Pertemuan 11

1.8K 52 0
                                    

Kantor Matthias

Matthias menatap serius ke arah dokumen keuangan yang diberikan oleh sekretaris nya ini. Matthias menghela nafas dan kemudian dia mengangkat kembali kepala nya, dia menatap Erren dengan tatapan tajamnya. "Saham yang di titipkan disini cukup banyak".

Matthias mengambil sebuah obat rangsangan, dia memberikan nya kepada Erren. "Berikan obat ini kepada Tuan Adrian, lalu siapkan satu jalang perawan. Satu syaratnya, Tuan Adrian harus mendatangi surat ini". Ujar Matthias sambil menyerahkan sebuah dokumen. Di dalam dokumen tersebut, terdapat sebuah catatan jika Adrian siap menyerahkan seluruh sahamnya kepada Matthias.

Erren menerima dengan baik, lalu setelah itu dia mengangguk kepada perintah yang di tugaskan kepada dirinya. Dengan itu Erren pun segera keluar dari ruangan Matthias dan mulai menjalankan tugasnya.

Matthias kembali duduk di kursi kebesaran nya, dia mengurut pangkal hidung nya. Matthias sering bermain kotor ataupun curang terhadap rekan bisnisnya, dan rekan-rekan yang telah di tipu oleh Matthias tidak bisa berbuat apapun, karena Matthias menunjukkan bukti tanda tangan dari mereka.

Matthias menghela nafas dan kemudian dia mengeluarkan ponsel nya, lalu mulai mencari aplikasi obrolan. Saat dia mencari nomer Liliya, dia tidak menemukan nya. Sejenak Matthias terdiam dan kemudian dia menggebrak meja kantornya cukup keras, Matthias lupa memberikan Liliya handphone baru.

"Fuck! jika begini aku tidak bisa mendengar suara Liliya". Matthias berpikir sejenak, matanya beralih ke arah tab yang di atas meja. Kemudian dia pun mengambil tab tersebut, lalu mulai membukanya. Dia melihat dari tabnya yang dimana gadis kecil nya sedang tertidur pulas di atas kasur. Matthias menoleh sedikit ke arah jam tangannya dan memang sekarang sudah siang hari, pantas saja Liliya tertidur.

Senyuman lembut pun mulai menyebar ke seluruh wajahnya, Matthias pun mulai menyandarkan punggung nya di sandaran kursi nya. "Sei molto bella quando dormi così."
("Kamu terlihat sangat cantik saat tidur seperti itu.").

Saat sedang asyik menatap Liliya tertidur, pintu ruangan nya pun di ketuk. Matthias sedikit menggeram dan kemudian dia meletakkan kembali tabnya, dengan suara yang tegas dia pun mengizinkan seseorang di luar sana untuk masuk. Saat pintu terbuka, Matthias sedikit mengerutkan keningnya ketika melihat Arria di sana.

Matthias mendengus dan kemudian dia kembali menegakkan tubuhnya dan sedikit merapihkan ujung kerahnya.

"Se dici qualcosa di non importante, allora vattene."
("Jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak penting, pergilah."). Tutur Matthias dengan suara dingin, Arria sedikit mencibir kesal. Kemudian tanpa permisi dia pun mulai duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Matthias.

Matthias mendengus dan mulai mengabaikan wanita tersebut, jari-jari tangan Matthias pun mulai sibuk dengan komputer nya, Arria yang di cuekkan seperti itu merasa geram dan kemudian dia berdiri.

"Matthias, bagaimana jika kita makan siang bersama?". Tawar Arria dengan senyuman di bibirnya.

"Saya sibuk"

"Ayolah Matthias, aku yang akan mentraktir kamu deh"

"Saya sibuk"

Senyuman Arria pun langsung memudar, dia kemudian mengitari meja kerja Matthias dan kemudian dia mulai duduk di pangkuan Matthias. Matthias yang melihat tindakan berani Arria merasa terkejut, dia berusaha untuk mendorong tubuh wanita tersebut.

"Fuck! kau sangat berat sialan!". Ujar Matthias, tapi Arria tetap enggan untuk beranjak dari pangkuan Matthias.

Tangan Wanita tersebut mulai melingkar di leher Matthias. "Ayolah, jangan berpura-pura tidak mau". Pinggul Arria pun mulai bergerak, dan bergesekan dengan sesuatu di sana.

Matthias Drevn [End]Where stories live. Discover now