Chapter 27. Wait for me

45 7 0
                                    

Melidas telah tertidur karena kelelahan. Reona menghampiri neneknya yang sedang mencuci piring, meminta penjelasan atas apa yang baru saja didengarnya akan tetapi sang nenek justru mencari-cari alasan sampai tanpa sengaja melihat kalung yang melingkar dilehernya. Dia langsung meraih kalung tersebut, memperhatikannya lama lalu mulai menangis tersedu-sedu. Reona merasa heran dibuatnya. Sang nenek menanyakan asal usul kalung tersebut sehingga dia terpaksa menceritakan semua yang telah terjadi. Namun, dia menyembunyikan beberapa hal yang berhubungan dengan kematian adiknya.

Alangkah terkejutnya Reona, mengetahui sang nenek dan Dilon telah lama saling mengenal. Dia amat bersyukur mendengar pria itu masih hidup sehingga membuatnya penasaran tentang hubungan neneknya dengan keluarga Vertozch. Reona memberanikan diri untuk mencaritahu dengan menanyakan sosok sang lady yang hal itu membuat neneknya sontak bereaksi. Melalui permainan kata yang tepat, Reona berhasil membuatnya keceplosan dengan mengungkapkan sebuah rahasia yang selama ini telah disembunyikan darinya.

Seketika sang nenek kebingungan, tidak tau lagi harus membuat alasan seperti apa. Dia sudah terlanjur mengatakan sesuatu yang memicu kecurigaan Reona hingga sekarang cucunya itu mendesaknya mati-matian.
"Berhenti membuat alasan, Carla." Sang nenek tersentak setelah Reona mulai mengubah cara bicaranya.
"Apakah dengan berpura-pura menjadi nenekku, tidak cukup bagimu?" Akhirnya, Reona mengatakan sesuatu yang membuatnya terdiam tidak bisa berkata-kata.
"Sejak kapan?" Sang nenek menatapnya dengan ekspresi merasa bersalah. Bukannya menjawab Reona justru mengatakan hal lain yang membuatnya semakin tidak bisa terkutik.
"Berbohong tentang ayahku, tidak cukup untuk kalian?"

Mendengar itu, sang nenek langsung terbelalak sejadi-jadinya. Saat ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Beberapa hal tidak bisa lagi ditutup-tutupi seperti sebelumnya. Tentu saja, dia sadar kebenaran akan terungkap pada waktunya. Wanita tua itu memejamkan matanya rapat-rapat. Dia menggenggam kalung tersebut dengan erat seakan mengharap dorongan untuk membuatnya tetap tegar.
"Benar. Aku dan ibumu telah berbohong," ucapnya lirih. Reona masih tidak bereaksi.
"Aku memang bukan nenekmu tetapi seorang pelayan, dan ibumu Rosie bukanlah rakyat jelata melainkan seorang putri bangsawan yang sangat hebat. Dia adalah lady yang dicintai semua orang dan kau telah mendengar nama aslinya," ungkap si nenek.

Bak tersambar petir disiang bolong.

Kini justru Reona yang terkejut sejadi-jadinya. Dia tentu tau betul, siapa yang dimaksud oleh wanita tua itu. Reona menggertakan gigi dengan keras sementara Carla terus melanjutkan ceritanya hingga akhir.

"Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" Tanyanya.

"Setelah itu kami bersembunyi diwilayah ini lalu bertemu nona Firea yang kemudian banyak membantu kami. Dia jugalah yang membantu proses persalinan lady. Seketika kami menjadi keluarga, kami menghadiri pernikahan nona dengan Duke Termaine pada masa itu lalu lady bertemu Count Grunge Ashtarte. Mereka saling mencintai kemudian menikah setelah itu kalian pergi keselatan, sedangkan saya memilih tinggal diutara untuk melayani nona dan juga putranya yang sebentar lagi akan lahir."

Setelah memberikan penjelasan panjang lebar, Carla langsung berlutut dihadapan Reona. Dia berusaha menariknya kembali tapi wanita tua itu tetap kukuh. Reona hanya mengusap wajahnya kasar. Hal-hal mengejutkan yang diterimanya secara bertubi-tubi membuat kepalanya terasa pening.

'Aku ingin memeluk Melidas.' Batinnya.

"Jadi, margaku adalah Vertozch?" Carla mengangguk masih dalam posisi yang sama.
Reona memejamkan matanya rapat-rapat. "Vertozch," ucapnya lirih. Dia mengepalkan tangannya dengan erat, mengetahui bagaimana nasib mengenaskan keluarga itu dan sekarang diberitahu bahwa dirinya adalah bagian dari mereka. Betapa hancur perasaannya membayangkan seluruh keluarganya terpanggang didalam kobaran api pada masa itu. Seketika hatinya memanas, amarah menggerogoti jiwanya. Reona yang masih terbelenggu dengan kematian adiknya malah menerima fakta lain yang membuatnya semakin terpuruk. Ketika sedang memikirkan semua itu, rasa sakit diperutnya tidak lagi tertahankan. Reona langsung jatuh tidak sadarkan diri. Carla memeriksa keadaannya. Alangkah terkejutnya dia mengetahui kondisi tubuh Reona yang sebenarnya. "Jelaskan apa sudah terjadi, Lady Reona Vertozch!" Reona tersentak melihat Carla yang sudah kembali seperti biasanya.
"Apa kau sudah lupa siapa aku?"
"Tentu saja tidak. Lady adalah majikan baru saya tetapi anda juga seorang putri yang telah dipercayakan oleh majikan lama saya. Hal-hal seperti ini, saya tidak bisa menerimanya."

Reona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mau tidak mau, dia menceritakan semuanya. Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi termasuk kebenaran tentang kematian Liv yang membuat Carla langsung jatuh melemas.
"Apa yang terjadi dengan keluarga ini? Kenapa begitu banyak penderitaan yang mereka alami?" Gumam wanita tua itu sembari terisak lalu beralih menatap kearahnya.
"Sekarang apa yang harus saya lakukan kepada lady. Darah anda telah tercemar, seluruh jaringan tubuh anda mulai kehilangan fungsi. Jika racunnya tidak segera dikeluarkan, anda akan menderita dengan rasa sakit yang tidak tertahankan tetapi...."

"Tetapi apa?"

"Tetapi ada efek samping untuk mengeluarkannya secara paksa. Apa anda siap berkorban sebanyak itu?" Reona terdiam selama beberapa saat.
"Efek samping yang kau maksud itu, apakah aku akan menjadi mandul untuk selamanya?"
Carla mengangguk dengan pelan.
"Lakukan!"
"Apa anda yakin?"
"Persetan dengan semua itu. Selama aku masih bisa bergerak, itu sudah lebih dari cukup." Ucapnya tanpa ada keraguan sedikitpun.

Hari ini begitu melelahkan. Sepanjang malam Reona memikirkan ucapan Carla sembari memainkan kalungnya.

Ceklek.

Dia mendatangi Melidas dikamarnya. Tentu saja, Reona sudah tau semuanya bahkan tentang apa yang disembunyikan pemuda itu darinya selama ini. Dia duduk ditepian kasur, memandangi wajah rupawan yang telah membuatnya jatuh hati, tangannya terangkat untuk membelai rambutnya yang halus. Seketika dia tersenyum mengingat pertemuan pertama mereka. "Bersabarlah. Aku akan segera kembali," bisiknya tepat ditelinga pemuda itu yang langsung mengeliat merasa terganggu. Reona hanya terkekeh lalu mengecup keningnya lama setelah itu mendatangi Carla dikamarnya.
"Apa keputusan lady?"
"Mereka akan membayar semuanya," ucapnya dengan nada yang begitu dingin.
Wanita tua itu mengangguk dengan puas. "Maka, ini waktunya melakukan bagian saya."

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now