Pertemuan 31

842 36 0
                                    

Gadis berkuncir kuda tersebut mulai duduk di kantin rumah sakit, Bella mulai menyodorkan sebuah roti dengan rasa stoberi yang mungkin di sukai oleh Liliya. "Makanlah dulu, ayo buka mulut mu" ujar Bella sambil mengarahkan roti tersebut ke mulut Liliya.

Gadis itu dengan enggan mulai membuka mulutnya dan mulai menggigit roti yang di berikan oleh Bella. Sudah hampir seminggu ini, kondisi Matthias masih sama dalam keadaan koma.

Beberapa hari ini diluar sana sedang mengadakan sebuah pesta Halloween, Liliya sebenarnya ingin mengikuti juga , namun tidak sendiri. Dia juga sangat ingin bersama Matthias. Setelah beberapa gigitan, Liliya pun menolak lalu Bella mengangguk mengerti.

"Bella, aku ingin melihat Matthias." Bella pun mengangguk dan kemudian mulai berdiri dari kursi, Bella pun menuntun Liliya untuk kembali ke ruang ICU. Setelah sampai di sana, Liliya beserta Bella merasa bingung karena melihat dokter mulai masuk ke dalam ruangan itu.

Liliya pun mulai berjalan cepat, hendak masuk. Namun tangannya di cekal oleh Vero, pria berambut blonde tersebut menggeleng. "Matthias baik-baik saja, tenang lah".

"Jangan berbohong! Lalu kenapa dokter itu masuk?" Jawab Liliya.

"Untuk mengecek perkembangan dari Matthias, itu adalah hal wajar". Balas Vero, Liliya pun memalingkan wajahnya dan mulai duduk kembali di kursi panjang yang tersedia di sana.

Gadis berkuncir kuda itu mulai mengelus perutnya yang kian hari kian membesar. Mata dari gadis tersebut pun kembali berkaca-kaca, hey ayolah. Ibu hamil memang memiliki hati yang sangat sensitif.

Setelah beberapa saat, dokter yang memeriksa kondisi Matthias pun mulai keluar, Liliya segera berdiri dan menghampiri dokter tersebut. Liliya yang hendak berbicara pun langsung terpotong ketika Vero menyaut.

"Bagaimana kondisinya?". Ujar Vero, dokter tersebut pun mulai menjelaskan kondisi Matthias yang masih sama. Entah kapan pria tersebut bisa melewati masa komanya.

"Dan, coba saja untuk sering berkomunikasi dengan pasien. Dan siapa tau itu berhasil membuat pasien bisa melewati masa komanya" ujar sang dokter itu, mereka yang di sana pun mengangguk dan setelah itu, dokter itu beserta suster yang berada di samping nya mulai pamit undur diri.

Vero pun menoleh ke arah Liliya, dan mengangguk. "Masuklah, ajak Matthias berbicara". Liliya kemudian mulai mengangkat wajahnya lalu gadis tersebut pun mengangguk pelan.

Kemudian Liliya pun mulai masuk ke dalam ruang ICU tersebut dengan memakai gaun luar yang memang di sediakan oleh rumah sakit, Liliya mendekati ranjang yang di tempati oleh Matthias. Gadis berkuncir kuda tersebut tak bisa menahan air mata yang mengalir kembali.

"Matthias..." ujar Liliya dengan lirih, tangan gadis itu pun mulai mengenggam tangan Matthias, gadis tersebut mulai mengelus punggung tangan Matthias dengan jempolnya.

"Cepatlah sadar... Apakah kamu tidak ingin menemani ku saat aku melahirkan anak kita...". Liliya pun mencodongkan tubuhnya dan mulai mendaratkan satu ciuman di kening Matthias yang terperban.

"Maafkan aku... Maaf, ini semua karena salah ku. Andai saja aku tidak pergi waktu itu, andai saja aku tidak menuruti ego ku... Hiks"

Liliya pun mulai meletakkan kepalanya di dada bidang Matthias, dan tangannya pun masih mengenggam erat tangan Matthias. Setelah beberapa saat, Liliya mulai menegakkan kembali tubuhnya dan kembali mendaratkan satu ciuman lagi, namun ini tidak kening Matthias, melainkan di bibir Matthias.

"Cepatlah sadar, suami ku..."

.
.
.
.
.
.

Bella beserta ibu dari Liliya pun mulai mengelilingi sebuah ranjang yang di tempati oleh Liliya, hari ini gadis tersebut hendak melahirkan dan baru pembukaan ke 9. Sedari tadi Inas selalu membisikkan kata-kata penenang di samping telinga Liliya.

Matthias Drevn [End]Where stories live. Discover now