Pertemuan 27

806 38 0
                                    

00.15

Pria bermata kuning cerah itu mulai melepaskan arjoli di pergelangan tangannya, dia baru saja kembali dari markasnya dan pria tersbeut menoleh lalu mengecup kening Liliya yang tertidur pulas di sana.

Setelah itu Matthias segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, mungkin saja aroma muntah dari Achhel tercium jika pria tersebut tidak mandi. Tak lama kemudian Matthias keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih basah dan handuknya yang melilit di pinggang nya. Beberapa tetes air terjatuh dari rambut pria tersbeut.

Saat Matthias mengangkat wajah dia bisa melihat istri cantiknya sudah membuka mata dan menyandarkan dirinya di sandaran kasur. "Baby?" Panggil Matthias, Liliya pun menoleh dengan mata yang memicing.

"Sudah kembali?". Tanya Liliya, Matthias pun mengangguk dan mulai berjalan mendekati istrinya ini lalu mulai duduk di tepi kasur, Liliya memang memiliki sifat posesif dan mudah curiga jika Matthias melakukan hal lain yang memang lama hingga pulang larut malam, tetapi Matthias tidak keberatan sama sekali akan hal itu jika istrinya ini posesif ataupun overprotective.

"Kemana saja kamu?". Lagi-lagi pertanyaan tersebut di lontarkan oleh Liliya.

"Anu... Tadi ada beberapa pertemuan jadi aku terpaksa harus bekerja lembur sayang". Jawab Matthias dengan berbohong, mata Liliya semakin memicing dan dia menatap dalam mata Matthias.

"Apakah kamu tidak percaya sayang?". Tanya Matthias yang langsung mendapati anggukan dari gadis tersebut. Matthias menghela nafas dan kemudian mulai mengambil ponselnya di atas laci samping tempat tidur.

"Kita akan menelpon Erren, dia juga ikut pergi bersamaku". Tutur Matthias, lalu pria itu mulai menekan nomer Erren di sana. Dia tidak akan pernah menghubungi Vero, pria itu tidak bisa dipercaya jika sedang di ajak kerja sama.

Telepon tersebut pun mulai terhubung setelah 10 detik dan kemudian suara Erren pun terdengar di seberang sana. Matthias kemudian mulai menjelaskan semuanya dan untung nya Erren menjawab dengan perkataan yang positif dan perkataan yang di lontarkan Matthias tadi memang benar.

Setelah itu, sambungan itu terputus dan sekarang Matthias mulai menoleh ke arah Liliya. "Puas sayang? Apakah kamu sekarang percaya?". Liliya mengangguk, pria bermata kuning tersebut mendaratkan satu kecupan di perut Liliya, lalu setelah itu pria itu mulai berjalan ke walk in closet dan mulai memakai pakaian yang santai.

Setelah selesai Matthias menghampiri kembali istrinya yang sedang memakai cardingan pinknya yang membuat Matthias merasa bingung.

"Loh, ingin kemana sayang? Ini sudah malam". Tanya Matthias dengan segera pria itu berjalan mendekati Liliya, sedangkan gadis polos tersebut mengerjap beberapa kali. Entah karena keinginan bayinya atau keinginan nya sendiri, Liliya ingin memasak sate yang waktu itu di buat oleh Ani.

"Aku ingin ke apartemen Ani! Ayo Matthias". Ajak Liliya dan mulai menarik tangan besar Matthias, namun pria itu hanya diam saja di tempatnya. Liliya yang melihat hal tersebut mengcerutkan bibirnya dengan lucu.

"Ayo-". Ucapan Liliya terpotong ketika mendapat selakan dari Matthias.

"Ini sudah malam sayang, besok saja ya?". Liliya menggeleng dengan kuat dan wajah Liliya pun mulai berubah menjadi raut yang kesal, Matthias yang melihat hal tersebut menghela nafas kasar dan kemudian mengacak-acak rambutnya.

"Huft... Sepertinya kamu tidak menyayangi ku lagi dan juga bayi ini". Ujar Liliya dengan dramatis, gadis tersebut mulai mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit dan berkata yang tidak-tidak terhadap calon bayinya itu.

"Baiklah, ayo kita pergi sekarang". Tutur Matthias, dia pun sedikit menarik tangan Liliya lalu mulai membawa istri nya menuju apartemen Ani temannya itu.

.
.
.
.
.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, akhirnya pasutri tersbeut telah sampai di apartemen teman Liliya. Gadis tersebut sangat hafal dimana kamar Ani berada, dan setelah mereka menaiki lift lalu menuju lantai 15 dan saat itulah Liliya menemukan nomer kamar Ani yang bernomor 67.

"Ini kamarnya!". Ujar Liliya dengan antusias, lalu Matthias hanya mengangguk dan kemudian mulai memencet bel pintu di sana. Tak lama seorang gadis cantik dengan pakaian nya yang acak-acakan tersebut membuka pintu apartemen nya.

Sontak Ani melebarkan matanya ketika melihat jika itu Liliya dengan senyuman polos seperti anak kecil yang meminta sebuah permen terpampang di wajah Liliya.

"Liliya, tumben sekali kamu datang larut malam seperti ini?". Tanya Ani dengan penasaran. Sedangkan gadis polos itu hanya diam dan menoleh ke arah Matthias agar bisa menjelaskan apa yang membuat nya kemari di tengah malam seperti ini.

"Istri ku ingin memakan sate buatan mi dan-". Perkataan Matthias terpotong ketika mendengar suara Liliya yang antusias.

"Iya Ani! Aku juga ingin melihat resep dari sate mu itu." Kata Liliya, Matthias yang melihat antusias istrinya membuat pria tersebut geleng-geleng kepala. Ani yang mendengar hal tersebut pun mengangguk dan kemudian mulai membawa Liliya beserta Matthias untuk masuk ke dalam apartemen nya.

Matthias yang duduk di sofa apartemen Ani dan juga Liliya yang memperhatikan Ani memasak bumbu untuk sate tersebut. "Kau tidak tau ini ya? Ini di sebut dengan sambal kacang". Ujar Ani yang bisa melihat wajah penasaran dari gadis tersebut ketika dia sedang meracik bumbu tersebut.

"Ohh, jadi itu bukan saus ya?". Liliya pun mengangguk-angguk mengerti, tidak gadis itu tidak menyentuh apapun di sana. Dia hanya melihat saja bagaimana Ani mulai membuatkan sate untuk dirinya.

Matthias mulai memencet remote televisi untuk mencari saluran yang menarik, namun dia tidak menemukan apapun. Sebuah asap pun mengepul di atas udara ketika Matthias menghembuskan asap rokoknya.

Tak lama pintu apartemen Ani mulai terbuka, sontak pria bermata kuning cerah itu menoleh kan kepalanya. Dia bisa melihat sosok pria bermata abu-abu di sana berdiri di depan pintu apartemen. Pria itu tidak melihat ke arah Matthias dan mulai berjalan melewati pria yang duduk di sofa tersebut.

"Ani, aku sudah membeli kondom dan untungnya masih ada supermarket yang masih terbuka-". Perkataan nya tercekat di tenggorokan nya ketika melihat sosok wanita hamil yang sedang mengerjap di sana di belakangnya pun terdapat Ani. Erren sontak menoleh ke belakang dan lagi-lagi tubuh nya menegang melihat jika tuannya sudah berdiri di belakang tubuhnya.

Matthias menyilangkan kedua tangannya dan mulai mengangkat satu alis. Erren meneguk lidahnya dengan kasar dan meletakkan sebuah kantong plastik di atas meja dapur.

"Tuan... A-apa yang di lakukan Tuan di sini?". Tanya Erren untuk mencairkan suasana, punggung belakang Erren sungguh merinding ketika di tatap dengan intens seperti itu.

"Yah you know, istriku berteman baik dengan Ani". Ujar Matthias yang menekankan nama Ani di sana, Erren menggaruk belakang tengkuknya dan merasakan situasi yang sangat canggung.

"Matthias, kondom itu apa?". Pertanyaan polos dari Liliya meluncur dari mulut gadis tersebut membuat Matthias menepuk jidat kembali.

•••

Duhh pak Erren, kurang rapih ah mainnya. Btw setelah crita ini tamat, aku bakalan buka bab baru lagi. Dan sudah ada beberapa prt di draft ku. Jadi di tunggu yaa bubub ku sayang 💕

Bintangnya jangan lupa di tekan euyyy 😁😁

Matthias Drevn [End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum