Pertemuan 18

1K 28 0
                                    

New York, Amerika.

Suara derap langkah kaki pun mulai memenuhi ruangan yang sedikit bercahaya tersebut dan terdapat beberapa orang yang juga merupakan seorang kriminal. Matthias eh? atau kita sebut saja Raymond, di kawal di kedua sisinya dengan Erren dan juga Jack.

"Tuan Raymond!". Sapa salah satu dari mereka, dan mereka pun langsung menoleh kemudian mereka pun berdiri sambil membungkuk hormat. Mata kuning cerah nya bersinar di ruangan tersebut.

Pria bermata kuning tersebut hanya mengangguk dan mulai duduk di kursi khas untuk Raymond. Orang-orang di sana pun mulai duduk di tempat mereka masing-masing.

Raymond menyilangkan kedua kaki nya sambil menatap beberapa orang tersebut dengan datar. Pria bermata kuning itu mulai menoleh ke arah tangan kanannya yang berada di sebelah kiri. Erren yang mengerti mulai menaruh sebuah tas yang cukup besar di tengah-tengah meja tersebut.

Di dalam tas itu terdapat sebuah barang yang ilegal, seperti kokain, heroin, Marijuana, Metamfetamin, itu adalah barang yang di bawa oleh Raymond, beberapa orang yang ada di sana mulai tertarik melihat obat-obatan tersebut.

"Tuan Raymond, berapa harga yang harus saya bayar agar mendapatkan ini?". Tanya salah satu dari mereka dengan rambut yang berbentuk seperti serigala, dia tersenyum dengan bengkok dan tangan nya pun mencoba meraih salah satu dari narkoba tersebut, namun pergerakan tangan dia langsung di tepis oleh Raymond.

"Singkirkan tangan mu bung". Ujarnya dengan nada yang sinis,pria tadi pun hanya terkekeh pelan dan kemudian mulai mengeluarkan sebuah cek dan memberikan cek tersebut kepada Raymond.

Raymond tersenyum miring dan kemudian dia pun mengambil sebuah bolpoin lalu menuliskan total jumlah yang dia inginkan. Setelah itu, Raymond segera bangkit dari kursi nya dan berjalan menjauh dari sana di ikuti oleh Jack dan juga Erren.

Setelah mereka keluar dari ruangan tersebut, Raymond menoleh ke arah Erren. "Selagi aku masih disini, apakah ada jadwal lagi untuk ku?". Tanya Raymond dengan suara yang datar.

"Ada Tuan, ada beberapa kolega di perusahaan tuan yang berada disini ingin melakukan meeting nanti, di saat makan malam". Jawab Erren sambil membuka tab yang dia bawa, sedangkan Raymond hanya mengangguk saja.

Saat mereka bertiga telah memasuki mobil dan mulai berjalan menuju apartemen yang di tempati oleh Raymond, mobil hitam tersebut pun mulai melesat yang di kendarai oleh Jack.

Tak lama kemudian, ponsel Raymond pun mulai berbunyi dan menandakan jika ada seseorang yang menelponnya.

Saat mengangkat ponselnya dan menata nama yang ada di layar datar tersebut, Raymond mengerutkan keningnya kemudian dia pun mulai mengangkat panggilan tersebut.

Dan saat itu juga, wajah istrinya terpampang di layar tersebut dengan muka yang cukup sembab dan juga mata yang masih berderai air mata.

"Huaaa! Matthias!!" . Teriak Liliya di sana yang membuat Raymond terkekeh geli.

.
.
.
.
.

Milan, Italia

Beberapa saat yang lalu.

Seorang gadis cantik yang masih meringkuk nyaman di atas kasur tersebut dengan bergulung dengan selimut nya yang lembut. Walaupun matahari sudah sangat tinggi di luar sana, tidak membuat Liliya untuk membuka mata. Setelah pukul hampir menunjukkan makan siang, Liliya mulai terbangun dan membuka matanya.

Gadis lugu tersebut mulai duduk di atas kasur dan sedikit menyibakkan selimut yang menutupi tubuh nya. Mata bulat Liliya pun mulai mengedar keseluruhan ruangan dan tidak mendapati Matthias di sana, Liliya mengerjap beberapa kali dan dia berteriak memanggil nama Matthias. Namun hasilnya gagal, tidak ada yang menyahut.

Matthias Drevn [End]Where stories live. Discover now