18. Mengakuinya

48 4 0
                                    

Happy reading

*****

Shaka berdiam diri dalam kamar. Entah kenapa perasaan nya mulai gelisah. Dia mulai memikirkan ucapan Dania tempo lalu.

"Lo itu egois, Shaka. Lo lebih mementingkan Kala daripada Velly yang lo tau keadaan dia kayak gimana."

"Kala itu pacar gue, Dania"

"Terus Velly orang asing gitu? Kala baik-baik aja, Ka. Dia punya segalanya. Dia punya sahabat, keluarga, harta, semua hidup dia terpenuhi. Sedangkan Velly? Dia sendirian, Ka. Selain ibunya dan lo, dia nggak punya siapa-siapa lagi."

Kala punya segalanya. Itu yang Shaka tau selama mereka menjalin hubungan. Kala mempunyai keluarga yang sempurna. Mamanya adalah seorang penulis novel terkenal. Papanya merupakan pengusaha sukses yang sudah menanam banyak saham di perusahaan perusahaan tinggi. Kala juga mempunyai saudara, Aqilla.

Selain dirinya, Kala mempunyai sahabat. Arlan dan Anara juga selalu ada di saat Kala membutuhkan. Kala mempunyai banyak prestasi. Kehadirannya sebagai murid Britania selalu dibanggakan oleh bapak ibu guru. Kala bisa mencapai peringkat pertama dengan kemampuannya. Tempat yang selalu menjadi impian seorang Velly.

Shaka mengakuinya. Hidup Kala lebih sempurna dibandingkan dengan Velly. Tubuh Kala sehat, sedangkan Velly sakit.

Jaga Velly. Perlu lo inget, Shaka. Sebelum ada Kala, Velly yang lebih dulu nemenin lo dari kecil.

Shaka ingat betul dengan itu. Sebelum dia mengenal Kala, Velly yang lebih dulu bersamanya. Velly yang selalu ada untuknya disaat dia sedang kesepian. Velly mempunyai peran penting dalam hidup Shaka.

Dan sekali lagi, Shaka mengakuinya.

Shaka mengakui, bahwa Kala mempunyai segalanya.

*****

Pukul tujuh malam, Kala tiba di rumahnya. Memandang halaman rumah dan mendapati ada dua mobil terparkir di sana. Mama dan Papa nya sedang ada di rumah.

Kala mengatur diri sebaik mungkin. Dia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Kehadirannya langsung di sambut oleh Bi Asih yang sepertinya sudah menunggu.

"Neng Kala, kenapa baru pulang?" tanya Bi Asih khawatir.

"Kala habis dari rumahnya Shaka, bi. Maaf karena Kala lupa nggak ijin sama Bi Asih," ucap Kala.

Bi Asih memang hanya pelayan di rumah ini, tapi beliau sangat dihormati oleh mereka. Seperti contohnya, Kala maupun Aqilla harus ijin kepada beliau jika pulang terlambat.

Pandangan Kala menelusuri ke dalam rumah, "Mama sama papa di rumah?" tanyanya.

Bi Asih mengangguk, "Iya neng. Tuan sama nyonya sampai di rumah sejak sore tadi."

Kala menganggukkan kepalanya. Dia ingin berlalu pergi, namun melihat gelagat bi Asih yang nampak aneh, membuat Kala mengurungkan niatnya.

"Bi Asih kenapa? Ada yang mau diomongin?" pancingnya.

Bi Asih nampak ragu untuk mengatakannya. Seperti takut tentang respon Kala setelahnya.

"Itu neng, tuan sama nyonya..." ucapnya gugup.

Kala yang mendengar bahwa orang tuanya di sebut, terus memancing bi Asih agar mau mengatakannya.

"Papa sama mama kenapa, bi?"

"Tuan sama nyonya tadi berantem, neng," ucap Bi Asih akhirnya.

Kala terdiam di tempatnya. Masih menunggu apakah masih ada hal lain yang bi Asih ingin katakan.

"Nyonya pulang lebih awal dari Tuan. Beliau datang ke rumah nggak kayak biasanya. Wajahnya seperti kelihatan marah. Waktu bibi mau nganterin minum ke kamar, bibi denger nyonya teriak teriak. Bibi sebenarnya mau masuk dan memastikan apa yang terjadi, tapi bibi takut. Terus nggak lama kemudian, Tuan pulang. Bibi pikir, nyonya teriak di dalam kamar karena ada masalah sama pekerjaan. Tapi waktu Tuan ikut masuk kamar, nyonya malah makin histeris," jelas Bi Asih.

Kala menyimaknya dengan serius. Perasaannya mulai tidak karuan. Dia takut. Takut jika mama mengetahui semuanya.

"Makasih buat informasinya ya, bi. Maaf, kalau mama sama papa jadi bikin bibi takut."

Setelah itu, Kala berjalan menaiki tangga. Masuk ke dalam kamar, dan meluruhkan tubuhnya. Memeluk kedua lutut, dan menenggelamkan kepalanya ke dalam sana. Sandyakala menangis.

"Kenapa kamu nggak cerita sama aku, Kala?"

Kala mendongak. Terkejut melihat Aqilla yang duduk di pinggiran kasurnya. Karena perasaannya yang kalut, membuat Kala tidak menyadari bahwa Aqilla sudah menunggunya di sana.

"Kenapa kamu nutupin semuanya dari aku? Kalau hari ini aku nggak pulang lebih awal, mungkin aku nggak akan tau tentang apa yang terjadi kemarin."

*****

Sampai bertemu besok :)

Sandyakala || EndWhere stories live. Discover now