Chapter 6. TIER

149 14 0
                                    

Seekor kupu-kupu terbang diluar jendela kamarnya. Reona melihat hal itu, dia langsung membuka jendelanya, kupu-kupu itu langsung masuk kedalam. Reona tidak terlalu menyukai kupu-kupu, dia hanya menghiraukannya. Reo menuangkan anggur kedalam gelas kemudian meminumnya sembari memperhatikan kupu-kupu yang terbang kesana kemari.
"Hei kupu-kupu! Aku sedang merindukan seseorang tapi aku terkurung disini, menurutmu apa yang harus kulakukan?" Reona berbicara dengan asal, kupu-kupu itu hinggap dipipinya cukup lama.
"Apa kau sedang menciumku?" Tanya Reona. Seolah merasa malu, kupu-kupu itu langsung terbang keluar kamar meninggalkan Reona yang bertanya-tanya, tidak berselang lama, pintu kamar Reo diketuk oleh seseorang yang rupanya adalah Cael. Dia datang untuk memberitahu jika pelaku yang sebenarnya sudah tertangkap dan jika Reona sudah dibebaskan. Reo hanya menanggapinya secara santai. Menjelang malam, semua orang berkumpul diaula besar untuk pesta makan malam.
"Kau yakin tidak mau ikut?" Tanya Cael. Reona menggangguk.
"Baiklah kalau begitu aku dan Lady Palka akan pergi," ucapnya.
"Bersenang-senanglah!"
Reona kembali masuk kekamarnya, dia meraih mantelnya kemudian melompat keluar dari jendela.

Seorang pria sedang ditahan didalam penjara. Dia menyaksikan satu persatu penjaga terjatuh. Pria itu kebingungan. Suara langkah kaki sepatu hak tinggi terdengar nyaring, pria itu melihat lebih jelas siapa yang datang menemuinya.

"Siapa kau?" Teriaknya.

Orang itu memakai tudung kepala yang menutupi wajahnya. Dia membawa pedang berlumuran darah. Pria itu terperanjat tetapi bukannya ketakutan, dia justru menatapnya dengan nyalang. Orang itu menyeringai dibalik tudungnya. "Semua orang benar-benar ingin mati," ucapnya.
Orang itu melemparkan pedangnya mengenai paha pria tersebut yang langsung mengerang kesakitan. "Masih ingin bungkam?"
Orang itu tidak kehilangan akal. Dia mengambil pedang penjaga lain dan melemparnya hingga mengenai tangannya. Pria itu masih tidak berbicara. Orang itu membuka tudung kepalanya lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Jika kau melihatku artinya kau harus mati, tidak taukah kau tentang itu? (No.10, Pria badut, Volta)?"
Bola mata pria itu langsung membulat tidak percaya, "Siapa kau? Bagaimana kau mengetahuinya?"
"Bagaimana menurutmu?" ucap orang itu sembari tersenyum.

(No.10, Volta, si pria badut) adalah salah satu anggota kelompok TIER, sebuah perkumpulan rahasia para pembunuh handal. Mereka terdiri atas 10 orang yang kemampuannya dikonotasikan dalam bentuk angka. Mereka bekerja secara masing-masing, keberadaan mereka adalah rahasia umum diseluruh Medeia tetapi tidak pernah benar-benar ada orang yang mengetahui tentang mereka karena untuk menjaga rahasia kelompoknya mereka tidak ragu membunuh siapapun termasuk anggotanya sendiri. Fakta unik tentang kelompok ini adalah bahwa setiap anggotanya tidak saling mengenal. Mereka menggunakan lencana sihir khusus untuk mengenali satu sama lain.

"Katakan padaku, diantara kalian siapa yang memimpin pembunuhan Duchess Termaine 3 tahun yang lalu?"
"Aku tidak tau apapun! Pergilah! Per— arghhhhhhh"
Sebilah pedang menancap tepat ditengah alis Volta. Reona melihat sekelebat bayangan hitam melarikan diri memasuki hutan yang masih merupakan wilayah taman kekaisaran, dia sama sekali tidak tertarik untuk mengejarnya. Dia memperhatikan mayat pria didalam penjara dengan ekspresi yang datar."Setidaknya kau sudah menjawabku," gumamnya setelah itu pergi dari sana.

'Jika aku ketempat itu, apakah aku bisa melihatnya?' Batin Reona.

Gadis itu berjalan menuju reruntuhan istana lama. Sepanjang hari ini sungguh melelahkan. Ketika tiba disana, Reona langsung tersentak. Disaat yang bersamaan, dia juga bernapas lega.
"Selamat malam lady!" Sapa Luke dengan senyumannya yang lembut.
"Ini sudah malam dan kau masih berada disini." Ucap Reona. Dia berjalan mendekati pemuda itu yang sedang terduduk dibawah pohon seperti biasanya.
"Aku lelah, bolehkah aku bersandar padamu sebentar saja?" tanya Reona.
Luke mendengarnya sedikit terkejut. Dia melihat Reona yang memang terlihat lemas. Entah kenapa dia merasa sedih. Reo langsung memejamkan matanya tepat setelah bersandar dipundaknya.
"Kau pasti sudah mendengarnya?" Reo membuka obrolan. Luke mengangguk dengan pelan.
"Tuan duke dan istrinya adalah orang yang baik, saya sering bertemu mereka. Sejak awal saya tidak mempercayai berita itu, lady juga sudah terbukti tidak bersalah, anda tidak mungkin berbuat jahat, semua yang dikatakan oleh para bangsawan itu hanyalah omong kosong, mereka memang tipe orang yang suka menjatuhkan orang lain, saya tidak pernah mempercayai mereka." Ucap Luke dengan nada kesal.

Reona tersenyum kecil lalu mengangkat wajahnya. Kini dirinya dan pemuda itu saling bertatapan, "Bagaimana kau tau jika semua yang kuperlihatkan hanyalah sebuah kebohongan?"
Luke terlihat bingung. Reona hanya terkekeh. "Kau terlalu polos, jangan terburu-buru dalam menilai orang lain! Aku juga bukanlah orang baik, aku suka berbohong."

'Tapi entah kenapa aku kesulitan berbohong dihadapanmu.' Batin Reona.

"Seseorang pasti memiliki satu dua hal yang ingin dia sembunyikan dari orang lain, itu adalah hal yang wajar." Ucap Luke.
"Beberapa saat yang lalu aku sedikit frustasi tapi setelah melihat wajahmu energiku kembali terisi." Reona menyengir. Luke langsung memalingkan wajahnya yang memerah malu, Reo tertawa kecil melihatnya.
"Apa terjadi masalah?" Tanya Luke.
"Ya, aku akan mengikuti perburuan besok jadi aku berlatih hari ini tapi buruanku mati sebelum aku menangkapnya."
"Berburu dengan berkuda adalah perlombaan yang diikuti para pria. Apa anda akan mengikutinya?"
Reona mengangguk mengiyakan. "Aku tidak pernah suka menikmati teh dengan para lady, mereka pasti hanya akan membicarakan hal-hal yang membosankan, apa kau akan melihat perlombaannya?" Tanya Reo.
"Sayangnya saya tidak bisa melakukan itu, besok adalah jadwal saya mengajar tuan putri Serena." Jawab Luke.
"Aku tidak terkejut, kau memang sangat pintar." Luke hanya tersenyum.

"Omong-omong, aku tidak melihat kakakmu dan juga pangeran kedua Heinry. Dimana mereka?"

"Perdana menteri memiliki pekerjaan diwilayah timur. Beliau baru akan pulang bulan depan sementara pangeran sedang belajar diluar negeri, mungkin besok beliau akan kembali karena berkuda adalah hobinya. Beliau pasti tidak akan melewatkannya." Jelas Luke.
"Kau menyebut kakakmu dengan gelarnya?"
"Itu karena saya sangat menghormati perdana menteri. Beliau telah merawat saya yang bukan siapa-siapanya."
Reona tersenyum. Lagi-lagi pesona Luke membuatnya tidak bisa berkata-kata. Pria yang begitu lembut ini membuatnya ingin melindunginya.
"Lady? Anda baik-baik saja?" Tanya Luke yang merasa khawatir karena Reo tidak merespon ucapannya.
"Aku baik. Ini sudah malam aku akan kembali kekamarku, kau juga kembalilah." Ucap Reona dengan nada yang lembut. Luke mengangguk. Dia pergi lebih dulu setelah punggung pria itu tidak lagi terlihat, ekspresi Reo yang tadinya hangat berubah menjadi dingin.

'Sekarang bagaimana aku harus mengurusmu, (No.7, Bisel, Ratu ular)?' Batinnya.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now