56. Penghianat!

73 6 0
                                    


"Penghianat itu, justru adalah orang yang tak pernah ku pikirkan sekalipun, akan berbuat jahat padaku."

"Barta"

_OWL-MAN_

•••

"Jadi, Papa ada dimana?" tanya Resha.

"Ayo ikuti Opa!" ajak Adison.

"Ayo!!" sahut mereka.

Mereka kini nerjalan cukup santai, karena sebagian penjaga rumah itu sudah mereka lumpuhkan.

"Ada yang ingin Opa katakan," ucap Adison, yang masih berjalan.

"Apa?" tanya Resha.

"Anak buah Opa, yang tadi Opa tugaskan untuk menghapus jejak CCTV, memberitahu Opa. Kalau bos, serta penghianat itu tidak ada diruangan tadi," jelas Adison.

"Berarti dia tidak meminum racun yang ku buat?" tanya Orlan.

"Benar," jawab Adison.

"Lalu dimana mereka?" tanya Lusi.

"Entahlah, ayo percepat langkah kalian!" ajak Adison.

Mereka menyusuri ruangan yang belum mereka lewati sedari tadi. Ruangan itu, membentuk sebuah lorong yang cukup panjang dan sedikit minim cahaya. Tidak terlalu gelap, namun tidak seterang ruangan yang lainnya.

Mereka berjalan cukup hati-hati agar tidak menimbulkan suara langkah kaki yang keras. Dilihat dari ukuran rumahnya, pemiliknya bisa dipastikan adalah orang yang sangat kaya.

Tanpa sengaja, kaki Resha menginjak sesuatu, yang membuatnya berhenti melangkah.

"Apa itu?" tanya Dero.

"Entahlah, seperti sebuah kalung," jawab Resha.

Sementara Adison, Lusi dan pengawalnya sudah mendahului mereka.

"Coba ku lihat!" ucap Orlan.

Hanya mereka bertiga yang tersisa disana.

"Sepertinya aku tidak asing dengan benda ini," ucap Orlan yang berusaha mengingat pemilik kalung itu.

Kalung rantai, berwarna perak tanpa liontin.

"Laki-laki," ucap Resha secara tiba-tiba.

"Darimana kamu tau?" tanya Dero.

"Parfum yang menempel di kalung itu," jawab Resha.

"Gue kayaknya pernah lihat kalung ini deh, Lan" ucap Dero.

Mereka tiba-tiba mengingat seseorang yang mungkin adalah pemilik kalung ini. Karena, beberapa kali mereka melihat orang itu menggunakan benda ini.

"Der, ga mungkin dia kan?" tanya Orlan yang berusaha meyakinkan bahwa ingatannya salah.

"Lan, ayo cepat. Kalau memang dia, Tuan Papa bisa dalam bahaya!" ucap Dero yang segera menyeret mereka berdua, untuk menyusul Adison.

Mereka melihat Adison dan yang lainnya berhenti di depan sebuah pintu.

"Opa," panggil Orlan dengan pelan, "bukan dia kan?" lanjutnya.

"Memang dia," jawab Adison.

Orlan mengacak rambutnya, "bagaimana mungkin!" frustasinya dengan suara pelan.

Krietttt!

Adison membuka ruangan itu secara perlahan. Untungnya, tidak ada yang menjaga ruangan itu. Bahkan pemilik rumah itu, pun tidak terlihat ada di sana.

Mereka mengedarkan pandangan, pada setiap sudut ruangan yang bisa disebut kamar. Karena terdapat kasur, serta sofa yang terpampang disana. Pandangan mereka berhenti di suatu tempat. Di sana, nampak Barta yang duduk di kursi kayu dengan rantai ditubuhnya, ia terlihat tidak sadarkan diri.

OWL MANWhere stories live. Discover now