Chapter 17. The show

91 7 0
                                    

Reona kembali kamarnya. Gadis itu mengusap wajahnya kasar.
"Kupikir kau hanyalah seorang wanita yang dingin, siapa tau kau juga bisa berekspresi lembut seperti tadi!" Celetuk Razel yang menyelinap kekamarnya melalui jendela.
"Tutup mulutmu! Ini semua karena kalian!"
Razel menghela napas. "Baiklah, baiklah, sekarang apa yang akan kita lakukan?" Tanyanya.
"Aku akan memburu anggota kelompok yang lain setelah itu memenggal kepala Geldamone. Kau harus membantuku," ucap Reona.
Razel menyeringai lalu membungkuk dengan sopan. "Sesuai permintaan anda, lady"

Keesokan paginya,
Kereta kuda yang membawa Luke dan perdana menteri sudah pergi beberapa saat yang lalu. Reona sengaja tidak mengantarkan kepergiannya. Dirinya bersiap untuk pergi ke barat menemui buruan pertamanya, (No.4, Si Penjinak, Sloane). Dia berpamitan dengan Duke Esthertove.
"Jaga dirimu nak! Aku akan mengunjungimu lain kali!"
Reona hanya melambaikan tangannya tanpa mengatakan apapun. Duke Esthertove tersenyum kecil, "Bahkan sikap perpisahannya begitu mirip," gumamnya.
Reona berangkat menggunakan kereta kuda. Razel adalah orang yang menarik kereta didepan. "Aku merasa bersalah. Mereka berhasil meninggalkan kelompok, bersembunyi dari Geldamone tetapi sebentar lagi mereka harus mati dan aku sebagai rekan kerja mereka akan menyaksikan hal itu, betapa menyedihkan!"
"Itu adalah harga yang harus mereka bayar karena membunuh adik seseorang jika bisa bahkan aku akan membunuh seluruh anggota keluarganya tapi aku tidak ingin mengotori tanganku," cuek Reona.
"Aku menarik kata-kataku semalam, kau benar-benar dingin!"
Reona tidak peduli."Katakan padaku! Siapa saja buruannya?"
"Ada 3 orang anggota pelarian. Mereka mungkin tidak ingin terlibat lagi dengan kegilaan Geldamone setelah beraksi mereka langsung menghilang tapi aku berhasil menemukan mereka. Mereka adalah (No. 4, Penjinak hewan, Sloane), (No. 5, Pelukis, Marion) kemudian (No. 6, Kaki gajah, Bigfeet). Mereka semua berpencar diwilayah barat."
"Apakah tidak ada cara mengumpulkan mereka disatu tempat?"
"Ada tapi apa kau yakin ingin melawan mereka semua sendirian?"
"Bukannya ada kau disini?" Razel tersenyum kecut.

Mereka telah tiba diwilayah barat. Reona terpukau dengan suasana diibukota Mephenia. Dia banyak mendengar tentang kemewahan yang menjadi simbol wilayah tersebut tapi baru kali ini dirinya benar-benar merasakan langsung bau uang yang semerbak dimana-mana. "Benar-benar memanjakan mata." Gumam Reona.
Mereka langsung pergi mencari penginapan setelah itu, Razel mulai menghubungi teman-teman lamanya sementara Reona pergi beristirahat.
"Lady!?" Panggilnya sembari mengetuk pintu dengan sopan.
"Apa semuanya sudah datang?"
"Marion dan Bigfeet sudah berada dibawah."
"Sloane?"
"Dia tidak datang, aku tidak bisa menghubunginya"
"Baiklah."
Reona meraih mantelnya kemudian mereka turun bersamaan. Dia melirik kebawah, 2 orang wanita terlihat sedang mengobrol dengan senang. Reona mengertakan giginya. Razel memperingatkannya untuk menahan diri. Reona memperkenalkan dirinya sebagai tunangan Razel kemudian mereka saling berbicara satu sama lain.

Beberapa saat berlalu, Razel dengan sengaja menyinggung nama Liv yang membuat keduanya langsung bereaksi sebelum itu Reona berpamitan kekamar mandi tapi itu hanyalah alasan. Dia hanya ingin bersiap-siap sebelum pertunjukan pembunuhannya dimulai.
Awal pembicaraan kedua orang itu masih terlihat tidak peduli tetapi ketika Razel menyebut Geldamone, Marion sang pelukis langsung menggebrak meja dengan keras. Dia memberi isyarat agar Razel berhenti bicara tapi tentu saja dia tidak menurutinya. Razel tetap melanjutkan bicaranya seolah tidak terjadi apa-apa sampai lama kelamaan Bigfeet juga mulai merasa tidak nyaman tanpa banyak bicara dia mengangkat tubuh Razel yang lebih kecil darinya lalu mereka bertiga keluar dari penginapan.

"Kenapa kau mengungkit hal itu dengan sengaja?" Tanya Marion dengan nada kesal.

"Aku hanya ingin tau saja, kalian juga tau aku tidak ikut karena waktu itu adikku sedang sakit jadi apa salahnya aku ingin tau, kemampuan Duchess Termaine lumayan hebat ditambah dengan jumlah pasukan yang dibawanya meskipun kalian bergabung pasti akan tetap kerepotan," ucap Razel.

"Aku tidak ingin mendengar nama si jalang itu, lihat apa yang sudah dia perbuat kepadaku!" Marion menunjukkan bekas luka sayat dipipinya.

"Sudahlah, hari ini harusnya adalah reuni kita, kenapa kalian harus bertengkar untuk seonggok mayat yang sudah melebur dengan tanah?" Celetuk Bigfeet.

Razel tersenyum miring. "Seonggok mayat huh? Harusnya kau tidak mengatakan itu"
"Apa maksudmu?"
"Maksudnya adalah kau harus mati!" Reona muncul dari belakang dan langsung menebas lengan Bigfeet sampai putus. Wanita bertubuh besar itu langsung berteriak kesakitan. "Siap-a kau sebenarnya?!" Ucapnya sembari menahan pendarahannya.
"Siapa ya? Coba tebak, aku memberimu waktu 5 detik."
"Ap— apa? Ka— kau... "
"Ups waktunya habis, selamat tinggal!"
"Arghhh... " Reona menusuk jantungnya dengan keji.
"Dasar kau penghianat!" Reona sontak menoleh kesumber suara. Marion sedang beradu sihir dengan Razel tapi nampaknya mereka tidak seimbang. Wanita itu terlihat berusaha keras untuk menyerangnya sedangkan Razel hanya menghindarinya sembari bermain-main, melihat gerakan Marion yang lambat Reona menjadi tidak tertarik. Dia berbalik lalu pergi dari sana.
"Cepat bunuh lalu kita bisa makan malam!" Ucapnya sebelum benar-benar menjauh.

Beberapa menit kemudian. Razel datang. "Jadi bagaimana rasanya membunuh rekan kerjamu sendiri, (No.2, Sang Phoenix, Razel Gregord)?"
Razel bergidik. "Aku merasa ngeri mendengarmu menyebut namaku seperti itu." Ucapnya. Reona hanya terkekeh.
"Kita akan mencari Sloane besok pagi."
"Tidak usah."
Razel mengeryitkan alisnya.
"Dia sudah disini. Eum, maksudku kepalanya berada disini."
"Apa?! Bagaimana?"
"Apa kau tidak memperhatikan pelayan yang tadi mengantarkan minuman?"
Razel menepuk jidatnya dengan keras. "Sialan aku lengah. Aku tidak melihatnya, apa kau sudah membunuhnya?" Reona mengangguk.

"Cepat sekali lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Memulai pertunjukan utama. Aku akan kembali keistana. Kau pergilah kepelabuhan menurut pernyataan Sloane seharusnya ada kelompok yang mengimpor racun dari negara tetangga, Geldamone meracuni Liv sehari sebelum eksekusi Meliodas yang juga mendapat tuduhan pembunuhan dengan racun jika dia adalah tokoh penting diistana maka dia akan memakai perantara, aku ingin memastikan sesuatu." Jelas Reona.
"Kita akan berpisah besok pagi. Aku tidak berpikir perlu mengatakan hal ini tapi berhati-hatilah! 2 anggota yang tersisa lumayan kuat, (No.3, Phantom, Lucanne) meskipun angkanya dibawahku tapi pria itu paling keji diantara anggota lainnya lalu (No.8, Gadis suci, Lilianne) kau harus mewaspadainya terlepas dari angkanya yang kecil, ia adalah lawan yang merepotkan. Jangan sampai tertipu!" ungkap Razel.
Reona hanya mengangguk secara singkat.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now