Chapter 22. Grand duke of north

71 8 0
                                    

Persidangan telah selesai dengan hasil yang mengejutkan. Kaisar amat terpukul mendengar kebenaran yang telah terkuak. Bagaimanapun juga dirinya turut andil dalam memberikan keputusan atas hukuman bagi penasihat sekaligus teman baiknya itu.
"Aku telah merenggut dua nyawa yang tidak bersalah Serchean. Apa yang harus kulakukan untuk menebusnya?" Ucap kaisar dengan nada sendu.
"Kita tidak bisa melakukan apapun untuk mereka yang telah pergi yang mulia tapi masih ada yang bisa anda lakukan untuk mereka yang masih hidup," jawab perdana menteri.
"Apa maksudmu?"
"Apa anda ingat rumor tentang selir duke sebelumnya?" Kaisar sontak menoleh. Dia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang ada didalam pikirannya. Perdana menteri menganggukkan kepalanya pelan. Kaisar langsung memejamkan matanya rapat-rapat.
"Kita harus segera menemukan anak itu."
"Dia sudah berada disini yang mulia," sahut perdana menteri. Seolah memahami kemana arah bicaranya, kaisar menghela napasnya berat.

Beberapa saat kemudian komandan Charlotte memasuki ruangan. "Saya telah membawanya yang mulia," ucapnya kemudian pergi setelah membungkukan badan dengan sopan. Kaisar menatap tajam pemuda yang berdiri tepat dihadapannya. "Anda membutuhkan saya, yang mulia?" tanya pemuda itu dengan menundukan kepalanya.
"Ya, aku membutuhkanmu Luke. Ah tidak harusnya aku memanggilmu dengan benar. Bukan begitu, Grand Duke Melidas Termaine?"
Luke tersentak. Dia melirik perdana menteri yang berdiri tepat disebelah kaisar. Kakak angkatnya itu sedang tersenyum tanpa dosa. Dia mengangkat kepalanya lalu tersenyum kecil seperti biasa.
"Saya hanyalah pemimpin tanpa wilayah, yang mulia tidak perlu terlalu melebih-lebihkan lagipula gelar itu adalah milik kakak saya, Duke Meliodas Termaine." Ucapnya. Kaisar langsung memeluknya sembari terus meminta maaf atas semua yang telah terjadi. Perdana menteri tersentuh dengan pemandangan yang ada didepannya, setelah haru biru tersebut mereka menghabiskan malam dengan membicarakan banyak hal.

Tepat sehari setelah persidangan kasus kedua pangeran, kaisar Ladrel mengadakan pertemuan secara mendadak. Dia mengumpulkan semua orang diaula besar yang telah dipersiapkan dengan berbagai hiasan dan pengaturan lainnya. Seolah-olah pesta besar akan dilaksanakan ditempat ini. Kaisar tidak menjelaskan alasannya melakukan hal itu sehingga membuat semuanya bertanya-tanya, ada gerangan apakah sampai-sampai para rakyat juga diminta hadir didepan gerbang kekaisaran untuk ikut mendengarkan pidato kaisar. "Kalian pasti merasa heran atas pertemuan yang mendadak ini. Akan tetapi, hal baik harus segera disampaikan. Pertama-tama, aku ingin meminta maaf atas semua yang telah terjadi. Hal-hal dimasalalu tidak akan mungkin terulang kembali. Kita semua telah melakukan kesalahan besar meski terlambat, kita masih punya kesempatan untuk memperbaikinya." Kaisar menjeda ucapannya, memperhatikan semua orang yang sedang menunggunya berbicara. Dia menarik napasnya dalam-dalam.
"Pada hari ini aku menyatakan, sang penguasa utara sekaligus penasihat kekaisaran, Duke Meliodas Termaine tidak bersalah atas apa yang telah dituduhkan kepadanya 3 tahun yang lalu."

Para tamu mulai ribut, saling berbisik satu sama lain.

"Aku membebaskan dirinya dari tuduhan yang telah disematkan kepadanya sebagaimana adanya bukti yang telah menyatakan ketidakbersalahannya, dan dengan ini reputasi keluarga Termaine akan dipulihkan kembali. Pembangunan kembali secara besar-besaran akan dilakukan diwilayah utara. Para penduduk yang telah dirugikan akan mendapatkan kompensasi dari kekaisaran."
Seluruh tamu undangan saling memandang satu sama lain.
"Tapi apa gunanya semua itu, yang mulia. Siapa yang akan mengisi posisi pemimpin wilayah? Duke sebelumnya hanya memiliki seorang putra." Ucap salah satu bangsawan yang hadir. Semua orang serentak mengangguk setuju. Kaisar melirik perdana menteri Serchean yang langsung mengambil alih perhatian para tamu undangan.

"Beberapa tahun yang lalu, terdapat rumor tentang duke sebelumnya yang mengangkat seorang selir dari kalangan ras hutan. Pada waktu itu tidak bisa dibuktikan kebenarannya tetapi rumor tersebut adalah benar. Selir tersebut bernama Firea Dhelmore yang merupakan sang pemimpin salah satu suku ras hutan. Dia memiliki seorang putra yang selama ini keberadaannya telah disembunyikan. Dia ada diantara kita dan dialah yang akan mengambil alih posisi penguasa wilayah utara."
Mendengar hal itu, para tamu undangan sempat memperdebatkan asal usulnya yang dianggap sebagai 'monster' tetapi kaisar berhasil menenangkan semua orang. Perdana menteri mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada penjaga.

"GRAND DUKE MELIDAS TERMAINE MEMASUKI RUANGAN~ " Teriaknya.

Semua pasang mata langsung beralih menuju pintu masuk, tak terkecuali anggota keluarga kekaisaran.

Hening.

Suara langkah kaki diiringi ketokan tongkat menggema diseluruh ruangan. Seorang pemuda dalam balutan pakaian bangsawan memasuki ruangan dengan langkah yang tegas. Dia berdiri menatap semua orang dengan penuh kewibawaan. Seluruh tamu undangan membelalakan mata mereka melihat sosok tersebut yang tidak lain adalah Luke, adik angkat perdana menteri Serchean. Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju podium, tempat dimana kaisar berada.

 Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju podium, tempat dimana kaisar berada

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Pakaian itu sangat cocok untukmu!" Puji kaisar. Melidas hanya tersenyum kecil. Perdana menteri Serchean ikut merasa bangga hingga tanpa sadar menitikkan air matanya. Sementara, pangeran pertama Agares tidak bisa berkata-kata. Seketika dirinya merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya sedangkan tuan putri Serena hanya mengacungkan jempolnya dari kejauhan.

Malam harinya kaisar mengadakan pesta besar untuk merayakan kembalinya Melidas. Para bangsawan dari berbagai wilayah dihadirkan untuk memeriahkan acara.
"Selamat atas kembalinya keluarga Termaine! Selamat atas pengangkatan Grand Duke Melidas Termaine! Mari kita bersulang!" Ucap kaisar. Semua orang langsung bersorak. Melidas hanya menyaksikan kemeriahan itu dengan ekspresi tidak tertarik. Dia merasa aneh. Hari ini adalah hari yang selalu dinantikannya meski begitu dirinya merasa tidak senang, hatinya justru merasa kosong. Semua kesenangan didepan matanya menjadi tidak berarti. Perdana menteri menghampiri adik angkatnya itu. "Kau adalah tokoh utama pada pesta hari ini, ada apa dengan mukamu?" Tanyanya. Melidas tidak menjawab.

Sementara itu, Charlotte mendapatkan laporan dari bawahannya. Dia langsung keluar untuk melihat apa yang terjadi. Seorang pria berbicara dengan napas tersengal-sengal. "Sa- saya Alfo. Seorang kusir yang ditugaskan oleh duke Galius untuk mengantarkan lady Reona kembali. To- tolong saya! Lady telah menghilang! Tolong temukan dia! Sa- saya tidak bisa menghadapi tuan duke jika lady masih belum ditemukan." Ucapnya dengan ekspresi ketakutan.
Komandan Charlotte bergegas masuk menyampaikan perihal tersebut kepada kaisar yang langsung memerintahkannya membawa pasukan untuk mencari keberadaan Reona.

Perdana menteri Serchean mengantar kepergian Melidas. Pemuda itu harus kembali keutara untuk mengawasi pembangunan serta menata ulang pemerintahan.
"Kirim surat padaku setelah kau sampai disana," ucap perdana menteri. Melidas mengangguk.
"Jaga diri anda perdana menteri! Terima kasih untuk semua yang telah anda lakukan, tidak tau apa yang mungkin terjadi jika anda tidak mengambil saya pada hari itu."
Perdana menteri menepuk pelan bahu Melidas, "Kau seperti adik bagiku sudah tugasku sebagai kakak untuk melindungimu, berhati-hatilah!"

Beberapa hari kemudian, Charlotte yang baru saja tiba, bergegas melaporkan hasil pencariannya yang tidak menemukan apapun. Duke Trovier dan Count Ashtarte juga berada disana mendengar laporan tersebut. "Wilayah barat bukannya wilayah yang besar, tidak mungkin seseorang tersesat ditempat itu dan lebih tidak mungkin lagi seseorang yang cerdas seperti lady Ashtarte menghilang secara tiba-tiba, apa kau sudah bertemu Avery? Bagaimana kabarnya?" Tanya kaisar.
"Duke Avery sangat sibuk, beliau bahkan tidak punya waktu untuk sekedar duduk menikmati teh bersama kami tetapi beliau menyambut kami dengan baik. Beliau bahkan membantu kami dalam proses pencarian," jelas Charlotte.
"Terakhir kali kami bertemu adalah pesta tahun baru yang lalu setelah itu aku tidak pernah mendengar beritanya lagi. Setiap aku mengirim undangan tidak lama setelah itu hadiahnya datang bersama surat permintaan maaf. Baguslah kalau dia baik-baik saja sekarang permasalahannya adalah lady Ashtarte, apa kau sudah memeriksa kesaksian kusir pada Galius?"
"Sudah saya lakukan yang mulia, pria itu berkata jujur."

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu