Pertemuan 10

2.5K 60 0
                                    

Sudah hampir dua bulan ini, Arria mengajarkan Liliya berbahasa Italia. Dan syukurlah Liliya mulai mengerti dengan bahasa Italia. Namun pada saat mengajarkan Liliya, Arria mengambil waktu mengajarnya lebih lama dan bahkan kadang menunggu sampai Matthias kembali.

Dan kadang-kadang pakaian Arria terlalu berlebihan, bahkan bisa di katakan sangat terbuka. Tetapi Liliya tidak menyadari hal tersebut, dan pada Minggu yang lalu Arria sempat menggoda Matthias secara terang-terangan di depan Liliya.

Gadis polos tersebut sempat beraksi, dengan sedikit kerutan di alisnya. Liliya cukup cemburu ketika melihat Arria sok perhatian kepada suaminya tersebut, Matthias tau, Matthias menyadari hal ini. Namun dia tidak ada niatan untuk menghentikan hal tersebut, dia menunggu waktu yang tepat untuk menyingkirkan wanita jalang ini.

Dan tepat nya malam ini, Arria ikut makan malam dengan Liliya dan juga Matthias. Tadi Matthias sempat mengusir Arria, namun istir mungilnya melarang nya dan menyuruh Arria untuk makan malam bersama. Liliya merasa tak enak hati jika harus mengusir Arria.

Liliya makan dengan diam, dia hanya menyendok beberapa suap saja, nafsu makannya sedang anjlok dan rasanya dia ingin memuntahkan makanan tersebut walaupun makanan tersebut sangat enak.

"Mmhh enak sekali, aku bisa memasak seperti ini loh Matthias". Ujar Arria, dia sedikit melirik ke arah gadis di depannya, karena Arria duduk berhadapan dengan Liliya dan dengan Matthias di kepala meja nya. Matthias hanya berdehem pelan, pria tersebut sibuk menatap ke arah Liliya yang sepertinya mukanya sedang murung.

Matthias menggeleng geli melihat raut wajah Liliya yang menurutnya sangat menggemaskan. Padahal Liliya sendiri yang mengajak Arria untuk makan bersama, tapi kenapa gadis itu yang marah?.

Matthias menggenggam tangan Liliya yang berada di atas meja dan sontak gadis tersebut pun menoleh.

"Ada apa sayang? apakah ada sesuatu yang merusak mood mu?". Tanya Matthias dengan sedikit kilatan nakal di matanya, dia mengetahui dia sangat paham. Liliya, gadisnya dan juga istrinya ini sedang ngambek atau kita sebut saja sedang pundung.

"Ehh, tidak ada kok. Tidak perlu khawatir, aku sedang tidak bernafsu untuk makan saja". Tutur Liliya, Arria yang melihat momen tersebut memutar matanya dengan malas. Wanita berambut gelombang tersebut menyendok kembali makanannya, berusaha menahan rasa kesal dalam dirinya.

"Liliya, berapa umur mu?". Tanya Arria tiba-tiba, Liliya kembali menatap ke arah Arria dan dia menggigit bibir dalamnya merasa bingung harus menjawab seperti apa.

"Umurku-"

"20 tahun, jika kau ingin bertanya tentang istri saya tanyakan saja kepada diriku". Selak Matthias dengan cepat, dia sedikit melirik ke arah Arria dengan tatapan mata elangnya yang tajam.

"Wah, Liliya kau sangat berbeda jauh dengan umur Matthias". Arria tersenyum kemenangan di dalam hatinya, dia harus bisa menekan Liliya agar gadis tersebut mikir jika dia tidak pantas bersanding dengan Matthias.

Liliya mengerjap beberapa kali dan ia merasa bingung, memang nya ada apa jika umurnya dan Matthias berbeda?. "Apakah itu masalah? setau ku, tidak masalah sama sekali. Selagi kita bisa saling melengkapi dan mengerti dan juga memiliki ikatan cinta yang kuat".

Arria langsung tersentak akan ucapan Liliya, Matthias mati-matian agar tidak menertawakan Arria ketika melihat raut terkejut dari wanita tersebut.

"Ya, uhm...". Kata-kata Arria tertahan di tenggorokan nya, dia merasa sangat malu sekali. Perasaan tersebut semakin membuat Arria membenci Liliya.

Saat Arria ingin berbicara kembali, Matthias langsung berdiri dari kursinya dan kemudian dia dengan kasar menarik tangan Arria. Matthias pun menyeret Arria dengan kasar menuju keluar dari mansion nya. Beberapa bodyguard yang sedang duduk santai di salah satu gazebo di sana langsung berdiri ketika melihat tuannya keluar rumah.

Matthias Drevn [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang