Pertemuan 16

1.2K 34 0
                                    

Saat ini Liliya sedang duduk di sebuah halte yang di dekat kampusnya dengan menyeruput susu kotaknya. Kaki Liliya pun berayun di atas kursi halte tersebut, mata bulatnya pun menatap ke arah jalan yang banyak kendaraan berlalu lalang.

Ketika sedang asyik menatap sekitar, dia mendapatkan Ani yang sedang berjalan sendirian menuju halte ini. Dengan begitu Liliya pun langsung meneriaki Ani dan menyuruh untuk duduk bersama.

"Ani!! kemarilah!". Gadis yang di panggil namanya pun menoleh dan kemudian dia pun mulai melangkah ke arah Liliya. Setelah sampai, Ani pun mulai duduk di samping gadis berkuncir kuda tersebut.

"Apakah kamu menunggu jemputan Liliya?". Tanya Ani dan Liliya pun mengangguk mengiyakan, mulut gadis tersebut pun terus menyedot susu nya dengan lahap.

Keheningan pun terjadi dengan Ani yang sibuk dengan ponselnya dan Liliya dengan susunya yang tak kunjung habis. Tak lama kemudian, sebuah mobil hitam pun berhenti di depan dua gadis tersebut, kaca mobil tersebut pun mulai terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan mata abu-abunya.

"Nyonya, maaf jika saya terlambat. Ayo naiklah". Ujar Erren, matanya pun beralih ke arah seorang gadis di samping Nyonya nya itu, dengan segera Erren pun mulai turun dari mobil sambil menodongkan sebuah pistol yang berada di saku celananya.

"Siapa kamu? jelaskan dan berikan saya indentitas kamu, jika tidak ingin mati disini". Ujarnya dengan nada yang bringas dan Liliya maupun Ani pun melebarkan mata mereka karena terkejut.

"Tidak, dia bukan penjahat. Dia teman ku". Ujar Liliya sambil berusaha untuk menutupi tubuh Ani dengan tubuh nya dan gadis itu merentangkan kedua tangannya. Erren mengangkat satu alisnya dan kemudian dia pun mulai menurunkan pistolnya kembali.

"Baiklah Nyonya, saya minta maaf".

Liliya pun hanya mengangguk dan kemudian dia pun berbalik ke arah Ani yang masih memegang dadanya karena jantung nya di dalam sana berdetak kencang.

"Ani, sudah jangan takut. Emm... bagaimana jika kita pulang bersama saja?". Ujar Liliya yang menyadarkan Ani, lalu gadis tersebut pun tersenyum lalu menggeleng.

"Tidak perlu, aku akan naik bus saja".

"Ehh sudah tidak apa-apa". Tanpa menunggu jawaban dari Ani, Liliya pun segera menarik tangan Ani dan Erren pun membukakan pintu mobil di belakang nya lalu membiarkan kedua gadis tersebut pun masuk.

Setelah itu, mobil tersebut pun mulai melesat menjauh dari kampus tersebut. Mata Erren pun sedikit melirik ke arah kaca spion dan sedikit memperhatikan gadis di samping Liliya.

"Dimana rumah mu?". Tanya Erren dengan tiba-tiba, suaranya yang berat dan juga dingin membuat jantung Ani berdetak kencang.

Ani pun segera memberitahu alamat apartemen nya berada. Erren mendengar kan dengan baik lalu tak lama pria bermata abu-abu tersebut mengangguk.

Setelah sampai di tujuan, Ani pun berpamitan dan mengucapkan terimakasih. Gadis tersebut pun mulai berjalan masuk ke dalam apartemen nya.

Saat Ani sudah benar-benar masuk, mobil mereka pun mulai melaju kembali untuk kembali ke mansion besar Tuannya.

"Emm, apakah Matthias sedang sibuk? kenapa dia tidak menjemput ku?". Tanya Liliya kepada Erren, pria bermata abu-abu tersebut melirik sekilas dan kemudian dia pun menjawab.

"Tuan Matthias ada beberapa meeting yang harus di hadiri, dan meeting tersebut tidak bisa di wakilkan oleh diriku. Tapi jangan khawatir Nyonya, dia sudah akan ada di rumah sebelum Nyonya sampai".

Liliya pun hanya ber'oh ria saja dan kemudian gadis tersebut pun mulai sibuk dengan ponselnya sambil memainkan game kucing.

.
.
.
.
.

Mansion Matthias, ruang tamu

"Jadi kamu belum menyentuh Liliya sama sekali? oh bung! kenapa?". Tanya sosok pria tersebut yang sedang duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya dan ada sebuah rokok yang berada di sela-sela jarinya. Matthias mendengus dan dia memalingkan wajahnya ke arah lain sambil menyandarkan punggung nya di sandaran sofa.

"Aku mencintai nya bukan karena nafsu". Ujar Matthias sambil menghembuskan nafas nya dengan kasar.

Pria berambut blonde tersebut yang mendengar pengakuan dari Matthias membuat pria tersebut tertawa, Matthias kembali menoleh ke arah temannya yang tertawa tersebut.

Vero pun menghisap rokoknya dan kemudian dia membuang abunya di sebuah asbak di atas meja tersebut. "Apa kau bilang tadi? Cinta? apakah itu benar? bukankah lebih tepatnya kamu terobsesi dengan gadis itu?". Ujar Vero yang membuat Matthias mengatupkan rahangnya.

Matthias pun mulai berdiri dari sofa sambil melemparkan satu tinjuan yang kuat di wajah Vero, yang membuat pria tersebut terhuyung sedikit. Vero sedikit meringis dan dia menatap Matthias dengan geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin, kamu sampai nekad menculiknya dan memanipulasi Liliya. Dan satu hal lagi, membuat Liliya hilang ingatan-". Ucapan Vero terpotong ketika pintu utama mansion terbuka, Matthias bisa mendengar suara Liliya yang berteriak memanggil namanya.

Matthias menoleh dan kemudian dia pun merentangkan kedua tangannya menyambut Liliya, gadis polos tersebut mulai melompat ke dalam pelukan hangat Matthias.

Matthias dengan sigap menahan tubuh mungil Liliya di gendongannya. Dengan begitu, Matthias pun membawa Liliya menuju kamar meninggalkan Vero yang terkekeh geli di sana.

"Dasar bodoh, Raymond". Gumam Vero, laki-laki berambut blonde tersebut pun mulai melangkah keluar dari mansion tersebut.

Sedangkan di sisi lain, di apartemen Ani, gadis tersebut sedang mengacak-acak tasnya. Kaca nya dimana? apakah dia meninggalkan nya di kampus?.

Ani mengusap rambut panjang nya dengan frustasi, namun tak lama bel pintu apartemen nya pun berbunyi. Dengan segera, Ani pun mulai membuka pintu apartemen nya dan dia melihat jika pria yang sama yang mengantarkan Liliya dan juga dirinya, Ani mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Eh iya, ada apa ya?". Tanya Ani, dengan itu Erren pun mengulurkan tangannya dan memperlihatkan sebuah kaca kecil di sana dengan berbentuk love, Ani melebarkan matanya dan kemudian mulai mengambil kaca tersebut dari tangan Erren.

"Wah! terimakasih ya, syukur kaca ini ketemu." Ujar Ani dengan wajah nya yang berbinar cerah, entah kenapa ketika melihat wajah Ani yang berbinar seperti itu membuat jantung Erren berdetak kencang.

Erren pun berdehem pelan, lalu kemudian dia pun mulai berjalan dari sana. Ani yang merasa tak enak hati pun dengan ragu memegang ujung kemeja Erren.

"Eh bagaimana jika kamu mampir sebentar saja? aku akan menyiapkan teh hangat dan juga sebuah makanan ringan untuk berbincang sebentar". Ujar Ani dengan senyuman di wajahnya.

"please, tolak. gua lagi ga mau ada tamu!". Batin Ani, gadis tersebut pun masih memamerkan senyuman nya di wajahnya.

Tak di sangka-sangka, pria bermata abu-abu tersebut mengangguk dan mulai berjalan melewati Ani lalu mulai masuk ke dalam apartemen Ani. Gadis tersebut pun melunturkan senyuman nya ketika pria itu menerima ajakannya untuk mampir.

"Tau gini, ga usah gua ajakin mampir". Batin Ani menggerutu kesal dan kemudian gadis tersebut pun mulai melangkah masuk mengikuti langkah Erren dan menutup pintu di belakang nya.

------

avv! kita ketemu lagi, btw jangan lupa vote and komen yaa

segini aja lah, ayo vote yang banyak biar aku cepet up nya!

Matthias Drevn [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن