Chapter 20. Why?

54 7 0
                                    

Kekaisaran semakin kacau. Kaisar dengan berat hati mengakhiri pesta yang seharusnya dilaksanakan sampai minggu depan. Para bangsawan telah dipulangkan ke wilayahnya masing-masing hanya orang-orang terdekat kaisar yang masih berada diistana. Atas penemuan bukti berupa manik kalung dikamar pangeran kedua, lady Luise ditahan oleh kekaisaran sampai dia dinyatakan tidak bersalah. Ayahnya, Marquess Amorta Palles juga sudah menyerahkan seluruh keputusan ditangan kaisar. Cael pun masih berada diistana untuk membantu investigasi kasus. Dia ingin andil dalam kasus penyerangan pangeran kedua mengingat adanya kemungkinan kasus kedua pangeran tersebut saling berkaitan.

Diistana permaisuri, selir Julia sedang menikmati secangkir teh bersama dengan permaisuri Delphine. Mereka saling bertukar pikiran dan juga berkeluh kesah, keduanya cukup akrab meskipun jarang bertemu. Permaisuri terlebih dahulu membuka obrolan dengan menanyakan kondisi pangeran Heinry.
"Dia semakin pulih tapi aku khawatir jika hal seperti ini akan terjadi lagi," ucap selir Julia. Permaisuri hanya diam mendengarkan.
"Tidakkah menurut kakak, keluarga kita seperti sedang menerima kutukan? Semua hal buruk diistana terjadi sejak yang mulia memberikan orang utara itu tempat dikekaisaran, kita pasti terkena kutukan para penyihir dari tempat itu." Selir Julia merasa cemas.
"Kau masih saja tidak berubah, aku tidak percaya kau masih mempercayai hal-hal bodoh seperti itu." Ucap permaisuri sembari tertawa kecil.
"Yah baiklah, terserah kakak. Kutukan mungkin memang tidak pernah ada tapi bagaimanapun juga kita tidak tau tentang hal-hal kotor lain yang mereka miliki bukan? Seluruh penduduk utara adalah pengguna sihir bahkan hutan mereka menjadi tempat tinggal para makhluk ganas. Kudengar ada sekelompok ras khusus yang mendiami hutan bagian dalam, konon katanya mereka adalah manusia terkutuk yang bisa berubah menjadi monster, apa kakak tidak pernah mendengar rumor tentang kepala keluarga Termaine sebelumnya yang mengangkat selir dari salah satu ras tersebut?"

"Aku tau kau merasa cemas tapi jangan lupakan posisimu! Aku akan kerepotan jika orang lain mendengarmu mengatakan hal-hal bodoh seperti barusan," ucap permaisuri.

"Itu bukan hal bodoh kak! Coba pikirkan! Jika ras tersebut masih hidup hingga sekarang lalu mereka menuntut balas dan menyerang kita, apa yang bisa kita lakukan? Kekaisaran tidak memiliki seseorang yang bisa menggunakan sihir ataupun aura, kita pasti akan kalah." Selir Julia gemetar ditempatnya.

Permaisuri sudah tidak tahan lagi mendengar celotehan bodohnya itu. "Sudah cukup! Jangan bicara lagi! Semua itu omong kosong! Utara sudah musnah beserta semua isinya bahkan jika ada penduduk yang masih hidup, mereka akan bersembunyi seperti seekor tikus tidak ada lagi yang memedulikan wilayah itu! Akulah yang menggantikan kaisar memimpin pemusnahannya. Aku sudah memastikan semuanya hancur tak bersisa jadi jangan mengkhawatirkan hal-hal tidak jelas seperti itu atau kau sedang meragukanku?"
Selir Julia menggeleng dengan cepat, dia langsung meminta maaf. Permaisuri benar, dia hanya terlalu mengkhawatirkan putranya.
"Bagaimana dengan lady Luise?" Yanya permaisuri sembari menyeruput tehnya.
"Aku tidak merasa dialah yang menyerang pangeran maksudku, gadis sepertinya tidak mungkin bisa mengangkat pedang sedangkan pangeran terluka oleh tusukan pedang." Ucap selir Julia.
Permaisuri tampak berpikir selama beberapa saat. "Aku setuju, lady Luise adalah seorang dokter diwilayahnya jadi sulit dipercaya jika dialah pelaku penyerangan pangeran tapi jika bukan dia siapa yang bisa melakukan itu?"
"Pertama tuan putri lalu pangeran pertama dan sekarang pangeran kedua juga, aku khawatir tahtalah yang mengincar anak-anak kita kak." Ucap selir Julia.

"Jangan berkata seperti itu! Sejak awal tuan putri bukanlah kandidat penerus tahta jadi tidak mungkin dirinya diracuni karena alasan itu kalau pangeran pertama, aku bisa memahami alasannya tapi pangeran kedua, aku penasaran kenapa seseorang mencoba menyerangnya?"

Pada akhirnya, perbincangan santai mereka malah membuat keduanya berpikir keras.
Kaisar memanggil Perdana Menteri Serchean untuk segera menemuinya diruangannya.
"Anda memanggil saya yang mulia!?"
"Benar Serchean, aku ingin memintamu melakukan sesuatu." Kaisar mulai menjelaskan beberapa hal setelah itu perdana menteri mengangguk dan pergi dari sana.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora