14. Hati yang mendung

57 4 0
                                    

Happy reading

*****

"Dia begitu lugu. Sampai tidak menyadari, bahwa banyak orang yang menganggapnya sebagai benalu"

*****

Hari ini, suasana pagi terlihat berbeda dari biasanya. Sang Surya yang harunya menyinarkan cahaya, kini tertutup oleh awan hitam. Menurut prediksi, hujan akan datang satu jam lagi. Namun, saat Kala sampai di parkiran sekolah, gerimis sudah mulai turun. Para murid berbondong-bondong berlari menuju gedung kelasnya masing-masing.

Saat tiba di lorong menuju kelas, Kala menghentikan langkahnya. Melihat Shaka berlalu tanpa menyadari kehadirannya. Entah memang dia tidak melihat atau karena seseorang yang sedang Shaka rangkul di sampingnya.

Dasar nggak tau diri. Lo itu perusak, Kala

Secara tiba-tiba, Kala mulai mengingat ucapan Dania kemarin.

Lo itu benalu diantara hubungan Shaka dan Velly. Kehadiran lo hanya menciptakan jarak diantara mereka. Kehadiran lo itu merusak segalanya. Lo perusak, Sandyakala!

Kala menatap Shaka dan Velly yang mulai jauh dari jangkauan. Membayangkan betapa hangatnya Velly berada dalam dekapan Shaka saat dia benar-benar membutuhkannya.

Lo tau Kala? Kehadiran lo, nggak pernah diharapkan oleh siapapun. Semua orang benci sama lo, Kala. Nggak ada satu orang pun yang peduli sama lo. Jadi buat apa lo hidup, kalau kehadiran lo hanya bisa ngasih kesialan buat orang-orang yang ada di sekitar lo?

Bayangan tentang papanya dan wanita asing di dalam kamar, kembali menghantui nya. Tamparan yang baru pertama kali dia rasakan, seolah masih terasa panasnya. Ingatan tentang papanya yang pergi bersama wanita asing dan meninggalkan dia sendirian.

Seolah semesta tau bahwa ada manusia yang sedang terluka, Tuhan mendatangkan hujan yang begitu deras. Awan gelap kini menyelimuti seluruh kota. Kala tetap berdiri di tempatnya. Membiarkan tubuhnya tertabrak oleh banyaknya murid yang berlarian.

"Kemana temen lo?"

Kala membalikkan tubuhnya. Menatap seseorang yang sekarang berdiri tepat dihadapannya. Seseorang yang semua tau bahwa dia dan Kala adalah dua orang yang saling membenci.

"Hujan kayak gini, lo berdiri nggak jelas dan biarin tubuh lo basah karena di tabrak sama mereka yang kehujanan?"

"Bukan urusan lo," sahut Kala dan berlalu pergi.

"Kasian gue sama lo, Kal" ucap orang itu yang berhasil membuat Kala menghentikan langkahnya.

"Lo punya pacar, tapi dia malah lebih sering ngabisin waktu sama sahabat ceweknya. Lo punya temen, tapi mereka malah asik pacaran," lanjutnya sambil mendekat ke arah Kala.

"Dan... Lo punya saudara, tapi lo nggak bisa dapat pembelaan dari dia."

Kala menatap Fena terkejut. Saudara?

Sedangkan Fena yang menyadari perubahan wajah Kala tersenyum miring, "Kenapa? Kaget ya, karena gue tau kalau lo punya saudara di sini?"

"Aqilla Sandriana. Dia kakak lo kan? Temen gue." ucapnya sambil menekan kata terakhirnya.

"Gue nggak ada urusannya sama lo, Fena." ucap Kala yang membuat Fena tertawa.

"Lo nggak ada urusan sama gue? Basi." cibir Fena

Kala menatap Fena bingung, "Emang nggak ada kan?Sebenarnya juga apa sih yang lo mau dari gue?" tanyanya heran.

Ekspresi Fena berubah tajam. Dia menatap Kala penuh kebencian.

"Mati!" ucapnya berhasil membuat tubuh Kala membeku. Terkejut dengan apa yang dia dengar.

"Lo tanya apa yang sebenarnya gue mau dari lo?" Fena mengepalkan tangannya, "Bahkan saat gue tau ada manusia bernama Sandyakala lahir di dunia, gue selalu berharap kalau dia nggak pernah bisa ngerasain bahagia. Gue berharap, lo akan selalu menderita setiap lo bernafas di dunia ini!" lanjutnya.

"Hidup lo itu cuman masalah bagi orang lain, Kala!"

*****

Sampai bertemu besok :)

Sandyakala || EndWhere stories live. Discover now