Chapter 12. The prime minister

78 7 0
                                    

Beberapa saat kemudian, Reona kembali ketempat Luke dengan membawa seekor kuda.
"Anda benar-benar mendapatkannya?" Ucap Luke sumringah.
Reona hanya tersenyum. Dia berlutut menekuk sebelah kakinya lalu menepuk pahanya dengan pelan. Luke terbelalak.
"Sa— saya tidak bisa melakukan itu," ucapnya dengan muka yang memerah.
"Lalu? Bagaimana caramu naik jika tidak berpijak kepadaku?" Tanya Reona. Pemuda itu terlihat ragu.
"Lakukan saja! Kita sudah harus melewati perbatasan sebelum fajar atau kau masih ingin berduaan denganku disini." Reona sengaja menggodanya. Pemuda itu menggeleng dengan cepat. Dia langsung menurut.
"Lady, tidakkah anda merasa posisinya sedikit aneh?" Tanya Luke.
Reona terkekeh.
"Kau akan terjatuh jika dibelakang, seperti ini lebih baik. Kemarikan talinya!" Luke mengangguk dengan berat hati. Reona langsung memacu kudanya meninggalkan tempat itu.

Keesokan paginya, mereka telah sampai diwilayah Timur. Mereka langsung pergi menuju kediaman perdana menteri yang berada diibu kota. Perdana menteri Serchean langsung menyambut kedatangan adiknya.
"Aku tau kaisar pasti akan mengirimmu tapi... Aku tidak tau kalau kau akan datang bersama dengan seorang lady." Ucapnya sembari menelisik Reona dari atas hingga bawah.
Luke memperkenalkan Reona dengan gugup. Reona tertawa kecil disebelahnya. Dia membungkuk dengan anggun kepada perdana menteri. "Saya sering mendengar tentang anda, beruntung bisa bertemu hari ini."
Perdana menteri tertawa. "Lady juga cukup terkenal. Hari ini bertemu langsung dengan anda saya rasa rumor tersebut tidaklah benar," ucapnya.
Reona menanggapinya dengan santai. Perdana menteri memanggil pelayan untuk mengantar Reona kekamarnya.
"Lady bisa beristirahat dikamar ini. Jika anda memerlukan sesuatu, silahkan beritahu kami." Ucap pelayan tersebut.
Reona mengangguk lalu masuk kekamarnya. Dia langsung mengunci pintu kemudian menanggalkan pakaiannya, tidak ada bekas luka diperutnya tetapi area yang tadinya tertusuk telah berubah menjadi biru. Reona berdecak kesal.
"Mereka benar-benar hobi meracuni orang lain," gumamnya.

Reona termenung, mengingat kembali hal-hal buruk yang telah terjadi beberapa waktu terakhir. Ketika dirinya memutuskan untuk menyelidiki kematian Liv, dia sudah menduga adanya keterlibatan kelompok TIER karena hanya mereka yang mampu menghabisi 100 orang pasukan dengan begitu mudah tetapi dia tidak menemukan apapun saat berusaha memburu mereka. Reona mengganti arah penyelidikan. Dia bertemu dengan seseorang tetapi orang ini begitu pandai melarikan diri setelah mendapatkan daftar nama anggota kelompok TIER. Reona kembali kehilangan jejaknya.
"Sialan!" Dia menjatuhkan dirinya keatas kasur. Saat seperti ini dia merasa begitu lemah.
"Bagaimana kalian menjadi dekat?" Tanya perdana menteri.
"Itu terjadi begitu saja."
Perdana menteri menghela napasnya. "Aku tidak banyak mendengar tentang lady Ashtarte. Duchess Livera juga jarang membahasnya, aku hanya tau jika dia adalah seseorang yang bertubuh lemah tapi melihatnya hari ini sepertinya tidak demikian. Jadi, seperti apa lady Ashtarte?"
"Lady Ashtarte adalah wanita yang mengagumkan. Dia sangat kuat dan juga sangat baik." Jawab Luke.
Perdana menteri tidak bisa menahan tawanya. "Sepertinya kau benar-benar mengaguminya," ucapnya.
Luke menunduk dengan malu.
"Apa dia tau siapa kau yang sebenarnya?"
Luke menggelengkan kepalanya pelan.
"Jadi, apa ada kabar baru dari orang-orangmu?"

Pembicaraan mereka berubah menjadi serius.
"Ferio hanya berhasil menemukan tempat persembunyian yang sudah lama ditinggalkan," ucap Luke.
"Kelompok itu memang tidak pernah menetap disatu tempat dalam waktu yang lama lagipula meskipun disebut sebagai kelompok, kenyataannya mereka bergerak secara terpisah tidak akan mudah menemukan mereka." Jelas perdana menteri.
Luke terdiam selama beberapa saat, dia terlihat sedang berpikir. "Menurut anda, apakah ada kemungkinan jika mereka bekerja sama dalam pembunuhan Duchess Termaine?"
Perdana menteri tersentak. "Mungkin saja lagipula kalau dipikir-pikir memang hanya mereka yang bisa melakukannya tapi dugaan itu langsung terpatahkan."
Luke terdiam cukup lama. "Lalu, apa yang terjadi disini? Bagaimana kondisi tuan duke?" Tanyanya.
"Duke Galius sangat lemah. Dia hanya bisa berbaring dikamarnya, banyak tabib yang sudah memeriksa tapi tidak ada yang tau penyakit apa yang sedang dideritanya. Kau ada disini, bisakah kau memeriksanya?"
Luke mengangguk.
"Tapi saya harus bertemu langsung dengan beliau."
"Sepertinya akan sulit, Rudeus memperkuat penjagaan diistana. Dia pasti tidak akan membiarkanmu masuk dengan alasan memiliki hubungan denganku apalagi kau tidak memiliki kewenangan yang resmi."

"Anda tidak perlu khawatir. Kaisar telah meminjamkan kewenangan sebagai penasihat kekaisaran, saya akan berbicara dengan Sir Rudeus," ucap Luke sembari memperlihatkan lencana kewenangannya.

"Baguslah, aku merasa lega setelah kematian Meliodas memang tidak ada lagi yang lebih pantas memegang lencana itu selain dirimu." Luke hanya tersenyum lalu beranjak dari tempatnya sebelum pergi keistana. Dia menyempatkan diri untuk mengunjungi Reona dikamarnya tetapi pelayan memberitahu jika dia sudah pergi beberapa waktu yang lalu. Luke harus melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia juga bersiap pergi menuju istana Duke Galius Esthertove.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now