1. Orlando Alaska Gabriello

2.4K 186 47
                                    


"Aku kesepian, hidup dalam kegelapan, berteman dengan malam, aku rindu siang, rindu matahari yang menghangatkan"

_Owl-Man_

°°°

Flashback on.

Bocah laki-laki berumur 7 tahun itu hanya diam saat di bentak, dimarahi, bahkan dipukul. Bahkan sekarang wajahnya tampak berantakan, dengan baju yang ternodai darah. Dia berjalan terseok-seok mendekati sang ibu.

"Ini semua gara-gara kamu?!!" bentak seorang wanita, lalu mendorong bocah itu sambil menangis.

"Kalau bukan karena kamu, dia pasti masih ada disini!!!" bentak seorang laki-laki yang ada disamping istrinya yang masih terus menangis.

"Setelah ini jangan pernah muncul dihadapan saya ataupun yang lain!!" bentak wanita itu lagi, kini ia menegakkan tubuhnya lalu menarik lengan bocah itu dan mendorongnya hingga bocah itu terjatuh dilantai.

Entah berapa bentakan yang ia terima saat ini,yang ia mau hanya memeluk ibunya dan menenangkannya.

"Ta-tapi bu-"

"CUKUP!! Jangan membantah, jangan pernah menemui siapapun. Jangan menampakkan wajahmu kepada siapapun!!" sahut suami dari wanita itu, "kamu akan tinggal di Gubuk belakang rumah ini, jangan pernah keluar dan melewati gerbang sebelum matahari terbenam" lanjut laki-laki itu.

"Segera kemasi barang-barangmu dan angkat kaki dari sini!" perintah wanita disampingnya, "saya muak melihatmu!" lanjut wanita itu lalu pergi bersama suaminya.

Brakk!!!

Suara pintu utama yang dibanting dengan sangat keras.

Flashback off.

"Sampai kapan gue disini? Bahkan sudah 10 tahun gue gak pernah bertemu langsung sama mama papa, gue rindu," gumam remaja laki-laki itu menatap rumah utama dihadapannya.

Dia adalah Orlando Alaska Gabriello, atau biasa dipanggil Orlan. Remaja yang sudah diasingkan selama 10 tahun. Dia diusir dari rumah utama dan ditempatkan di rumah kecil belakang rumah utama. Sudah selama itu dia tidak pernah mendengar suara kedua orang tuanya. Dia hanya diperbolehkan keluar dimalam hari saat matahari telah terbenam.

Bahkan dia tidak diijinkan menginjakkan kaki didalam rumah utama. Pernah sekali saat 2 bulan diasingkan, Orlan memberanikan diri untuk menemui sang mama, namun yang didapat adalah bentakan. Tidak hanya bentakan, bahkan Orlan didorong oleh sang mama sampai kepalanya terbentur sudut meja dan terluka. Setelah itu dia sangat dilarang menginjakkan kaki di dalam rumah utama lagi sampai saat ini.

Orlan tetap diberi fasilitas seperti ponsel, televisi, sebuah laptop juga berupa uang bulanan. Ia tidak sekolah di sekolah umum namun sang Papa selalu mengirim guru untuk mengajarinya, dengan alasan 'tidak ingin ada orang bodoh yang menginjak tanahnya'.

Orlan hidup, namun seperti tidak dianggap ada. Bahkan mungkin orang sekitar rumahnya tidak tau bahwa ada orang yang bernama Orlan di rumah ini. Dia bagaikan hidup dalam penjara, dan malam adalah kebebasan baginya.

"Hoyy bro!!" kejut seorang remaja laki-laki dibelakangnya, namun hanya dibalas tatapan datar oleh Orlan.

"Balik?" tanya Orlan dingin.

Tidak ada lagi senyuman hangat dibibir remaja itu, tidak ada lagi tawa yang terdengar dari remaja itu. Orlan telah berubah sejak keluarganya berubah.

"Hah? Maksudnya? Ngomong itu yang lengkap dong! Perlu gue ajarin apa!" kesal remaja laki-laki itu.

"Dero! Jangan ganggu den Orlan lagi! Sini kamu!" tegur sang Ibu menjewer anak semata wayangnya itu, agar tidak mengusik ketenangan tuannya.

OWL MANWhere stories live. Discover now