Pertemuan 20

966 30 0
                                    

Seorang pria dengan berambut blonde tersebut sedikit terdiam sambil menyesap minuman dinginya. Dia sedang memikirkan perkataan Matthias yang mengatakan jika Liliya sedang hamil. Awalnya, Vero sempat tidak percaya namun setelah melihat surat keterangan bahwa Liliya hamil membuat Vero terdiam.

"Kenapa kau mendahului ku, bung?! Aku saja belum sempat untuk menghamili Bella!" Ujar Vero tak terima, lalu pria itu pun segera berdiri dari kursinya sambil membenarkan kerah blazer nya. "Aku tidak suka jika di dahului seperti ini, aku harus membujuk Bella agar segera menikah dengan ku". Setelah mengatakan hal tersebut, pria berambut blonde tersebut segera berjalan keluar dari cafe tersebut, meninggalkan Matthias yang hanya mengangguk saja.

Salah satu pria dengan berpakaian serba hitam mulai menghampiri Matthias dan sedikit membungkuk. " Tuan, ini sudah saatnya Tuan menjemput Nyonya Liliya". Ujar pria tersebut, Matthias sedikit melirik ke arah arjoli dan kemudian dian mengangguk. Ya, Liliya masih menjalankan kelasnya dan gadis itu akan home schooling jika usia kandungan Liliya berusia 4 bulan.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di kampus Liliya. Gadis ber kuncir kuda itu sedang duduk di kursi kantin bersama teman nya yang bernama Ani, mereka sudah berteman saat mereka bertemu pertama kali. Mata bulat gadis tersebut beralih ke arah makanan yang di bawa oleh Ani, dia sedikit asing dengan makanan yang di tusuk-tusuk seperti itu, dengan sebuah bumbu atau saus?.

"Ani, itu apa?" Tanya Liliya dengan penasaran, gadis yang sedang memakan makanan nya langsung mengangkat wajahnya dan menatap wajah polos Liliya.

"Ini sate, dari Indonesia. Aku membuatnya sendiri loh, ayo coba". Ujar Ani yang membuat gadis polos itu semakin penasaran, dia pun mulai mengambil satu tusuk sate tersebut dan perlahan mulai menggigitnya sedikit, dia bisa merasakan bumbu gurih dan juga sedikit manis. Ternyata sate ini terbuat dari daging ayam, Liliya mengangguk dan kemudian menggigit kembali sate tersebut.

"Enakk!". Ujar Liliya dengan wajah berbinar. Ani pun hanya terkekeh, dan kemudian mulai mendekatkan piring tersebut kepada Liliya agar bisa saling berbagi. Saat sedang asyik menyantap sate tersebut, Liliya di kejutkan oleh tepukan di pundaknya. Liliya pun langsung menoleh dengan tusuk sate yang berada di mulutnya, pria tersebut pun mengkerut kan alisnya dan ketika melihat ujung tusukan tersebut cukup tajam, Matthias segera mengeluarkan itu dari mulut Liliya.

"Astaga sayang, apa yang sedang kamu makan. Ayo cepat muntah kan". Ujar Matthias dengan sedikit khawatir, Liliya pun membuka mulutnya dan membiarkan Matthias mengeluarkan tusuk sate tersebut.

"Apa yang kamu berikan kepada istri saya? Kamu mencoba membunuhnya?!". Ujar Matthias dengan nada tinggi, Ani di sana sedikit melebarkan matanya dan kemudian mencoba mencari pembelaan.

"Tidak seperti itu, itu hanya sate saja... Aku tidak bermaksud untuk itu".

Saat Matthias hendak berkata kembali, Liliya mulai menyelak perkataan dari pria tersebut. "Dia tidak salah Matthias, aku hanya memakan sate saja. Itu makanan dari Indonesia! Dengan daging ayamm dan juga bumbunya sangat enakk".

Matthias pun hanya mengangguk dan kemudian mulai membawa istrinya ini menuju mobil, setelah sampai di sana Matthias mulai membukakan pintu untuk Liliya di bagian depan. Setelah gadis itu masuk, Matthias kembali mengitari mobil dan masuk ke dalam bagian pengemudi.

Mobil hitam itu pun mulai melesat dari perkarangan kampus Liliya menuju mansion Matthias.

.
.
.
.
.

Suara derap langkah pun mulai memenuhi ruangan tersebut, mata tajamnya tak pernah lepas dari bodyguard nya yang sudah berdiri di sana. Matthias sedikit melirik ke arah seorang pria yang sudah terikat di atas kursi tersebut, kemudian Matthias mulai berjalan mendekati pria tersebut dan mengangkat wajahnya dengan kakinya yang di lapisi oleh sepatu mahalnya.

"Jadi, siapa yang menyuruh mu untuk mengendap-endap menjadi bodyguard ku?". Kata Matthias dengan suara yang rendah, pria bermata kuning cerah itu menggeram ketika tidak mendapatkan jawaban apapun dari pria ini.

"Cepat keluarkan!". Perintah Matthias yang membuat salah satu pria berjas di sana, pria berjas hitam itu mulai menunjukkan sebuah ponselnya yang menampilkan sebuah panggilan vidio bodyguard Matthias yang ada di sana.

Terlihat jelas di sana terdapat keluar dari pria asing ini yang nyawanya sedang terancam. Pria yang terikat tersebut pun melebarkan matanya dan mulai menggeliat di atas kursi.

"Sialan! Jangan membawa-bawa keluarga ku! Mereka tidak bersalah!". Ujar pria tersebut, Matthias terkekeh sadis dan dia pun sedikit membungkuk untuk sejajar dengan pria terikat ini.

"Ayah! Hiks! Ayah, Alya takut yahh!". Teriak gadis kecil itu yang berada di seberang panggilan sana, pria itu merasakan sesak di dadanya ketika mendengar suara tangisan yang berasal dari istrinya dan juga putri kesayangannya ini.

"Matthias! Tolong jangan mengancam keluarga ku!"

"Ahh no, aku ingin melihat seberapa berbakti nya dirimu terhadap atasan mu itu. Jadi sekarang mengaku atau keluarga mu terbunuh". Ujar Matthias, pria bermata kuning cerah tersebut dapat melihat keraguan di matanya.

"Baiklah, lakukanlah!"

"Ervan! Dia adalah atasan ku, dan aku adalah Alex yang memang di suruh oleh Ervan sebagai tangan kanannya!". Ujar Alex dengan cepat, dia tidak ingin istri dan juga anak nya terlibat dalam hal ini, dia sangat menyayangi keluarga nya.

Matthias mengangguk dan kemudian dia mengambil salah satu kursi di sana dan mulai duduk berhadapan dengan pria itu. Dia pun mulai menyodorkan ponsel itu kepada Alex. Pria tersebut mulai menatap kembali ke arah layar ponsel itu dan seketika matanya berkaca-kaca.

"Lepaskan ikatannya". Perintah Matthias yang langsung di laksanakan oleh mereka, bodyguard Matthias pun mulai membuka tali yang melilit erat di tubuh Alex.

"Suasana hati ku sedang baik, sekarang kembali lah kepada keluarga mu itu. Tidak perlu khawatir terhadap Ervan, aku akan langsung membunuhnya nanti. Dan sekarang kau akan aman dan perlindungan ku."

Setelah mengatakan hal tersebut, Matthias segera keluar dari ruangan tersebut dan kemudian mulai berjalan ke arah parkiran, pria bermata kuning cerah itu mulai memasuki mobilnya, mobil hitam itu kembali melesat menjauh dari markasnya. Dia sesekali melirik ke arah jam di pergelangan tangannya sudah pukul tengah malam. Istrinya kini pasti sedang tertidur lelap di kamarnya.

Ahh, Matthias jadi tak tega meninggalkan Liliya ketika gadis tersebut sedang tidur. Jalan raya malam ini tidak terlalu padat, dan saat lampu merah mobil Matthias pun mulai berhenti. Tangan satunya mengenggam stir dan tangan yang bebas mulai menyalakan sebuah radio yang ada di dalam mobil itu, musik pun mulai mengalun dan lagu itu adalah kesukaan Liliya.

Live Forever
Artis:Oasis

Mata Matthias sesekali melirik ke arah depan, dan seketika mata Matthias melebar melihat ada sosok yang sama seperti ibu dari Liliya. Mata Matthias terus mengikuti sosok wanita asing itu, dan kemudian wanita itu mulai masuk ke dalam mobilnya.

Matthias menggeram dan genggaman di stir mobilnya pun mulai mengerat. Matthias merasakan kepanikan mulai menjalar di dirinya.

Tidak! Tidak! Liliya tidak akan pergi ke mana-mana bukan? Liliya hanya miliknya! Dia tidak akan pernah ibu Liliya untuk membawa istrinya pergi!

Lampu merah pun sudah berganti dengan warna hijau, beberapa kendaraan di sana mulai berjalan kembali dan begitu pun dengan mobil Matthias. Dia harus melakukan tindakan cepat, sebelum Liliya di ambil oleh ibunya.

•••

Hayy aku kembali! Ada yang kangen ga nih?
Segini aja dulu yaaa, jaga kesehatan terus bubb ❤

Matthias Drevn [End]Where stories live. Discover now