36. Milikmu [End]

94 6 0
                                    

Happy reading

****

Malam hari pukul setengah satu malam, hujan deras tiba-tiba mengguyur kota. Semua orang yang berkumpul di halaman sekolah setelah merasakan tahun baru, segera berlarian untuk meneduhkan diri.

Di tengah hebohnya orang-orang yang berlarian, Kala diam berdiri di tengah halaman. Mendongakkan kepala dan membiarkan air hujan menyerang kepalanya. Selain mencintai langit, Kala juga mencintai hujan.

Sampai akhirnya, sebuah tangan menggenggam telapak tangannya. Membawanya berlari keliling halaman dengan seluruh tubuhnya yang sudah basah. Kala menoleh menatap laki-laki yang berlari di sampingnya. Senyuman manis terbit di wajahnya saat menyadari bahwa laki-laki yang bersamanya saat ini adalah laki-laki dengan nama yang dia cintai, Langit Batara.

Beberapa murid menatap mereka dari tempatnya berteduh. Ada yang menampilkan senyuman sebagai bentuk bahwa mereka menyukai momen tersebut. Ada juga yang menatap mereka dengan pandangan yang tidak suka.

Mau berapapun lamannya, mereka masih banyak yang membenci Kala. Apalagi saat mereka dihebohkan kembali dengan kedekatan Kala dan Langit.

*****

"Kedepannya, jangan suka bolos lagi, Kak. Kamu udah di semester akhir sekarang."

Langit mengangguk patuh. Dia mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan helaian rambut Kala yang basah agar tidak menutupi wajahnya.

"Kamu setelah lulus mau lanjut kemana? Masih pengen kuliah di luar negeri?" tanya Kala sambil menyeduh susu panas yang tadi dibelikan oleh Langit.

"Enggak. Aku mau kuliah di sini aja. Aku nggak mau ninggalin kamu dan biarin cowok lain ambil start duluan," jawab Langit yang sempat sempatnya menggoda Kala.

"Dih dih dih. Gajelas banget alasannya."

"Loh, kok gajelas sih? Justru ini alasannya jelas banget. Enak aja mereka ambil start duluan padahal kan aku yang lebih dulu datang."

"Emang kalaupun ada, aku bakal mau? Belum tentu juga."

"Ya mungkin aja? Bisa jadi ada yang lebih ganteng dari aku, ada yang lebih effort dari aku, ada yang lebih tulus dari aku, ada yang lebih banyak kasih waktu buat kamu, ada yang-"

"Bisa nggak jangan ngomong gitu? Kamu nggak percaya sama diri kamu sendiri?" potong Kala cepat.

"Bukan gitu. Aku cuman takut kamu pergi ninggalin aku. Padahal kan kamu belum jadi milik aku."

Memang benar selama beberapa bulan ini, mereka seperti pasangan yang menjalani hubungan tanpa adanya status. Dulu, Kala pernah meminta Langit untuk pergi. Tapi, mau sekeras apapun usaha Kala meminta Langit pergi, dia tidak akan pernah meninggalkan Kala.

"Yaudah, sekarang aja aku jadi milik kamu," ucap Kala enteng.

"Mana bisa git- HAH??" Langit terkejut setelah menyadarinya. Dia menatap Kala dengan pandangan yang meminta penjelasan.

"Kamu ngomong apa tadi?"

Kala menahan tawanya, "Nggak ada pengulangan kata," godanya.

"Aishh mana bisa gitu. Ayolah, Kala, tadi kamu ngomong apa?"

Kala membalas tatapan Langit, "Sekarang aku bisa jadi milik kamu, kak Langit. Aku sudah melewati semuanya."

"Jadi, kamu terima aku?"

Kala mengangguk, "Jika Tuhan memberi aku kesempatan untuk bahagia melalui Kak Langit, mengapa aku harus menyia-nyiakannya? Waktu tidak hanya berjalan pada satu kejadian aja, kan?"

Langit tak bisa mengontrol dirinya. Dengan sekejap, dia membawa Kala dalam pelukannya. Mulai hari ini, Langit akan mengatakan pada dunia bahwa Kala adalah miliknya. Tidak akan dia biarkan siapapun menyakiti perempuan kesayangannya. Tidak akan!!

*****

see you :)

Sandyakala || EndTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon