epilog

100 5 1
                                    

"Jangan berharap pada manusia"
-Sandyakala-

*****

Kala duduk di bangku pojok cafe dengan perasaan tak menentu. Menatap seorang pria yang duduk tak jauh dari tempat dia sekarang. Rasanya banyak sekali yang ingin dia katakan pada pria tersebut. Tentang kenapa dia memilih untuk meninggalkan keluarganya. Meninggalkan segala kesedihan dan mengabaikan semua janji yang dulu pernah terucap dari mulutnya.

Janji seorang ayah yang katanya akan selalu ada untuk kedua putrinya.

Janji seorang ayah yang siap menjadi garda terdepan disaat orang lain berani menyakitinya.

Kala selalu ingin mempertanyakan kemana janji itu pergi. Kemana papa nya yang dulu selalu siap mendengarkan setiap keluh kesah darinya. Tapi Kala sadar, sekarang semuanya telah berubah. Seorang pria yang dia sebut papa, bukan lagi berperan sebagai papa untuknya. Dia telah pergi. Meninggalkan keluarganya dengan luka yang dia berikan sebagai kenangan.

Sadar karena terlalu lama berdiam diri, Keynna segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan untuk menghampiri seseorang yang masih dia panggil dengan panggilan papa.

*****

"Terima kasih sudah mau menemui papa, nak."

"Jangan terlalu bertele-tele. Cepat katakan apa yang anda katakan. Saya masih ada banyak urusan," ucap Kala yang tidak ingin berlama-lama di sini.

Wira hanya bisa tersenyum sedih mendengar respon putrinya. Dia perlahan meletakkan sebuah kertas yang sedari tadi dia pegang ke atas meja.

"Papa hanya ingin memberikan ini. Maaf, jika mungkin benda ini akan menyakiti kamu."

Kala menatap selembar kertas di depannya. Dengan sedikit ragu, dia mengambil kertas itu dan membacanya. Seketika hatinya terasa dihantam begitu keras. Menatap nama papanya yang ditulis dalam kertas tersebut. Juga dengan nama wanita lain.

Kala sebisa mungkin menyembunyikan ekspresinya. Dia kembali meletakkan kertas tersebut di atas meja.

"Terima kasih karena sudah mengundang kami pada acara pernikahan anda."

Kala menatap papanya tanpa ekspresi, "Jika dengan kertas ini, anda mengira telah berhasil membuat saya kembali manjadi seorang anak yang lemah, maka anda salah besar. Saya tidak peduli mau seperti apa anda melanjutkan kehidupan kedepannya. Anda sudah tidak sepenting itu dalam hidup saya. Jadi, jangan berharap untuk bisa membuat saya terlihat lemah hanya dengan selembar kertas tak berguna ini," ucapnya.

Wira menggelengkan kepalanya, "Tidak, nak. Papa tidak bermaksud seperti yang kamu pikirkan."

Kala berdiri dari duduknya.

"Saya akan sampaikan pada mama dan kakak saya. Barangkali, mereka bisa meluangkan waktu untuk menyaksikan kebahagiaan kalian."

Sebelum membalikkan badan dan melangkah pergi, Kala diam sejenak. Sampai adal kalimat keluar dari mulutnya yang mampu membuat Wira terdiam.

"Ah, satu lagi. Jangan pernah menyebutkan anda sebagai papa saya dan menyebutkan saya sebagai putri anda. Karena sejak satu tahun yang lalu, anda hanya orang asing yang sempat singgah dalam cerita saya."

Selesai mengucapkan itu, Kala berlalu pergi. Meninggalkan Wira yang masih terdiam di tempatnya.

Saat memasuki mobil, Kala menjatuhkan kepalanya di setir kemudi. Lagi dan lagi, Kala harus menangis dalam diam. Mau sekuat apapun dia berusaha terlihat tegar di luar sana, tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya masih sangat lemah.

Kala, masih merindukan keutuhan keluarganya.

Kala, masih merindukan pelukan papanya.

Kala, masih merindukan ciuman pada keningnya sebelum dia tidur.

Kala, masih merindukan peran papanya.

Kala, masih terluka.

Sebelum dia memberikan diri untuk datang ke sini, Kala berharap bahwa ada keajaiban yang mampu menyatukan mereka lagi. Keajaiban yang bisa membawa Kala pada masa kecilnya yang masih bahagia.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa Kala sangat mencintai papanya. Tapi ternyata, semua harapan nya tidak bisa terjadi. Kala terlalu bermimpi untuk mengembalikan keadaan yang sudah terjadi. Papanya akan memulai kehidupan baru bersama wanita lain. Papanya akan mempunyai keluarga baru, yang dirinya tidak lagi ada di dalamnya.

*****

Terima kasih sudah membaca ceritaku :)

Sampai bertemu di ceritaku selanjutnya...

Sandyakala || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang