Chapter 38. Della Morte

91 9 3
                                    

Sesampainya diruang tamu, tempat pertemuan yang dimaksud. Mereka tidak serta merta menghadap sang duchess. Keduanya justru menunduk menatap lantai dan terang-terangan mengambil jarak dari Reona. Marquess Palles menjadi tidak enak hati dan langsung menegur mereka. Berawal dari bisikan-bisikan kecil yang kian mengeras kala sang putri turut membalas ucapannya hingga kemudian ayah dan anak itu mulai beradu argumen dengan nada tinggi dihadapannya. Seolah rasa takut keduanya telah menguap diudara dan menghilang entah kemana.

Berbeda dengan dua orang disampingnya, Zarcha yang penasaran memberanikan diri mendongak secara perlahan. Alangkah terkejutnya pria itu melihat wajah yang tidak asing berada dihadapannya.

"Lady Ashtarte!?!?!?" celetuknya yang langsung menarik perhatian dua orang disebelahnya. Lady Luise sontak ikut terbelalak setelah melihat wajah sang duchess.

"Apa yang terjadi disini?"

Mereka berdua kebingungan. Zarcha menelan ludahnya merasa gugup. Sosok lady Ashtarte yang ada dihadapannya itu sangat jauh berbeda dari yang sebelumnya. Hawa keberadaannya juga terasa lebih kuat hingga mampu membuat orang-orang disekitarnya merasa begidik. Seperti halnya yang dirasakan olehnya sekarang.

"Anu...lady—  "

Reona menatap keduanya dengan tajam. Zarcha yang hendak berbicara langsung mengurungkan niatnya. Baik dia maupun Lady Luise tau, itu adalah sebuah peringatan sehingga tidak bertanya lebih lanjut. Mereka duduk manis tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Marquess Palles sontak berdeham untuk mencairkan suasana sekaligus meminta maaf atas apa yang terjadi barusan.

"Selama ini kita hanya saling bertukar surat, saya merasa terhormat karena anda datang berkunjung."

Sang marquess membuka obrolan dengan mencoba berbasa-basi tapi lawan bicaranya tidak menggubrisnya sama sekali. Zarcha dan Lady Luise saling menatap satu sama lain. Suasana menjadi kikuk. Marquess Palles mengganti topik pembicaraan, mengingat perseteruan antara sang duchess dengan permaisuri. Dia sengaja menyinggung perihal kondisi kekaisaran tapi lagi dan lagi, Reona masih tidak memberikan reaksi apapun bahkan terkesan tidak peduli. Pria tua itu sontak menghela napasnya pasrah.

"Jangan menjadi naif, Palles! Pikirkan nasibmu sendiri sebelum memikirkan nasib orang lain. Kau bahkan tidak bisa menjaga rumahmu dengan benar!" ucap Reo dengan nada sinis setelah beberapa saat. Sang marquess hanya mengeryitkan kedua alisnya tidak mengerti, sama halnya dengan beberapa orang lain yang ada disana. Mereka saling menatap kebingungan. Semua orang terdiam dengan berbagai macam pertanyaan dikepalanya masing-masing.

Beberapa saat kemudian, Valmira yang sejak tadi hanya sibuk melayani sang majikan mendadak bangkit secara spontan. Dia membungkukkan badan dengan sopan tanpa alasan, membuat semua orang menjadi terheran-heran.

"Ada apa? Tiba-tiba seperti ini...apa terjadi sesuatu?" tanya Lady Luise.

Valmira tidak menjawab dan malah mengeluarkan sebilah pisau kecil dari balik rambutnya kemudian melemparkan benda itu kesamping secara asal. Entah apa maksudnya. Orka langsung pergi memeriksa setelah Reo memberi isyarat menggunakan dagunya. Tak berselang lama, semua orang sontak terkejut melihatnya kembali sembari menyeret tubuh seorang pelayan wanita dengan pisau yang menancap tepat di pembuluh darahnya.

"Dia bukan pelayan kediaman Palles," ucapnya yang mengenali wajah semua pelayan.

Zarcha yang teringat akan sesuatu mendadak berceletuk, "Putri Shofia dan Pangeran Heinry berencana memberontak. Aku mendengarnya dengan jelas. Mereka ingin membodohi semua orang. Tidak menutup kemungkinan, wanita ini adalah mata-mata mereka."

Lady Luise langsung menggangguk, turut membenarkan ucapannya. "Seharusnya aku melaporkan hal ini kepada Sir Cael tapi sepertinya sudah terlambat lagipula situasinya sudah sekacau ini," ucapnya dengan nada khawatir.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now