Chapter 14. Geldamone

66 7 0
                                    

Semua orang begitu sibuk dengan urusannya masing-masing. Perdana menteri menyelesaikan pekerjaannya, Luke memutuskan untuk mengunjungi istana sekali lagi sedangkan Reona akan pergi ke kota Hover untuk menemui seseorang.

"Ibu! Ibu! Aku mau permen yang iniiii." Pinta seorang anak kecil.

"Baiklah, baiklah. Aku akan memberi satu untukmu. Ini ambilah," ucap pria pemilik toko gula-gula sembari tersenyum. Anak kecil itu tertawa riang dipelukan ibunya. Dia mengucapkan terimakasih dengan lucu. "Kau begitu memanjakan anak kecil. Inilah kenapa mereka menyukaimu," ucap sang ibu.
Pria itu hanya tertawa. Baguslah. Jika anak-anak menyukaiku maka tokoku akan semakin ramai."
"Ya, ya, yasudah. Aku akan bayar ini, terimakasih ya. Sampai jumpa lagi!"
"Campai jumpa agi pamang!" Ucap anak tersebut.

"Sampai jumpa lagi huh?" Celetuk Reona yang memasuki toko tepat setelah ibu dan anak itu keluar.

Pria itu menghela napasnya berat. "Jadi orang-orang bodoh kemarin adalah suruhanmu? Mereka mengekoriku kemana-mana seperti seekor tikus."
"Bisa dikatakan seperti itu." Ucap Reo singkat.
"Lalu ada apa lagi sekarang?"
"Kita perlu bicara," ucap Reo dengan serius.
"Pergilah kerumahku lebih dulu, kau pasti juga sudah tau itu dimana bukan?"
"Apa kau berencana kabur?" Tanya Reo.
"Kabur apanya? Tokoku ada disini bisnisnya juga sedang bagus. Mau kabur kemana lagi? Aku harus menutup toko dulu. Apa kau mau bertanggungjawab jika ada pencuri yang masuk?"
"Baiklah, aku akan menunggumu." Uaap Reona dengan santai kemudian pergi dari sana.
"Jadi apa lagi yang ingin kau ketahui?" Tanya pria itu.

"Dimana putri duri?"

Pria itu meliriknya sekilas. "Jika kau mencarinya itu artinya kau sudah menemukan sesuatu, apa aku benar?"
"Selama aku selalu mengira bahwa salah satu dari kalian adalah orang yang membunuh adikku tapi baru-baru ini aku tau, kalian semua bekerjasama untuk membunuhnya dibawah perintah Geldamone." Jelas Reona sembari mengeraskan rahangnya.
"Itu benar. Saat itu aku tidak ingin mencari mati dengan menjadi penghianat tapi tidak kusangka kau bisa menemukanku."
"Jadi, dimana Geldamone? Aku akan membunuhnya!" Ucap Reona dingin.
Pria itu menoleh kearahnya, tatapannya berubah menjadi lembut. "Geldamone adalah pemegang angka 1. Wanita itu sangat cerdas dan juga licik, kau mungkin bisa menang darinya jika beradu kekuatan secara fisik tapi wanita itu selalu merencanakan sesuatu dengan matang, kau tidak akan pernah tau jika dia mungkin saja sudah mengambil satu langkah didepanmu." Jelasnya.
"Aku hanya perlu membunuhnya sebelum itu."
Pria itu menepuk jidatnya. "Gadis keras kepala! Percuma saja kau menemuiku, aku tidak tau apapun."
Reona menghela napas. "Razel!? Kau tau kesabaranku terbatas, kau menetap ditempat ini bukannya ingin menjaga adikmu yang bodoh itu?"
"Jangan sentuh Rudeus!" Sahutnya.
"Kalau begitu bekerjasamalah denganku"

Pria bernama Razel itu berdecak kesal. "Anak itu lagi-lagi membuatku kerepotan, aku tidak bisa mencegahnya berbuat seperti itu karena aku terlalu menyayanginya. Dia adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki jadi jangan pernah melibatkannya!"
Razel menatap Reona dengan ragu. "Yah cepat atau lambat aku memang harus berhadapan dengannya,  jika itu putri duri hanya ada satu orang yang mungkin tau sesuatu, aku akan membawamu menemui Sloane."
Reona tersenyum puas. "Kalau begitu sekarang waktunya mengurus adik bodohmu itu."
"Tuan penasihat sepertinya punya banyak waktu luang, anda masih betah duduk disini hanya dengan beberapa cangkir teh dan kudapan." Sindir Rudeus. Luke hanya tersenyum.

Seorang penjaga mendatangi Rudeus dengan terburu-buru. "Beberapa orang sedang menunggu didepan gerbangkam. Mereka ingin bertemu dengan anda pak."
"Apa kau tidak melihat aku sedang menerima tamu? Usir mereka!?"
"Tapi salah satu dari mereka mengaku sebagai saudara anda," ucap penjaga.
Rudeus langsung menelan ludahnya.
"Ka— kakak?"
"Yo!"
"Lady?"
"Halo anak manis!" Sapa Reona dengan senyuman yang lebar.
"Ap— apa yang lady lakukan disini?" Luke melihat mereka dengan ekspresi bingung, Reona hanya memamerkan cengirannya.
"Ada apa kakak datang kemari?" Rudeus berkeringat dingin. Penjaga merasa heran dengan tingkahnya.
"Rud, hentikan saja semua ini! Aku akan menarik sihir ditubuh tuan duke setelah itu akui saja semua perbuatanmu!"
Rudeus membulatkan matanya. "A-pa yang kakak katakan? Jika aku melakukannya tuan duke pasti akan membunuhku, kakak juga tau kepribadiannya seperti apa." Ucapnya dengan cemas.
"Jangan khawatir! Itu tidak akan terjadi, dia akan membantumu" Razel menunjuk Reona.
"Memangnya siapa dia? Apa yang bisa dia lakukan?" Ucap Rudeus ketus.
"Aku akan menjelaskannya nanti sekarang bawa aku menemui tuan duke." Rudeus sempat merasa ragu meski pada akhirnya dengan berat hati dia harus membawa kakaknya. Luke langsung meminta penjelasan, Reona hanya memberitahu jika Razel adalah kenalannya. Luke tidak bertanya lebih lanjut meskipun dia tidak puas dengan jawaban yang didapat.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu