13. Kecewa

67 5 0
                                    

Happy reading

*****

Kala membuka gerbang dengan keadaan yang lelah. Sempat mengernyit bingung saat melihat ada dua mobil yang terparkir di halaman rumah. Dia melihat ada mobil papa nya yang terparkir di sana. Tapi, Kala merasa asing dengan mobil yang terparkir di samping mobil papanya.

Tanpa memikirkan banyak hal, Kala melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Dengan langkah yang pelan, Kala menaiki tangga menuju kamarnya.

Saat tangannya hendak membuka pintu kamar, Kala mendengar suara orang asing dari kamar orang tua nya. Dengan perasaan tak menentu, Kala beralih menatap pintu kamar orang tuanya yang letaknya tepat di seberang kamar miliknya.

Sambil memantapkan hati, Kala mulai mendekatkan diri ke arah pintu kamar orang tuanya. Berharap bahwa pendengarnya salah. Namun, saat tubuhnya tepat di depan pintu, suara itu semakin jelas. Jantungnya berdetak lebih kencang. Tangganya yang mengepal kuat, dia angkat untuk mengetuk pintu di depannya.

tok tok tok

Ketukan pertama diabaikan. Perasaan Kala semakin tak menentu. Suara suara asing yang masuk ke dalam pendengarnya, membuat Kala mengepalkan tangannya lebih kuat.

tok tok tok

Ketukan kedua berhasil membuat suara dari dalam menjadi hening. Samar-samar Kala mendengar sedikit keributan di dalam sana. Hingga selang beberapa menit, seorang pria keluar dari dalam. Kala menatap papanya yang nampak sangat berantakan.

"Kala. Kamu sudah pulang, nak?" tanya Wira, papanya dengan napas tersenggal.

Kala diam di tempatnya. Matanya mulai menelusuri ke dalam kamar. Wira yang menyadarinya, segera menutup pintu dengan cepat. Membuat Kala menatap papanya bertanya.

"Papa habis ngapain?"

Wira nampak berdiri gugup dihadapan nya, "Enggak, papa nggak ngapa-ngapain. Ah itu tadi papa habis ngurusin pekerjaan kantor, iya pekerjaan kantor. Kenapa, Kala?"

"Kala lihat ada mobil asing di luar. Itu punya siapa?"

"Oh, itu punya teman papa. Ada kerjaan yang perlu dikerjakan."

"Dimana sekarang?"

"Hmm?"

"Teman papa. Dimana beliau? Kala nggak lihat ada orang di ruang tamu," ucap Kala yang membuat papanya terdiam.

"Kenapa papa berantakan kayak gini? Kala juga tadi denger ada suara perempuan di dalam. Teman papa perempuan? Ngapain ada di dalam kamar?" serbu Kala dengan banyak pertanyaan.

"Suara perempuan siapa? Ngawur kamu. Orang nggak ada siapapun di dalam kamar selain papa," ucap Wira membuat Kala mengernyit bingung.

"Soal temen papa, tadi orangnya baru aja pergi. Beliau nitipin mobilnya di sini," jelasnya yang tak masuk akal menurut Kala.

"Udah ya, papa masih ada banyak kerjaan."

Tanpa menunggu respon Kala, Wira kembali masuk ke dalam kamar. Membuka sedikit pintu namun mampu membuat Kala melihat suatu yang mengejutkan di dalam sana. Tanpa keraguan, Kala mendorong kuat pintu kamar dan membuat papanya terhuyung ke belakang.

"KALA APA APAAN KAMU?!" teriak papanya.

brak

Untuk sesaat, waktu seolah berhenti berjalan. Kala membeku di tempatnya. Menatap seorang wanita asing yang terbaring di kasur dengan pakaian yang mampu memperlihatkan tubuhnya.

"Dia siapa, pa?" tanya Kala menatap papanya dengan perasaan tak menentu.

Wanita asing tersebut terkejut dengan kehadiran Kala. Dia segera menutup tubuhnya dengan selimut. Sedangkan papanya juga tak kalah terkejutnya. Dia melangkah lebih dekat ke arah putrinya.

"Kala, papa bisa jelasin,"

"Siapa dia, pa?"

"Kala, papa-"

"SIAPA WANITA ITU, PA?" teriak Kala dengan suara bergetar.

"Pa?" panggil Kala saat melihat papanya hanya diam. Dengan tubuh yang gemetar, Kala memundurkan tubuhnya pelan. Sedangkan papanya mengusap wajahnya kasar. Dia mendekat ke arah putrinya. Namun, saat Kala menyadari pergerakan papanya dia segera menghampiri wanita tersebut dan menarik tangannya keluar.

"KALA BERHENTI KAMU!" teriak Wira saat melihat Kala menyeret wanita tersebut dengan kasar.

"KELUAR LO, BANGSAT!"

Dengan tangan yang mencekal kuat, Kala berjalan cepat menuruni tangga.

"KALA JANGAN KURANG AJAR KAMU!"

"ARGHHHH" teriak wanita tersebut saat tubuhnya berhasil dihempaskan ke lantai.

Sedangan Wira berlari menghampiri mereka. Dia memutar tubuh Kala, dan langsung melayangkan tamparan keras pada pipinya.

plak

Kala terdiam di tempatnya. Dia menatap papanya kecewa.

"Jaga sopan santun kamu, Sandyakala!" hardik papanya dengan marah.

"Sopan santun? Papa nyuruh Kala jaga sopan santun?" ucap Kala tak habis pikir.

"PAPA UDAH BAWA WANITA ASING KE DALAM RUMAH, PA! PAPA BAWA DIA KE KAMAR DENGAN PAKAIAN KOTOR KAYAK GINI, ITU YANG DISEBUT SOPAN SANTUN?!" bentaknya

plak

"JAGA UCAPAN KAMU, KALA!!"

Kala memegang pipinya yang terasa panas. Dia menatap papanya tajam.

"Papa pukul Kala, cuman untuk belain wanita itu?"

Wira menatap Kala emosi. Tanpa memperdulikan putrinya lagi, Wira melangkah menghampiri wanitanya. Membawanya masuk ke dalam mobil, dan melesat pergi. Meninggalkan Kala yang mulai meluruhkan tubuhnya. Berteriak keras, dengan air mata yang terus mengalir.

"ARGHHHH"

Bi Asih yang sedari tadi berdiri menyaksikan di bawah tangga, berlari menghampiri Kala. Memeluk erat anak majikannya ke dalam pelukan. Merasakan tubuh Kala yang bergetar kuat, membuat Bi Asih turut merasakan kesedihannya.

*****

Sampai bertemu besok :)

Sandyakala || EndWhere stories live. Discover now