Chapter 23. Meet again

60 8 0
                                    

Diwilayah barat,
Seorang pria berkulit tan mengikat surat dikaki seekor burung elang sembari bersenandung dengan senang. Dia tersenyum puas setelah menerbangkan burung kesayangannya. Pria itu adalah Duke Avery Willhouston, sang penguasa wilayah barat.

"Tuan duke, ini laporan hasil tambang bulan ini," ucap asisten pribadinya yang baru saja masuk. Duke Willhouston memberi isyarat tangan untuk meletakannya diatas meja.

Caryle Hermand hanya memutar bola matanya. "Omong-omong wanita itu... sampai kapan anda mengurungnya?"

Duke Willhouston berbalik dan menatapnya dengan tajam. "Berapa lama kau bekerja denganku?"

"10 tahun." Caryle menjawab dengan ekspresi kebingungan.

"Tidak heran darimana kau mendapatkan keberanian." Seketika dirinya sadar, Duke Willhouston menghempaskan tubuhnya menabrak tembok, tengkoraknya akan pecah jika terlambat mengaktifkan aura. Caryle berhasil menyelamatkan dirinya dari kematian. Dia segera merapikan pakaiannya, membungkuk dengan sopan kemudian pergi dari sana.

Dikekaisaran,
Selir Julia mengundang kedua anaknya untuk menikmati teh diistana permaisuri. Dia menanyakan kondisi putrinya. "Sudah lebih baik bu, perlahan aku akan kembali pulih." Ucap tuan putri Serena. Selir Julia beralih menatap putranya. Pangeran kedua hanya tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa. Tuan putri meletakkan cangkirnya dengan kasar hingga suara benturannya terdengar sangat keras setelah itu dia meminta ijin untuk pergi lebih dulu.
"Ada apa dengan adikmu Heinry?" Pangeran kedua mengendikan bahunya.

Ferio baru saja tiba diwilayah barat. Pria berparas dingin itu mampir sejenak ke sebuah rumah makan. Beberapa warga lokal mengambil tempat duduk disebelahnya. Seorang pria tua memamerkan sebuah kalung. Semua orang antusias karena batu kalung itu tidak berasal dari tambang wilayah ini. Ferio mengikutinya.
"Aku tidak mencurinya, kalung itu jatuh ketika mereka menyeretnya." Ucap si pria tua saat Ferio mengancamnya.
"Siapa yang kau maksud? Bicara dengan jelas."
"Se— seorang lady berambut blonde, mereka menculiknya." Ferio mengeryitkan alisnya.

"Siapa mereka?"

"Com— combat Guild, tentara milik tuan duke!" Si pria tua langsung kabur setelah Ferio melepaskan cengkramannya. Dia segera memberitahu Melidas kemudian bersiap menuju istana barat. Dia harus segera membebaskan Reona. Ferio langsung mencari informasi keberadaannya. Langkahnya terhenti ketika melewati sebuah ruangan. "Bocah itu semakin berbuat seenaknya, kau tidak akan mengambil tindakan?"
"Biarkan saja dulu! Para perusuh itu hanya mendengarkan perintahnya."
"Kau sudah terlalu santai Avery." Lawan bicaranya tertawa dengan keras.
"Permainan sudah dimulai Jacob, ini hanya permulaan, tunggulah sampai puncaknya."
"Baiklah, sudah waktunya memberi makan wanita itu. Aku pergi dulu!" Jacob meninggalkan ruangan. Ferio langsung mengikutinya dari belakang. Pria itu membawanya turun kepenjara bawah tanah dengan suasana lembab serta bau karat yang menyengat.

'Penjara ini jelas ditinggalkan untuk waktu yang lama. Mereka benar-benar kelewatan kalau mengurung lady ditempat seperti ini.' Batin Ferio.

Jacob masuk kedalam sel tahanan, dia berdiri tepat dihadapan Reona. Pria itu menatapnya remeh, bukan tanpa alasan Jacob sangat membenci wanita itu yang telah membuatnya kehilangan setengah dari penglihatannya. "Bukannya kau sangat kelaparan?" Jacob dengan sengaja melemparkan sepotong roti ketanah. Reona menatapnya dengan tajam. Pria itu meninggalkan penjara sembari tersenyum puas.

Ferio langsung memulai aksinya, dia menghabisi para penjaga dan membebaskan Reona. "Saya datang atas perintah tuan duke," ucapnya. Dia mengalihkan perhatian para penjaga sementara Reona berlari menuju gerbang belakang, sempat berhadapan dengan beberapa orang meski pada akhirnya dia berhasil kabur dari sana. Dia berlari masuk kedalam hutan, hatinya berkecamuk tenggelam dalam kemarahan.

'Jika tidak ada pekerjaan yang lebih penting dari ini, aku akan menghabisi kalian.' Batinnya.

Reona memegangi perutnya yang terasa menusuk. Dia merasakan pergerakan disekitarnya dan menjadi waspada. Suara ranting kayu yang patah terdengar dari arah belakang. Reona langsung mengambil langkah cepat mencekik orang tersebut. Dia segera melepasnya saat melihat wajah yang dikenalinya. "Bagaimana kau ada disini Luke?" Mereka saling memandang dengan tatapan bertanya-tanya. Keduanya terlalu lama berada disana. Entah bagaimana para penjaga menemukan mereka. Reona langsung menarik tangan pemuda itu. Mereka mendatangi reruntuhan kediaman Vertozch. Dilon langsung menyadari situasinya. Pria itu membawa mereka kesebuah ruangan rahasia, satu-satunya tempat yang masih utuh dan terawat.

"Silahkan beristirahat ditempat ini! Saya akan menyiapkan makanan untuk anda berdua," ucapnya kemudian pergi meninggalkan mereka.

Reona beralih menatap pemuda disebelahnya. Dia menghela napas. "Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang." u
Ucapnya. Pemuda itu hanya mengangguk sebagai jawaban, membuat Reona semakin kesal pada dirinya sendiri yang telah menyeretnya kedalam bahaya.

"A-apa yang anda lakukan?"

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now