Chapter 16. Kiss👊🏼

141 11 0
                                    

Keesokan harinya, Duke Esthertove telah mengirimkan surat kepada kekaisaran memberitahukan tentang keadaan diwilayah timur yang sudah membaik. Entah bagaimana Rudeus mengaturnya, nama perdana menteri telah dipulihkan tanpa membuatnya kehilangan muka dihadapan masyarakat.
"Lady!? Aku harus menagih janji anda," ucap Duke Esthertove.
"Tentu saja, saya juga akan senang mendapatkan kesempatan berduel dengan sang dewa pedang." Ucap Reona.
Duke Esthertove terkekeh, "Julukan itu hanyalah cara orang memanggil secara serampangan, aku semakin tua kemampuan juga mulai menurun, aku khawatir tidak bisa memenuhi ekspetasi anda."
"Tuan duke terlalu merendah."
Luke mendatangi Reona yang sedang bersiap-siap. "Lady? Apakah tidak apa-apa membongkar kemampuan anda dipublik?"
"Tidak masalah, cepat atau lambat mereka juga akan mengetahuinya."
"Ta— tapi apa anda akan baik-baik saja?"
"Apa kau meremehkanku?"
"Bu— bukan saya hanya khawatir jika anda terluka."

Reona tertawa kecil."Jika aku terluka dengan mudah mana bisa aku menjadi wanitamu," ucapnya sembari berlalu pergi. Luke terpaku ditempatnya, pipinya memanas.

Reona memasuki arena, Duke Esthertove telah menunggunya. Mereka berduel dengan sengit. Semua orang bersorak, kakak beradik Gregord juga turut menyaksikan. Luke meremas tangannya sepanjang duel. Perdana menteri melihat itu dan hanya tersenyum, duel berakhir seri. Duke Esthertove tertusuk beberapa kali sementara Reona hanya mendapatkan 2 luka sayat, secara tidak langsung dialah pemenang duel tersebut.

"Bwahahah... Kau benar-benar hebat nak! Selama ini hanya ada satu orang yang bisa mengalahkanku tapi dia telah tiada dan sekarang muncul satu orang lagi. Aku benar-benar sial! Aku bisa menghadapi 50 pria dewasa tapi dikalahkan oleh 2 orang wanita bwahahah," ucap duke Esthertove sembari menegak anggurnya.
"Beliau pasti sangat hebat." Sahut perdana menteri.
"Dia memang sangat hebat, aku tidak pernah bisa menang darinya bahkan sampai pertemuan terakhir kami, aku selalu kalah telak." Ucap duke Esthertove.
"Saya jadi penasaran, saya tidak pernah mendengar nama seorang ahli pedang yang lebih baik daripada anda." Ucap perdana menteri.
"Kau tidak akan mengenalnya, dia adalah sahabat baikku, jujur saja lady Ashtarte sangat mirip dengannya, orang lain yang tidak tau hanya akan mengira dirinya seorang lady yang menawan tapi mereka akan terkejut ketika dia mulai menarik pedangnya." Jelas duke Esthertove.
"Maka dia pasti wanita yang luar biasa," ucap Luke.
Duke Esthertove melirik Reona yang tampak tenang menikmati makan malam. "Jika aku tidak bertemu lady Ashtarte maka aku akan berpikir tidak ada lagi wanita hebat seperti dirinya."
"Tuan duke terlalu berlebihan, kemampuan saya tidak seberapa, saya hanya menyerang dengan niat membunuh." Singkat Reona.
Semua orang langsung terdiam. Duke Esthertove tertawa dengan keras untuk mencairkan suasana. "Lady benar-benar tidak pandai bermulut manis," ungkapnya.

Ditengah malam,
Luke berjalan sendirian dihalaman belakang istana, menikmati suasana malam yang begitu tenang. Akhirnya kekacauan diwilayah timur telah terselesaikan, itu artinya mulai besok mereka akan melanjutkan perjalanan masing-masing.
"Apakah udaranya tidak terasa dingin?" Celetuk Reona yang baru saja sampai.
Luke tidak menjawab. Reona menghampirinya, "Ada apa?" Tanyanya.
"Saya tidak tau," ucap Luke. Pemuda itu mulai meneteskan air mata.
"Hei! Kenapa begitu cengeng? Apa kau tidak ingin berpisah dariku?" Ucap Reona sembari bercanda.
"Jika bisa saya tidak ingin melakukannya," jawab Luke.
"Tapi kita berdua memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan, saya bisa mengerti." Lanjutnya.

"Sial!" Umpat Reona.

Luke menoleh, "Lady mengatakan sesuatu?" Tanyanya.

"Aku bilang 'Sial' kalau kau bertingkah seperti ini, bagaimana bisa aku melepasmu hah?" Ucap Reona sembari tertawa.
"Sa— saya tidak mengerti"
Reona menghela napas tanpa pikir panjang dia langsung meraup bibirnya. Reo melumatnya lembut sampai lenguhan pemuda itu terdengar.
Seketika Reona tersadar. Dia langsung menghentikan aksinya. "Apa kau sudah mengerti sekarang?" Bisiknya ditelinga pemuda itu. Luke tidak bisa menjawab, jantungnya berdebar kencang.
"Besok kau akan kembali keistana, berhati-hatilah!" Ucap Reona. Pemuda itu tersenyum, dia mengangguk pelan kemudian keduanya berpelukan.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now