapat pemanah dikelompok tersebut yang berhasil melukai komandan Charlotte,
panahnya menancap tepat dibahu kiri sang komandan bahkan hampir menembus tubuhnya. Pangeran Agares langsung panik melihat hal itu tetapi, komandan meyakinkannya untuk terus berjalan. Pangeran hanya bisa menurut, memacu kudanya lebih kuat berharap dapat meloloskan diri dengan cepat dari semua ini. Beberapa saat kemudian, perbatasan wilayah selatan dan utara mulai terlihat tapi pada saat yang bersamaan, kelompok dibelakang juga semakin dekat dengan mereka. Pangeran Agares memacu kudanya lebih cepat. Komandan Charlotte mengulurkan tangannya kedepan, menggenggam tangan sang pangeran, berusaha menenangkannya.
"Jangan pedulikan! Fokus saja kedepan," ucapnya dengan lirih. Pangeran Agares mengambil tangan sang komandan dengan tangannya yang lain, menggenggamnya dengan lembut lalu memposisikan didepan absnya.
"Aku tau. Pegangan yang erat!" Ucapnya dengan suara yang berat.Komandan Charlotte tersentak dengan tindakan sang pangeran, bibirnya mengulum senyum yangtipis. Sang pangeran menautkan tangan keduanya, semburat merah mendadak muncul dipipi sang
komandan setelah melakukan hal yang sama. Beberapa meter lagi hingga mencapai perbatasan, pangeran Agares menarik napas dalam-dalam. Ini adalah pertama kalinya mereka mengunjungi
wilayah utara, terlepas dari rumor kengerian para monster diwilayah itu. Selama ini sang pangeran telah berlaku buruk kepada pemimpin wilayah tersebut dan belum sempat mengutarakan
penyesalannya atas semua yang telah dilakukan. Pangeran Agares menjadi lengah setelah memikirkan semua itu hingga tidak menyadari sebuah panah yang melesat tepat kearah mereka. Dia tidak mampu menghindarkan kudanya. Alhasil, mereka terlempar jatuh ketanah dengan keras setelah panah tersebut mengenai kaki kudanya.

Brak.

"Ugh."
"Sial! Charlotte?"
Pangeran Agares langsung merayap menghampiri sang komandan yang sudah terkapar tidak sadarkan diri.

'Sial. Padahal hanya tinggal beberapa langkah lagi.' Batinnya.

Pangeran Agares mendongakkan kepala setelah sepasang sepatu berada tepat didepan mukanya. Siapa lagi kalau bukan kelompok suruhan sang permaisuri yang mengejarnya sampai kemari. Pangeran menghela napasnya pelan, tidak ada lagi
yang bisa dilakukan. Dia menatap nanar wanita disebelahnya lalu beralih kepada orang-orang itu.
"Tinggalkan dia! Bawa saja aku!"
Orang-orang itu saling menatap satu sama lain lalu tertawa terbahak-bahak. "Maafkan aku, Pangeran. Tapi, perintah yang kami dapatkan bukanlah membawa kembali melainkan membunuh."
Pangeran Agares terbelalak. "Bukannya ibu— maksudku permaisuri mengincarku?"
"Awalnya dan sekarang tidak lagi. Anda sudah tidak berguna jadi, mati sajalah!" Orang-orang itu bersiap menghunuskan pedangnya. Pangeran Agares menggenggam tangan sang komandan sembari memejamkan matanya rapat-rapat. Tetapi, suara teriakan justru terdengar bersamaan dengan suara
geraman hewan buas yang entah muncul darimana.
Penasaran.
Pangeran Agares membuka matanya. Seketika dia terbelalak, melihat sekawanan hewan buas berada tepat didepan matanya.
"Apa yang terjadi disini?" Gumamnya.

'Ini berbahaya. Charlotte!' Batinnya.

Pangeran Agares berusaha bangkit dari posisinya tepat saat seekor jaguar berjalan mendekat kearahnya. Dia yang tidak pernah berurusan dengan hewan buas langsung dibuat panik setengah mati. Tetapi, alangkah terkejutnya sang pangeran melihat jaguar tersebut berubah wujud menjadi seorang wanita cantik berambut hitam sekelam malam setelah berada tepat dihadapannya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Roulene, pemimpin kelompok berburu hybritor terdiri atas para hybrid yang sebelumnya tersebar diseluruh wilayah dan berhasil dikumpulkan oleh Pigen untuk bekerja
dibawah perintah sang penguasa wilayah utara, Grand Duke Melidas Termaine. Para hybritor tersebut memang ditugaskan menjaga wilayah perbatasan. Itulah alasan kedatangannya.
"Aku sudah tau apa yang terjadi! Tuan grand duke menyambut kedatangan anda, Pangeran." Rou menunjukkan senyum yang ramah. Pangeran Agares tidak tau harus menunjukan ekspresi seperti apa, bayangan ingatan dimasa lalu muncul dipikirannya. Seketika pangeran diliputi perasaan bersalah, mengingat apa yang telah dilakukan ibundanya kepada penduduk wilayah ini. Tetapi, mereka tidak
menuntut balas dendam meskipun mampu melakukannya. "Maafkan aku." Satu-satunya kata yang bisa diucapkan sang pangeran. Rou tersenyum kecil. "Aku rasa itu bukan kata yang tepat untuk diucapkan sekarang. Bukan begitu, Pangeran?" Rou mengulurkan tangannya.
"Bawa wanitamu dan naiklah kepunggungku!" Ucapnya lalu kembali berubah wujud menjadi seekor jaguar besar. Pangeran Agares sempat merasa ragu.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now