Pertemuan 8

2.8K 73 0
                                    

Inggris 09.30

Di dalam sebuah rumah sederhana yang terdapat sosok wanita paruh baya yang terduduk di sofa rumahnya. Dia menggenggam sebuah bingkai yang terdapat foto anaknya, terdapat kantung mata yang melingkar di bawah mata wanita paruh baya tersebut.

"Liliya... kamu dimana sayang. Ibu sangat merindukan mu". Ujar Inas-ibu dari Liliya, dia memeluk erat foto tersebut dan tanpa sadar setetes air mata kembali mengalir.

Sudah beberapa hari ini, putri kesayangan nya dan juga satu-satunya telah menghilang, di saat gadis tersebut izin untuk pergi ke toko serba ada untuk membeli beberapa kebutuhan nya. Namun setelah itu, putrinya tidak kembali lagi bahkan Inas nekad mendatangi toko yang sempat di kunjungi oleh putrinya, setelah sampai di sana dia tidak bisa menemukan sosok putrinya.

Inas juga sudah melaporkan kehilangan putrinya terhadap kepolisian, namun belum ada kabar sama sekali dari mereka. Rumah terasa hampa dan juga sunyi, ketika dia tidak dapat mendengar suara-suara yang memekikkan telinga yang berasal dari Liliya.

"Liliyaa!! Ibu sangat merindukan mu sayang, gimana keadaan kamu Nak". Wanita tersebut berteriak histeris dengan menyebutkan nama anaknya dan semakin memeluk foto putri nya dengan erat.

"Ibu ga mau kehilangan dirimu, ibu tidak mau merasakan kesepian lagi. Sudah cukup ayah mu saja yang pergi, tolong. tolong kembali lah. Tuhan, aku memang tidak mengetahui rencana mu, tapi aku mohon temukan putri ku. Tolong lindungi lah dimana pun dia berada". Inas menoleh ke arah foto yang terpajang di dinding dan terlihat mendiang suaminya yang telah tiada, Inas menggigit bibirnya dan menunduk kembali melihat foto putri yang sedang tersenyum manis disana.

Saat sedang meratapi kehilangan putrinya, pintu depan rumahnya di ketuk dan kemudian Inas langsung menghapus air matanya. Dia meletakkan foto tersebut dan mulai berdiri dari sofa, dengan itu dia membuka pintu dan sedikit mengkerutkan alisnya ketika melihat pria berjas hitam berdiri di sana.

"Iya, cari siapa ya?". Tanya wanita tersebut, pria berjas hitam itupun sedikit membungkuk dan memberikan beberapa foto Liliya yang terlihat ceria di. Inas menutup mulutnya karena terkejut dan dia kembali melihat ke arah pria tersebut meminta penjelasan.

"Itu adalah putri ibu, sekarang dia aman. Anda tidak perlu khawatir lagi dengan keadaannya, dia sangat bahagia disana.". Ujar pria tersebut, Inas menghela nafas lega dan kemudian menatap foto tersebut dengan lekat, syukur putrinya baik-baik saja.

"Dimana dia sekarang? Bisakah aku menemui nya?". Tanya wanita tersebut dan mendapatkan gelengan dari pria tersebut.

"Untuk saat ini jangan dulu, saya akan terus memberikan sebuah informasi tentang putri mu. jadi anda tidak perlu khawatir, setiap saat saya akan memberikan laporan terhadap anda". Inas merasakan sedikit kecewa ketika mendengar penjelasan tersebut, namun di satu sisi dia tenang, tenang karena putrinya merasakan kebahagiaan di luar sana, seenggaknya untuk kali ini putrinya aman dan baik-baik saja.

"Baiklah, saya mengerti. terimakasih, ini sangat berarti"

Setelah itu, pria tersebut mengundurkan diri dan kemudian berjalan masuk kembali ke dalam mobil yang terparkir di depan rumah tersebut. Erren (Sekretaris dari Matthias yang kebetulan sedang mengerjakan tugas nya di Inggris). Erren pun mengeluarkan ponselnya dan mulai menekan nomer bosnya di sana. Saat sambungan terhubung, Erren segera menjelaskan tentang tugasnya.

-On Call-

"Halo, saya sudah mengerjakan nya."

Terdengar helaan nafas di seberang sana.

"Baiklah, terimakasih. setidaknya dia bisa mendengar kabar putrinya."

Sambungan telepon pun terputus secara sepihak, Erren kembali meletakkan ponselnya dan mulai menjalankan mobil hitamnya untuk menjauh dari rumah tersebut.

Matthias Drevn [End]Where stories live. Discover now